Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Kelas I Ambon melakukan survei gempa Tehoru Kabupaten Maluku Tengah, magnitudo 6,1 pada 16 Juni 2021.
Kepala stasiun Geofisika Kelas I Ambon Herlambang Hudha di Ambon, Kamis menyatakan, survei didasarkan pada sumber informasi BMKG yang menunjukkan parameter lokasi episenter dan informasi awal tingkat kerusakan yang diperoleh dari instansi terkait dan laporan masyarakat.
Survei gempa signifikan di Tehoru dilakukan bertujuan untuk validasi intensitas kerusakan berdasarkan peta guncangan (shakemap), serta penambahan data makroseismik lapangan.
Melakukan sosialisasi tentang gempa bumi kepada masyarakat di sekitar lokasi kerusakan, mengetahui secara riil penyebab kerusakan diliat dari jumlah dan sebaran tingkat kerusakan bangunan serta geologi sekitar, serta mengetahui lokasi longsoran penyebab tsunami lokal di Tehoru.
Dijelaskannya, hasil hasil survei makroseismik di daerah terdampak yakni longsoran tanah.
Hasil pemodelan tsunami dengan sumber gempa bumi tektonik menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami, tetapi berdasarkan hasil observasi tinggi muka air laut di stasiun tide gauge Tehoru menunjukkan kenaikan muka air laut setinggi 0,5 m.
Hal ini diperkirakan akibat dari longsoran bawah laut.
Survei di lapangan katanya, ditemukan dua lokasi longsoran tanah yaitu di Dusun Mahu dan Negri Saunulu.
Berdasarkan wawancara dengan penduduk Dusun Mahu, panjang longsoran tanah mencapai 350 meter sepanjang pantai, dengan lebar 50 meter dari pantai ke arah laut.
Sedangkan longsoran di Negri Saunulu berdasarkan pengukuran tim, longsoran mempunyai panjang hingga 220 meter membentang dari -3.30625 LS - 129.51006 BT hingga -3.3048 LS - 129.51142 BT.
Ia menambahkan, hasil survei pada wilayah yang terdampak tsunami yaitu Tehoru, tidak ditemukan kerusakan yang signifikan. Hasil pengukuran tinggi air gelombang tsunami mencapai 1,5 m.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021
Kepala stasiun Geofisika Kelas I Ambon Herlambang Hudha di Ambon, Kamis menyatakan, survei didasarkan pada sumber informasi BMKG yang menunjukkan parameter lokasi episenter dan informasi awal tingkat kerusakan yang diperoleh dari instansi terkait dan laporan masyarakat.
Survei gempa signifikan di Tehoru dilakukan bertujuan untuk validasi intensitas kerusakan berdasarkan peta guncangan (shakemap), serta penambahan data makroseismik lapangan.
Melakukan sosialisasi tentang gempa bumi kepada masyarakat di sekitar lokasi kerusakan, mengetahui secara riil penyebab kerusakan diliat dari jumlah dan sebaran tingkat kerusakan bangunan serta geologi sekitar, serta mengetahui lokasi longsoran penyebab tsunami lokal di Tehoru.
Dijelaskannya, hasil hasil survei makroseismik di daerah terdampak yakni longsoran tanah.
Hasil pemodelan tsunami dengan sumber gempa bumi tektonik menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami, tetapi berdasarkan hasil observasi tinggi muka air laut di stasiun tide gauge Tehoru menunjukkan kenaikan muka air laut setinggi 0,5 m.
Hal ini diperkirakan akibat dari longsoran bawah laut.
Survei di lapangan katanya, ditemukan dua lokasi longsoran tanah yaitu di Dusun Mahu dan Negri Saunulu.
Berdasarkan wawancara dengan penduduk Dusun Mahu, panjang longsoran tanah mencapai 350 meter sepanjang pantai, dengan lebar 50 meter dari pantai ke arah laut.
Sedangkan longsoran di Negri Saunulu berdasarkan pengukuran tim, longsoran mempunyai panjang hingga 220 meter membentang dari -3.30625 LS - 129.51006 BT hingga -3.3048 LS - 129.51142 BT.
Ia menambahkan, hasil survei pada wilayah yang terdampak tsunami yaitu Tehoru, tidak ditemukan kerusakan yang signifikan. Hasil pengukuran tinggi air gelombang tsunami mencapai 1,5 m.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021