Sejumlah pemuda di Lohiatala, Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku menemukan cara baru untuk mengembangkan bibit anakan pala dengan cara sambung pucuk, yang membuat waktu panen tanaman rempah itu lebih cepat dan berkualitas ekspor.

"Pala sambung pucuk memiliki kualitas yang sangat baik karena pucuknya diseleksi dari Pala Banda yang memiliki kualitas unggul," kata anggota DPRD Maluku asal Dapil Kabupaten SBB, Samson Atapary di Ambon, Minggu.

Menurut dia, pala sambung pucuk tersebut jika perawatannya dilakukan secara baik maka dalam waktu tanam antara dua hingga tiga tahun sudah dapat menghasilkan buah.

Untuk tahap awal di Negeri Lohiatala, akan dikembangkan lebih dari 20 ribu anakan yang akan ditanam di lahan-lahan pertanian/perkebunan milik masyarakat.

"Target ke depan diharapkan di seluruh lahan-lahan terlantar masyarakat di SBB bisa juga ditanam pala sambung pucuk tersebut sehingga daerah ini nantinya bisa menjadi sentra pala sambung pucuk di Maluku, dan bahkan di dunia yang memiliki kualitas ekspor," ujar dia.

Baca juga: Mantap, harga biji pala di Ternate stabil Rp100 ribu per kilogram

Untuk Koperasi Kamboti Rempah Maluku bekerjasama dengan Yayasan Ekosistim Nusantara Berkelanjutan memfasilitasi bahan dan peralatan untuk pembuatan rumah pembibitan bagi para pemuda di Negeri Lohiatala dalam mengembangkan anakan atau bibit pala sambung pucuk.

"Langkah ini dilakukan karena para pemuda Lohiatala yang pertama kali memiliki keterampilan untuk mengembangkan pala sambung pucuk tersebut," ujarnya.

Baca juga: Harga komoditas rempah di Maluku stabil, begini penjelasannya

Saat ini masyarakat di Kabupaten SBB sudah banyak yang memiliki perkebunan pala, namun masih terbatas dalam pengelolaan pascapanen sehingga biji dan bunga pala (fuli) yang dihasilkannya masih rendah dari segi mutu dan kualitas sehingga tidak bisa diekspor ke pasaran Eropa.

"Padahal harga jual di Eropa termasuk yang palin tinggi, sehingga dengan harga jual seperti ini maka harga beli ditingkat petani juga menjadi tinggi," jelas Samson.

Agar petani pala bisa memiliki pengetahuan dan keterampilan pengelolaan pascapanen yang baik, maka kedepannya Koperasi Kamboti Rempah Maluku akan membuat program pelatihan bagi petani-petani pala.

Diharapkan kepada masyarakat agar bisa menanam pala di lahan-lahan perkebunan, atau lahan terlantar yang produktif secara masal maka dapat menghasilkan kesejahteraan dan tingkat ekonomi rumah tangga yang baik. 

Jika tingkat ekonomi baik, maka masyarakat tidak perlu lagi menjual tanah-tanah adat mereka ke investor perkebunan dan lainnya.

Baca juga: Provinsi Maluku ekspor 28 ton biji pala ke China

Pewarta: Daniel Leonard

Editor : Febrianto Budi Anggoro


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021