Jakarta (ANTARA) - Striker muda Inggris Marcus Rashford meminta maaf atas kegagalannya menendang penalti saat Inggris kalah dalam adu penalti di final Euro 2020 vs Italia di Wembley.
Tapi ia menandaskan "tidak akan pernah meminta maaf karena siapa saya" setelah menjadi salah satu dari tiga pemain yang dilecehkan secara rasis.
Rashford yang bersama Jadon Sancho dan Bukayo Saka diturunkan sebagai pemain pengganti dan semuanya gagal mengeksekusi tendangan penalti saat kalah adu penalti 3-2, menjadi sasaran media sosial. Sebuah mural di kota asal Rashford di Withington dirusak yang lalu ditimpa dengan pesan-pesan memberikan dukungan kepada Rashford.
Baca juga: Polisi tangkap 49 orang, 19 petugas terluka, final Euro 2020 diwarnai kericuhan
Pelecehan rasis mendorong penyelidikan polisi dan kecaman luas dari kapten dan manajer Inggris, keluarga kerajaan, para pemimpin agama dan politisi.
"Saya seharian bisa menerima kritik atas penampilan saya, penalti saya tidak cukup baik, seharusnya masuk, tetapi saya tidak akan pernah meminta maaf atas siapa saya dan dari mana saya berasal," tulis striker Manchester United berusia 23 tahun itu di Twitter.
"Saya tidak merasakan momen yang lebih membanggakan daripada mengenakan tiga singa di dada saya dan menyaksikan keluarga saya menyemangati saya di antara puluhan ribu orang."
Baca juga: Inggris kalah di final Euro 2020, Gareth Southgate akui bertanggung jawab
Rashford, yang mengambil penalti ketiga Inggris setelah kapten Harry Kane dan bek Harry Maguire yang sukses mencetak gol, mengambil ancang-ancang dan meskipun sukses mengecoh kiper Italia Gianluigi Donnarumma ke arah yang salah, tendangan penaltinya membentur tiang gawang.
"Saya bahkan tak tahu harus mulai dari mana dan saya bahkan tak tahu bagaimana mengungkapkannya dengan kata-kata seperti apa perasaan saya saat ini," tambah dia.
“Saya mengalami musim yang sulit, saya kira itu semua orang sudah jelas melihatnya dan saya mungkin masuk final itu dengan kurang percaya diri."
“Saya selalu menyemangati diri saya sendiri untuk penalti, tetapi ada hal yang terasa tidak benar. Sebelum melakukannya, saya meluangkan waktu barang sejenak dan, sayangnya, hasilnya tidak seperti yang saya inginkan."
"Saya merasa seolah-olah saya mengecewakan rekan-rekan satu tim saya. Saya merasa seolah-olah saya mengecewakan semua orang.
Baca juga: Bravo, Italia juara Euro 2020 tundukkan Inggris lewat adu penalti. Begini jalannya pertandingan
"Penalti adalah satu-satunya yang diminta kepada saya untuk kontribusi kepada tim. Saya bisa mencetak penalti dalam tidur saya jadi mengapa tidak yang itu? Semuanya sudah menggelayuti pikiran saya berulang kali sejak saya menendang bola dan mungkin tak ada kata yang bisa menggambarkan bagaimana rasanya."
Inggris mengincar trofi besar pertama mereka sejak mengangkat Piala Dunia di Wembley pada 1966 tetapi kalah dalam adu penalti setelah pertandingan berakhir 1-1 setelah perpanjangan waktu.
"Final. 55 tahun. 1 penalti. Sejarah. Yang bisa saya katakan hanyalah minta maaf. Saya tadinya berharap segalanya berjalan lain," sambung Rahsford.
Dia juga menyanjung rekan-rekan satu timnasnya. "Musim panas ini telah menjadi salah satu kamp terbaik yang saya alami dan Anda semua telah memainkan peran di dalamnya."
Baca juga: Sepatu Emas Euro 2020 milik Cristiano Ronaldo, berikut ini daftar peraihnya dari masa ke masa