Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Ambon menerima 30 mahasiswa baru asal Papua lewat jalur program nasional, Kita Cinta Papua (KCP)/Papua Bangga, untuk Tahun Akademik 2021/2022.

"Baru delapan orang yang tiba. Dijadwalkan Jumat (10/9)  ada 18 orang lagi, dan empat orang lainnya juga tapi dua orang di antaranya belum bisa ke sini karena hasil tes PCR positif COVID-19," kata Rektor IAKN Ambon Agusthina Christina Kakiay di Ambon, Kamis.

Ia mengatakan 30 mahasiswa asal Papua mendaftar untuk jenjang pendidikan Sarjana Strata 1 (S1) di IAKN Ambon, yakni Program Studi Pendidikan Agama Kristen (PAK), Bimbingan Konseling Kristen (BKK), Program Studi Pendidikan Kristen Anak Usia Dini, Pariwisata Budaya dan Religi, Pendidikan Seni Musik Gerejawi, Teologi, dan Program Studi Agama serta Budaya.

 Perguruan tinggi itu pada tahun akademika 2019/2020 juga menerima 30 mahasiswa asal Papua melalui program yang sama, sesuai dengan kuota Kementerian Agama (Kemenag) untuk tujuh perguruan tinggi negeri keagamaan Kristen se-Indonesia.

Kendati jalur khusus untuk anak-anak Papua baru mulai dibuka dua tahun terakhir, kampus IAKN Ambon telah mulai menerima mahasiswa asal Papua sejak beberapa tahun sebelumnya. Mereka berkuliah di perguruan tinggi tersebut melalui jalur rekrutmen umum.

"Sejauh ini sudah 55 anak Papua yang mengenyam pendidikan di IAKN Ambon. Mereka dari Papua Barat mendaftar masuk ke sini tidak lewat jalur KCP karena program itu baru dibuka pada 2020," kata Agusthina.

Dia menjelaskan aktivitas perkuliahan semester ganjil Tahun Akademik 2021/2022 telah berlangsung. Prosesnya dimulai dengan kuliah perdana yang dibawakan oleh Ketua DPRD Provinsi Maluku Lucky Wattimury dengan materi, "Pembangunan Masyarakat Maluku di Era Normal Pasca Pandemi COVID-19".

Kegiatan digelar secara daring dan luring dengan menerapkan protokol kesehatan di auditorium kampus setempat pada Rabu (8/9). Materi yang disampaikan dalam kegiatan kuliah umum tersebut, dinilai penting karena pandemi COVID-19 tidak hanya berdampak pada kehidupan sosial dan budaya masyarakat, tetapi juga dunia pendidikan.

Oleh karena itu, menurut Agusthina, diperlukan informasi dari parlemen tentang arah pembangunan Maluku saat ini, agar program-program pendidikan yang diterapkan di perguruan tinggi bisa disesuaikan.

"Untuk kuliah umum dari Ketua DPRD Maluku Lucky Wattimury secara luring, kita minta perwakilan tiga mahasiswa untuk tiap program studi dan ditambah delapan mahasiswa baru asal Papua yang baru tiba," ujarnya.

Perkuliahan, katanya, masih akan dilangsungkan secara daring, tetapi untuk kegiatan praktikum, khususnya seni musik secara tatap muka, dengan pengurangan rasio kelas dan penerapan protokol kesehatan yang ketat.

Ia mencontohkan kelas praktikum instrumen musik biasanya dihadiri semua mahasiswa, sedangkan di tengah pandemi kehadiran mahasiswa dibagi dalam dua kelas dengan jadwal berbeda, karena dalam satu kelas hanya boleh diisi 8-10 mahasiswa.

"Dampak pandemi lumayan besar bagi dosen, terutama untuk mata kuliah yang harus ada kegiatan praktikum, mereka jadi kerja dobel karena praktikum tidak bisa dilakukan secara daring terus-menerus," tandas Agusthina.

Pewarta: Shariva Alaidrus

Editor : Lexy Sariwating


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021