Ambon (ANTARA) - Pagi yang indah membawa hati bernyanyi saat mentari pagi terbit di ufuk timur, dengan bentangan alam indah mempesona dari balik bukit dusun Kranjang, desa Wayame, Kecamatan Teluk Ambon, Kota Ambon.
Pantulan cahaya lembut mentari pembawa harapan dan berkat bagi petani menerobos tanaman hortikultura yang selama ini menjadi andalan petani setempat.
Suara riuh celoteh burung burung di pepohonan rindang memberi semangat dan warna kehidupan alami dalam damai.
Dari bukit gunung dusun Kranjang terlihat panorama indah teluk dalam Ambon dengan olah gerak kehidupan nelayan dalam aktifitas harian serta hilir mudik angkutan transportasi laut yang tak pernah sepi.
Sejak dahulu masyarakat Dusun Kranjang secara turun temurun berusaha membuka lahan dengan prinsip tidak merusak keasrian alam. Meskipun prinsip tidak merusak alam ini sulit dilakukan, masyarakat tetap berusaha dengan arif membuka lahan dengan berbagai keterbatasan.
Setelah lahan berhasil dibuka untuk bercocok tanam, kendala utama pertanian seperti ketersediaan air untuk pertanian juga menjadi permasalahan menahun yang dialami masyarakat.
Beberapa kali petani harus menghadapi kegagalan panen karena kekurangan air dan juga permasalahan lain seperti hama, kesuburan tanah, dan permasalahan pertanian belum dapat diselesaikan oleh petani karena keterbatasan kapasitas dan juga sarana pendukung pertanian.
Lingkungan dusun kecil Kranjang bebas polusi, warga petani ulet bercocok tanam beragam sayuran dan buah-buahan hasil produk kini merajai pasaran di kota Ambon setiap hari.
Air tadah hujan
Selama bertahun tahun petani dusun Kranjang memanfaatkan air tadah hujan dalam wadah bak penampung, bila kemarau panjang dan stok air menipis
“Ini kesulitan utama yang kami rasakan, tapi kami selalu berupaya agar tetap menghasilkan produk sayuran bermutu untuk kebutuhan pasar Ambon dan sekitarnya, ujar La Tami selaku ketua kelompok tani subur.
La Tami Bersama kelompok tani Subur, sejak awal bercocok tanam memiliki tujuan bukan hanya untuk mendapatkan penghasilan bagi keluarga, tetapi juga agar mendapatkan bantuan guna kelanjutan usaha pertanian yang telah dirintis orang tua sejak dahulu.
Dirinya mengaku, awal telah mendapat bantuan pompa jet pump dari Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon untuk melakukan usaha pertanian, bantuan tersebut digunakan untuk menanam bawang merah, akan tetapi dinilai kurang efektif karena pengeluaran untuk membeli token listrik kurang lebih Rp200 ribu per minggu.
Kalau memakai jet pump maka butuh pengeluaran ekstra, apalagi kalau gagal panen,maka butuh biaya ekstra untuk bayar listrik cukup terasa, kita memang bisa membayar, tetapi pembagian hasil saat panen kurang karena harus ada ektra untuk operasional.
Ayah tiga anak ini mohon bantuan instansi/ lembaga terkait ikut membantu mengatasi hal ini. Syukur Alhamdulillah ada kepedulian dan bantuan dari PT Pertamina Patra Niaga Integrated Terminal Wayame melalui program CSR.
Selama ini belum ada bantuan pompa air ramah lingkungan, saat kemarau panjang petani mengalami krisis air, beruntung pihak PT Pertamina begitu peduli dengan kami disini, ujar La Tami, petani pekerja keras yang selalu didampingi istrinya saat bekerja di kebun maupun mengantar/ memasarkan hasil produk sayuran ke pasar Ambon dan sekitarnya.
Bantuan pompa
Kegiatan ini mengacu pada program pemetaan yang dibuat oleh Konsultan CSR Pertamina Patra Niaga sejak tahun 2007, apalagi wilayah kerja dan pelayanan Pertamina berada pada Ring Satu lingkup desa Wayame dan Rumah Tiga Ambon.
Tujuan program ini , kata Program CSR Integrated Terminal Wayame, Risma Yusin, adalah untuk memberdayakan para petani mengolah dan memanfaatkan lahan tidur menjadi lahan produktif, bagian dari komitmen Pertamina menciptakan kesempatan kerja bagi petani dusun Keranjang guna peningkatan kesejahteraan mereka dan warga sekitar
Mengingat lokasi sumber air sekitar dusun Wayame agak rendah , Pertamina IT Wayame melalui program inovasinya menyediakan bagi masyarakat " Wayame Hidro Bae' salah satu inovasi program sosial CSR berbasis teknologi pompa ramah lingkungan (porling).
