Ambon (ANTARA) - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Ambon, Maluku menemukan aktivitas tambang ilegal sebagai penyebab utama kekeringan Sungai Waiheru di Kecamatan Teluk Ambon.
Ketua Komisi III DPRD Kota Ambon Harry Putra Far-Far di Ambon, Jumat menjelaskan berdasarkan peninjauan lapangan, pendangkalan Sungai Waiheru disebabkan oleh aktivitas tambang galian C di bagian hulu sungai.
Temuan ini berawal dari laporan warga yang merasa dirugikan akibat kondisi sungai yang mengalami pendangkalan dan kekeringan parah.
“Awalnya berasal dari aduan masyarakat. Setelah kami tinjau lapangan, memang ditemukan sedimen yang menumpuk dan menutup aliran air sungai,” kata Harry.
Menurut dia aktivitas tambang pasir ini telah berlangsung selama belasan tahun dan dikelola oleh pemilik lahan serta beberapa warga setempat tanpa memiliki izin resmi, sehingga termasuk tambang ilegal.
Dampak dari aktivitas ini tidak hanya membuat sungai mengering, tetapi juga menyebabkan seringnya banjir di wilayah hilir ketika musim hujan.
“Pencemaran lingkungan sudah terjadi di sana. Ini tambang ilegal karena tidak memiliki izin resmi,” tegasnya.
Menindaklanjuti temuan tersebut, Komisi III DPRD Ambon telah merekomendasikan penutupan sementara tambang pasir ilegal itu.
“Kami sudah mengadakan rapat dengan pihak-pihak terkait dan merekomendasikan penutupan sementara. Jika tidak ada tindakan tegas, masyarakat di hilir sungai akan terus menjadi korban,” ucapnya.
DPRD menegaskan komitmen untuk terus mengawal proses penutupan tambang ilegal tersebut hingga benar-benar dihentikan.
Pihaknya akan memantau pelaksanaan rekomendasi dan bekerja sama dengan instansi terkait seperti Dinas Lingkungan Hidup agar tidak ada celah bagi aktivitas tambang ilegal kembali beroperasi.
"Kami tidak akan berhenti sampai ada solusi permanen yang melindungi kelestarian Sungai Waiheru dan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya," tegasnya.
Warga yang tinggal di sekitar Sungai Waiheru menyatakan kekhawatiran mereka terhadap kondisi sungai yang semakin kritis.
Salah seorang warga, Erni, mengatakan kekeringan sungai sangat berdampak pada kebutuhan air sehari-hari dan juga aktivitas pertanian mereka yang mengandalkan air sungai.
"Sudah beberapa bulan ini air sulit didapat. Kami harus mencari sumber air lain yang lebih jauh," katanya.