Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati meminta Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah untuk memperbanyak jalur evakuasi di Desa Tehoru, sehingga mempermudah warga melakukan evakuasi mandiri jika terjadi gempa dan disertai tsunami.

Permintaan itu disampaikan Dwikorita, Sabtu saat mengunjungi Desa Tehoru dan Dusun Mahu yang sempat dilanda gempa tektonik magnitudo 6,0 pada 16 Juni 2021.



Gempa tektonik dengan episenter terletak pada koordinat 3,42 LS , 129,57 BT atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 69 km arah Tenggara Kota Masohi, Maluku Tengah dengan kedalaman 19 kilometer itu juga menyebabkan amblasan atau tanah amblas di Dusun Mahu dan Japutih dan tinggi muka air naik 0,5 meter.

Dwikorita yang didampingi Wakil Bupati Maluku Tengah Marlatu Leleury, Kepala Balai besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah IV Makassar, Darmawan dan Kepala BPBD Maluku Hedri Far-Far, sempat melihat dari dekat kondisi pesisir pantai Dusun Mahu yang amblas ke laut.

Ia bahkan bersama tim BMKG dan Badan Geologi Bandung langsung membuka peta wilayah sebaran patahan di Kecamatan Tehoru untuk mencocokkan lokasinya pada peta tersebut.



Kepala BMKG bersama Wakil Bupati dan masyarakat juga berjalan dari pesisir pantai Tehoru untuk menentukan zona aman bagi warga melakukan evakuasi mandiri, jika terjadi gempa disertai tsunami.

Dia meminta Kepala Desa Tehoru Hud Silawane untuk berkoordinasi dengan BPBD Maluku Tengah membuat lebih banyak jalur evakuasi menuju titik aman, agar warga tidak berdesakan saat melakukan evakuasi mandiri menuju titik kumpul.
Kepala MBKG Dwikorita Karnawati berdialog dengan Wakil Bupati Maluku Tengah Marlatu saat meninjau lokasi gempa di Desa Tehoru, Kabupaten Maluku Tengah, Sabtu (4/9). (ANTARA/Jimmy Ayal)

"Lebih banyak jalur evakuasi malah lebih baik, mengingat hasil pemodelan kecepatan tsunami tiba di pesisir pantai desa ini hanya lima menit," katanya.

Dia juga melihat lokasi kanal air laut yang masuk menjorok hingga ke belakang puluhan rumah warga sebagai area yang berpotensi terjadi likuefaksi, karena merupakan tanah berlumpur dan berpasir.

"Konstruksi bangunan rumah disekitar kanal bisa dicek kembali, karena kalau terjadi gempa besar, maka berpotensi terjadi likuefaksi di lokasi itu," katanya.



Sedangkan untuk warga Dusun Mahu, Dwikorita meminta warga untuk berhati-hati saat beraktivitas di sekitar bibir pantai yang telah amblas ke laut, karena potensi gempa bisa terjadi kapan saja, dan daerah itu rawan patahan atau longsor dibawah laut.

Dia juga meminta Pemkab dan BPBD Maluku Tengah untuk memperbaiki rambu jalur evakuasi dan titik kumpul, karena berdasarkan hasil tinjauan dan asesmen di lapangan, ada rambu yang tidak sesuai dan malah berdampak menimbulkan bencana sekunder karena berada di dekat sungai.

Di bibir pantai Dusun Mahu, Kepala BMKG dapat melihat talud penahan ombak yang telah amblas ke dalam laut, kemudian mencocokan dan menandainya pada peta wilayah sebaran patahan di Kecamatan Tehoru.
Hasil tinjauan lapangan dan mencocokan peta wilayah sebaran patahan, pihaknya akan membuat rencana aksi baik jangka pendek, menengah dan jangka panjang untuk diserahkan dan ditindaklanjuti pemerintah Kabupaten Maluku Tengah.

Wakil Bupati Maluku tengah, Marlatu Leleury berterima kasih atas kepedulian Kepala BMKG yang ikut terjun langsung melakukan pemetaan dan asesmen peta zona rawan tsunami di wilayah kerjanya, sekaligus membantu penetapan rencana aksi.



"Kami segera berkoordinasi dengan instansi teknis terkait kebencanaan untuk membicarakan berbagai langkah yang dilakukan untuk menindaklanjuti rencana aksi yang dikeluarkan BMKG," katanya.

Dia berharap berbagai upaya yang dilakukan dapat berdampak meningkatkan mitigasi bencana di wilayah itu, terutama mencegah jatuhnya korban jiwa jika terjadi tempa tektonik dan tsunami.

Pewarta: Jimmy Ayal

Editor : Lexy Sariwating


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021