Timnas Italia vs Inggris dalam final UEFA EURO 2020 manakala pencarian sukses tingkat benua mencapai puncaknya Senin dini hari esok di Stadion Wembley.
Kedua tim memulai laga dengan kepercayaan tinggi di mana Azzurri tak terkalahkan dalam 33 pertandingan, sedangkan Three Lions baru sekali kebobolan selama turnamen ini.
Pertandingan nanti itu diperkirakan berjalan sengit dan akan diwarnai duel-duel besar di antara para pemainnya. Dan laman UEFA-Euro 2020 menampilkan tiga duel paling sengit dalam laga final Euro 2020 nanti itu.
Federico Chiesa vs Luke Shaw
Luke Shaw amat mematikan manakala merangsek dari kiri lapangan, terutama saat melawan Jerman dan Ukraina. Dia menjadi pencipta peluang paling banyak di kubu Inggris dengan sembilan peluang. Namun dalam final nanti, pemain Manchester United tersebut mungkin harus lebih memperhatikan lagi pertahanan karena harus menghadapi Federico Chiesa yang sedang dalam performa terbaiknya.
Penyerang Juventus itu menghadirkan energi dan kecepatan, belum termasuk tembakan tajam seperti dari dua golnya dalam turnamen ini: tendangan laser dari sudut sempit ketika menghadapi Austria dalam babak 16 besar, kemudian tendangan melengkung sempurna ketika menyingkirkan Spanyol dalam semifinal.
Pemain berusia 23 tahun itu sudah membuktikan diri sebagai pemain besar di level klub dengan mencetak gol-gol penting untuk Juventus dalam Liga Champions UEFA dan final Coppa Italia musim lalu.
Akankah dia juga meninggalkan jejaknya di pertandingan terbesar dalam karirnya ini? Jika ya, maka Shaw mungkin menghadapi kekecewaan serupa seperti dalam semifinal ketika tugas membendung Martin Braithwaite telah membatasi dampaknya kepada serangan Inggris.
Baca juga: Lupakan Catenaccio, Mancini ingin Italia juarai Euro 2020 dengan sepak bola menyerang
Giovanni Di Lorenzo vs Raheem Sterling
Ketika Raheem Sterling berlaga dalam semifinal Piala Dunia FIFA 2018 bersama Inggris, setelah memimpin Manchester City meraih gelar Liga Premier dengan 18 golnya, Giovanni Di Lorenzo yang satu tahun lebih tua dari dia, menyaksikan turnamen itu dari rumahnya di Tuscany.
Bek kanan itu baru saja promosi dari Serie B bersama Empoli. Baru setahu sebelumnya dia bermain di divisi tiga Italia bersama Matera, tim dari kota spektakuler di Italia selatan yang terkenal berkat Città dei Sassi (Kota Batu), namun bukan kekuatan sepakbola.
Baca juga: Jelang final Euro 2020, Southgate ingin Inggris bermain tanpa beban
Di Lorenzo memulai turnamen ini sebagai pemain skuad tetapi terus cemerlang sejak Alessandro Florenzi mengalami cedera betis pada pertandingan pembuka melawan Turki, dengan mempersembahkan serangkaian penampilan yang solid.
Malam tersulitnya hingga saat ini adalah saat menghadapi pemain muda Belgia Jeremy Doku. Pada diri Sterling, dia akan menghadapi penyerang yang berasal dari kelas yang berbeda, yakni seorang pemain terbaik dalam turnamen ini yang menghadapi para bek lebih sering ketimbang pemain mana pun dalam EURO ini (29 kali).
Gol Sterling bisa menjadi tirai yang membuka gawang Italia, mengingat Inggris tak pernah kalah ketiak dia yang mencetak gol. Jadi, Di Lorenzo kali ini sangat membutuhkan sedikit bantuan dari rekannya, bek tengah Leonardo Bonucci.
Baca juga: Berharap Raheem Sterling bisa jadi pembeda di final Euro 2020
Jorginho vs Mason Mount
Jorginho dan Mason Mount saling mengenal luar dalam karena keduanya sama-sama mengantarkan Chelsea menjuarai Liga Champions enam pekan silam. Akankah sama-sama sudah saling tahu itu membuat untung kedua tim? Jawabannya sulit.
Tentu saja Mount menyadari bahwa permainan Italia melewati kaki dan otak rekan satu timnya di Stamford Bridge itu, tetapi Jorginho juga sangat menghormati pemain berusia 22 tahun tersebut yang dia gambarkan "selalu berada pada posisi tepat" dan seorang pemain yang "bekerja demi seluruh tim".
Mount adalah pesepakbola cerdas yang mampu menemukan ruang dan juga cerdas dalam penguasaan bola (lihat saja usahanya dalam membantu mengunci Luka Modric ketika Chelsea melawan Real Madrid musim lalu).
Dia jelas mendapatkan kepercayaan tinggi dari Southgate, dan setiap pertemuan langsung dengan Jorginho akan menciptakan adu kecerdasan yang menarik karena kedua pemain berusaha masuk grup sembilan pemain yang memenangkan trofi EURO dan sekaligus Liga Champions dalam tahun yang sama.
