Ambon (ANTARA) - Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas III Namlea, Kabupaten Buru, Maluku mengembangkan program budi daya ikan air tawar berbasis sistem bioflok sebagai bagian dari pembinaan kemandirian warga binaan pemasyarakatan (WBP).
“Program yang berjalan sejak tiga tahun lalu itu kini menjadi salah satu unggulan, tidak hanya melatih keterampilan, tetapi juga berkontribusi pada ketahanan pangan lokal,” kata Kepala Lapas Kelas III Namlea MM Marasabessy dalam keterangan diterima di Ambon, Sabtu.
Ia mengatakan jumlah populasi ikan nila yang dibudidayakan semakin bertambah, saat ini tercatat 3.750 ekor ikan nila, terdiri atas dua varietas, yaitu nila biasa dan varietas unggul nila sakti.
“Rinciannya, ikan nila biasa sebanyak 230 ekor dengan ukuran bervariasi, ada yang tujuh sentimeter dan tiga sentimeter. Selain itu, ada 200 ekor nila sakti bantuan Dinas Perikanan. Jumlahnya terus meningkat dengan tambahan sekitar 3.000 anakan ikan nila,” katanya.
Selain itu, 320 ekor ikan nila dewasa yang sudah mendekati fase panen dengan ukuran rata-rata 15 sentimeter.
“Kami targetkan panen dalam beberapa bulan ke depan,” ujarnya.

Ia mengatakan budi daya ini menjadi sarana efektif melatih keterampilan dan membina jiwa kewirausahaan WBP.
Hasil panen tidak hanya untuk konsumsi internal, tetapi juga dipasarkan untuk menambah pemasukan negara bukan pajak (PNBP) dan mendukung kebutuhan pangan lokal.
“Program ini memiliki potensi ekonomi yang menjanjikan. Selain membina kemandirian dan keahlian warga binaan, output dari budi daya dapat dijual dan menjadi sumber pendapatan tambahan, sekaligus memperkuat ketahanan pangan daerah,” ujarnya.
Dia menjelaskan keberhasilan budi daya ini tidak lepas dari dukungan Dinas Perikanan Kabupaten Buru, baik dalam penyediaan bibit unggul maupun pendampingan teknis.
Kepala Kantor Wilayah Ditjenpas Maluku Ricky Dwi Biantoro mengatakan pengembangan budi daya ikan nila ini menjadi bagian dari implementasi Program Akselerasi Direktorat Jenderal Pemasyarakatan dalam ketahanan pangan, yang mendorong setiap lapas memanfaatkan potensi lokal.
“Harapan kami, saat bebas nanti, warga binaan tidak hanya memiliki keahlian tetapi juga peluang usaha. Semua ini bagian dari komitmen kami mewujudkan pemasyarakatan yang produktif dan berdaya saing,” kata dia.