Bantuan pompa air ramah lingkungan ini , bertujuan membantu masyarakat petani menggunakan pompa tenaga air utk kebutuhan lahan tanaman sayuran.
Pompa ini berfungsi menarik air dari sumber air desa Wayame, ke lokasi lahan petani di dusun Kranjang guna mengatasi kesulitan air selama ini, juga untuk kebutuhan air bersih masyarakat
Hal ini dikarenakan lokasi sumber air yang lebih rendah dari pada lokasi lahan dan pemukiman yang cukup tinggi. Permasalahan ini menimbulkan efek domino berupa kegagalan panen dan sulitnya mengolah tanah.
Program inovasi tersebut, dimulai dengan membentuk kelompok masyarakat yang menjadi "lokal hero", kemudian disalurkan ke warga yang ada di dusun Kranjang desa Wayame. Inovasi Porling menjadi pompa air pertama di Provinsi Maluku, yang bekerja dengan memanfaatkan energi kinetik aliran air, tanpa membutuhkan listrik atau bahan bakar.
Pompa ini juga memanfaatkan pipa pelontar yang berasal dari sisa material peningkatan pipa sarana fasilitas IT Wayame, membuatnya semakin efisien dan ramah lingkungan.
Tentu faktor utama dari adanya kegiatan ini berfokus pada upaya melestarikan sumber daya alam, dan pompa air ramah lingkungan dirancang untuk lebih efisien dalam penggunaan air, teknologi ini di kenal dengan teknologi ramah lingkungan dan tidak membutuhkan bahan bakar ataupun listrik.
Melalui inovasi Porling, kemampuan pendistribusian air bersih mencapai hingga 302.950 liter air bersih per tahun yang digunakan oleh 1.143 jiwa dan mengairi 11 hektare lahan pertanian.
Efisiensi luar biasa dari teknologi ini berkontribusi terhadap penghematan biaya operasional air bersih sebesar Rp1,39 miliar per tahun.

Peningkatan ekonomi
Area Manager Communication Relation & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Papua Maluku Ispiani Abbas, mengungkapkan, Program CSR sosial berbasis teknologi pompa ramah lingkungan, tidak hanya menjawab tantangan krisis air bersih, tetapi juga menjadi katalis peningkatan ekonomi masyarakat lokal, khususnya petani hortikultura di Desa Wayame, Kecamatan Teluk Ambon, Kota Ambon.
Desa Wayame potensi sumber daya alam melimpah, tetapi akses air bersih masih sulit, sehingga menyulitkan pertanian dan pemberdayaan UMKM. Dengan adanya Porling membuka jalan untuk masyarakat sekitar, terutama pada aspek perekonomian.
Dampak nyata, produksi dan pendapatan sebelum kehadiran Inovasi Wayame Hydro Bae, produksi petani maupun UMKM minyak atsiri berada pada titik stagnasi. Namun kini, produksi kelompok petani meningkat, produk sayuran lokal mulai menembus pasar modern dengan adanya pendampingan dan sertifikasi produk.
Di sektor pertanian, hasil panen tomat melonjak dari 2,5 ton (2021) menjadi 9,5 ton (2024), dan pendapatan petani meningkat drastis dari Rp5 juta menjadi Rp29 juta per bulan.
Dalam mengimplementasi program, Pertamina IT Wayame juga menggandeng masyarakat lokal, serta melibatkan seluruh kelompok masyarakat, baik petani, lansia, perempuan, kelompok rentan untuk berpartisipasi aktif, dari tahap perencanaan hingga evaluasi. Sehingga masyarakat bisa maju bersama-sama.
Berkat program tersebut, IT Wayame menerima penghargaan Gold dalam kategori Economic Empowerment dalam ajang Indonesia Social Responsibility Award (ISRA) 2025 melalui program CSR Inovasi Sosial Wayame Hydro Bae.
Dimana program tersebut selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) poin 6 khususnya Air Bersih dan Sanitasi serta poin delapan yakni Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi.
Pencapaian ini menunjukkan komitmen kuat Pertamina Patra Niaga dalam mengimplementasikan program CSR dan TJSL yang berkelanjutan serta berdampak nyata bagi masyarakat sekitar wilayah operasi perusahaan.
Saat ini hasil pertanian Dusun Kranjang berhasil dipasarkan di empat swalayan lokal di Kota Ambon, diantaranya Hypermart, Dian Partiwi, serta Oasis dan juga menjadi pasokan beberapa hotel dan rumah makan di Kota Ambon.
