Anggota DPR RI Daerah Pemilihan (DAPIL) Maluku Mercy Chriesty Barends mengingatkan para generasi muda di Kota Ambon untuk tidak mudah terjebak dan terjerumus ke dalam kemajuan arus globalisasi yang diwarnai kemajuan informasi dan transformasi digitalisasi.
"Para pemuda di Ambon harus cerdas memanfaatkan kemajuan era globalisasi saat ini, sehingga tidak mudah terjebak dan terpengaruh budaya asing," kata Mercy saat menggelar sosialisasi empat pilar kebangsaan kepada puluhan generasi muda di Kota Ambon, secara virtual, Sabtu.
Pada sosialisasi bertema "Pentingnya empat pilar kebangsaan demi terciptanya harmonisasi dan persatuan bangsa di tengah era globalisasi", Mercy menilai tema tersebut sangat relevan di tengah situasi global saat ini yang memunculkan banyak tantangan dan ancaman yang memengaruhi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Generasi muda sebagai penerus pembangunan bangsa harus perlu menjemput seluruh perubahan dan kemajuan era globalisasi, tetapi harus tetap memproteksi nilai-nilai kebangsaan tanpa meninggalkan akar budaya dan jati diri sebagai anak bangsa.
"Silahkan manfaatkan kemajuan teknologi, ilmu pengetahuan maupun inovasi terbaru yang sangat kreatif dan dinamis, tetapi jangan meninggalkan kultur dan budaya kita sendiri," ujar Mercy.
Anggota Badan Anggaran DPR-RI itu juga mengingatkan maraknya faham ekstrimisme, radikalisme serta ujaran kebencian saat ini, lebih banyak menggembur pertahanan generasi muda karena dianggap sebagai pihak paling mudah dipengaruhi dan dicuci otaknya.
Memanfaatkan kemajuan globalisasi, generasi muda, kata Mercy perlu lebih smart dalam mengadopsi berbagai perubahan yang terjadi, sehingga tidak tergerus dan tertinggal dalam persaingan yang semakin ketat.
"Anak-anak muda di Ambon harus smart literacy sehingga mampu melakukan perubahan baik untuk diri sendiri maupun lingkungan sekitarnya, termasuk mampu membangun komunitas cerdas dan inovatif," ujarnya.
Jika generasi muda tidak smart maka bisa terjebak pada hal-hal yang bertentangan dengan idiologi bangsa Indonesia.
Generasi muda juga diingatkan memegang teguh kultur dan budayanya bangsanya sendiri, terutama empat pilar kebangsaan yang menjadi pondasi berdirinya bangsa dan negara dan telah teruji ketangguhannya di berbagai zaman.
"Pancasila sebagai Dasar Negara, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI merupakan pondasi utama seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara sekaligus dasar memperkuat integritas dan toleransi bangsa," katanya.
Anggota Komisis VII DPR-RI itu juga menyatakan, menjadi generasi muda yang transformis tidak perlu harus menjadi seorang negarawan, tetapi membuka wawasan berpikir yang melahirkan wacana baru, cerdas dan inovatif dimulai dari lingkungan sendiri, maupun di komunitasnya masing-masing.
Memperkaya literasi dengan banyak membaca juga menjadi hal penting untuk menambah wawasan, dan menjadi sumber inspirasi untuk menciptakan inovasi atau pembelajaran cerdas dan menjadi contoh atau panutan bagi orang lain.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021
"Para pemuda di Ambon harus cerdas memanfaatkan kemajuan era globalisasi saat ini, sehingga tidak mudah terjebak dan terpengaruh budaya asing," kata Mercy saat menggelar sosialisasi empat pilar kebangsaan kepada puluhan generasi muda di Kota Ambon, secara virtual, Sabtu.
Pada sosialisasi bertema "Pentingnya empat pilar kebangsaan demi terciptanya harmonisasi dan persatuan bangsa di tengah era globalisasi", Mercy menilai tema tersebut sangat relevan di tengah situasi global saat ini yang memunculkan banyak tantangan dan ancaman yang memengaruhi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Generasi muda sebagai penerus pembangunan bangsa harus perlu menjemput seluruh perubahan dan kemajuan era globalisasi, tetapi harus tetap memproteksi nilai-nilai kebangsaan tanpa meninggalkan akar budaya dan jati diri sebagai anak bangsa.
"Silahkan manfaatkan kemajuan teknologi, ilmu pengetahuan maupun inovasi terbaru yang sangat kreatif dan dinamis, tetapi jangan meninggalkan kultur dan budaya kita sendiri," ujar Mercy.
Anggota Badan Anggaran DPR-RI itu juga mengingatkan maraknya faham ekstrimisme, radikalisme serta ujaran kebencian saat ini, lebih banyak menggembur pertahanan generasi muda karena dianggap sebagai pihak paling mudah dipengaruhi dan dicuci otaknya.
Memanfaatkan kemajuan globalisasi, generasi muda, kata Mercy perlu lebih smart dalam mengadopsi berbagai perubahan yang terjadi, sehingga tidak tergerus dan tertinggal dalam persaingan yang semakin ketat.
"Anak-anak muda di Ambon harus smart literacy sehingga mampu melakukan perubahan baik untuk diri sendiri maupun lingkungan sekitarnya, termasuk mampu membangun komunitas cerdas dan inovatif," ujarnya.
Jika generasi muda tidak smart maka bisa terjebak pada hal-hal yang bertentangan dengan idiologi bangsa Indonesia.
Generasi muda juga diingatkan memegang teguh kultur dan budayanya bangsanya sendiri, terutama empat pilar kebangsaan yang menjadi pondasi berdirinya bangsa dan negara dan telah teruji ketangguhannya di berbagai zaman.
"Pancasila sebagai Dasar Negara, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI merupakan pondasi utama seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara sekaligus dasar memperkuat integritas dan toleransi bangsa," katanya.
Anggota Komisis VII DPR-RI itu juga menyatakan, menjadi generasi muda yang transformis tidak perlu harus menjadi seorang negarawan, tetapi membuka wawasan berpikir yang melahirkan wacana baru, cerdas dan inovatif dimulai dari lingkungan sendiri, maupun di komunitasnya masing-masing.
Memperkaya literasi dengan banyak membaca juga menjadi hal penting untuk menambah wawasan, dan menjadi sumber inspirasi untuk menciptakan inovasi atau pembelajaran cerdas dan menjadi contoh atau panutan bagi orang lain.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021