Baca juga: Italia vs Inggris di final Euro 2020 bak pertarungan tua muda
Baca juga: Kuipers jadi wasit Belanda pertama pimpin final Euro 2020, cek profilnya disini
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021
Kedua tim memulai laga dengan kepercayaan tinggi di mana Azzurri tak terkalahkan dalam 33 pertandingan, sedangkan Three Lions baru sekali kebobolan selama turnamen ini.
Pertandingan nanti itu diperkirakan berjalan sengit dan akan diwarnai duel-duel besar di antara para pemainnya. Dan laman UEFA-Euro 2020 menampilkan tiga duel paling sengit dalam laga final Euro 2020 nanti itu.
Federico Chiesa vs Luke Shaw
Luke Shaw amat mematikan manakala merangsek dari kiri lapangan, terutama saat melawan Jerman dan Ukraina. Dia menjadi pencipta peluang paling banyak di kubu Inggris dengan sembilan peluang. Namun dalam final nanti, pemain Manchester United tersebut mungkin harus lebih memperhatikan lagi pertahanan karena harus menghadapi Federico Chiesa yang sedang dalam performa terbaiknya.
Penyerang Juventus itu menghadirkan energi dan kecepatan, belum termasuk tembakan tajam seperti dari dua golnya dalam turnamen ini: tendangan laser dari sudut sempit ketika menghadapi Austria dalam babak 16 besar, kemudian tendangan melengkung sempurna ketika menyingkirkan Spanyol dalam semifinal.
Pemain berusia 23 tahun itu sudah membuktikan diri sebagai pemain besar di level klub dengan mencetak gol-gol penting untuk Juventus dalam Liga Champions UEFA dan final Coppa Italia musim lalu.
Akankah dia juga meninggalkan jejaknya di pertandingan terbesar dalam karirnya ini? Jika ya, maka Shaw mungkin menghadapi kekecewaan serupa seperti dalam semifinal ketika tugas membendung Martin Braithwaite telah membatasi dampaknya kepada serangan Inggris.
Baca juga: Lupakan Catenaccio, Mancini ingin Italia juarai Euro 2020 dengan sepak bola menyerang
Giovanni Di Lorenzo vs Raheem Sterling
Ketika Raheem Sterling berlaga dalam semifinal Piala Dunia FIFA 2018 bersama Inggris, setelah memimpin Manchester City meraih gelar Liga Premier dengan 18 golnya, Giovanni Di Lorenzo yang satu tahun lebih tua dari dia, menyaksikan turnamen itu dari rumahnya di Tuscany.
Bek kanan itu baru saja promosi dari Serie B bersama Empoli. Baru setahu sebelumnya dia bermain di divisi tiga Italia bersama Matera, tim dari kota spektakuler di Italia selatan yang terkenal berkat Città dei Sassi (Kota Batu), namun bukan kekuatan sepakbola.
Baca juga: Jelang final Euro 2020, Southgate ingin Inggris bermain tanpa beban
Di Lorenzo memulai turnamen ini sebagai pemain skuad tetapi terus cemerlang sejak Alessandro Florenzi mengalami cedera betis pada pertandingan pembuka melawan Turki, dengan mempersembahkan serangkaian penampilan yang solid.
Malam tersulitnya hingga saat ini adalah saat menghadapi pemain muda Belgia Jeremy Doku. Pada diri Sterling, dia akan menghadapi penyerang yang berasal dari kelas yang berbeda, yakni seorang pemain terbaik dalam turnamen ini yang menghadapi para bek lebih sering ketimbang pemain mana pun dalam EURO ini (29 kali).
Gol Sterling bisa menjadi tirai yang membuka gawang Italia, mengingat Inggris tak pernah kalah ketiak dia yang mencetak gol. Jadi, Di Lorenzo kali ini sangat membutuhkan sedikit bantuan dari rekannya, bek tengah Leonardo Bonucci.
Baca juga: Berharap Raheem Sterling bisa jadi pembeda di final Euro 2020
Jorginho vs Mason Mount
Jorginho dan Mason Mount saling mengenal luar dalam karena keduanya sama-sama mengantarkan Chelsea menjuarai Liga Champions enam pekan silam. Akankah sama-sama sudah saling tahu itu membuat untung kedua tim? Jawabannya sulit.
Tentu saja Mount menyadari bahwa permainan Italia melewati kaki dan otak rekan satu timnya di Stamford Bridge itu, tetapi Jorginho juga sangat menghormati pemain berusia 22 tahun tersebut yang dia gambarkan "selalu berada pada posisi tepat" dan seorang pemain yang "bekerja demi seluruh tim".
Mount adalah pesepakbola cerdas yang mampu menemukan ruang dan juga cerdas dalam penguasaan bola (lihat saja usahanya dalam membantu mengunci Luka Modric ketika Chelsea melawan Real Madrid musim lalu).
Dia jelas mendapatkan kepercayaan tinggi dari Southgate, dan setiap pertemuan langsung dengan Jorginho akan menciptakan adu kecerdasan yang menarik karena kedua pemain berusaha masuk grup sembilan pemain yang memenangkan trofi EURO dan sekaligus Liga Champions dalam tahun yang sama.
Baca juga: Italia vs Inggris di final Euro 2020 bak pertarungan tua muda
Baca juga: Kuipers jadi wasit Belanda pertama pimpin final Euro 2020, cek profilnya disini
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021