Puluhan seniman tifa gong menyambut pengunjung yang tiba di Bandara Karel Sadsuittubun selama penyelenggaraan Festival Pesona Meti Kei 2021, di Kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi Maluku.
Berdasarkan pantauan ANTARA di Langgur, Selasa, seniman tifa gong dari Sanggar Eltun Jaya Oho Revav memainkan tiga lagu tradisional untuk menyambut pengunjung yang tiba di pintu keluar terminal kedatangan Bandara Karel Sadsuittubun.
Sambutan hangat bunyi tifa gong maupun suling Kei terdengar menghentak membuat suasana Bandara menjadi meriah. Para seniman yang semuanya para lelaki memukul tifa gong yang menghasilkan rentakan nada unik, yang dipadukan dengan suling Kei dan gong. Pengunjung terlihat banyak yang berhenti sejenak dan mengabadikan para seniman yang menggunakan seragam warna merah itu dengan gawai mereka.
"Setiap mereka yang datang di Malra, lewat Bandara Karel selama Festival Pesona Meti Kei, kami sambut dengan bunyi tipa gong khas suku Kei," kata Vinsensius Ohoirat Ketua Sanggar Eltun Jaya Ohoi Revav, Vincensius Ohoirat.
Baca juga: Lomba dayung sampan semarakkan Festival Meti Kei 2021, gairahkan pariwisata dan perekonomian
Ia mengatakan saat menyambut kedatangan penumpang yang baru tiba dengan pesawat Wings Air dari Ambon, para seniman memainkan tiga lagu tradisional, yakni Wahai, Etlun, Tabeel. Lagu tradisional tersebut biasa dimainkan untuk penyambutan dan menghormati tamu.
"Lagu pertama yang kita suguhkan adalah jenis Wahai sebagai bentuk penghormatan, kemudian bunyi tipa gong jenis Eltun dan Tabeel sebgai bentuk penyambambutan," kata Ohoirat.
Kepala Dinas Pariwisata Malra Nurjanah Yunus menyatakan, panitia Festival Pesona Meti Kei (FPMK) 2021 sengaja menghadirkan seniman tradisional untuk menyambut tamu di Bandara Malra.
"Itu menurut kami merupakan salah satu tampilan yang terbaik di kepulauan Kei dan mereka juga merupakan salah satu sanggar yang terbaik," kata Nurjanah yang juga Ketua Panitia FPMK 2021.
Sambutan tersebut, lanjutnya, bertujuan ingin menyampaikan kepada para tamu bahwa di Kepulauan Kei memiliki seni dan budaya yang unik dan menarik untuk disaksikan.
"Sebelum para tamu menikmati keindahan pesona di Kepulauan Kei, mereka menikmati suguhan musik tradisional Kei," ujarnya.
Baca juga: Wagub: Festival Pesona Meti Kei Beri Kontribusi Besar Pengembangan Wisata Maluku
Rangkaian acara FPMK 2021 yang sudah mulai berlangsung sejak 21 hingga 29 Oktober 2021. Meti merupakan sebutan warga di Indonesia Timur untuk fenomena alam ketika air laut surut sangat jauh di pesisir pantai pada periode tertentu di setiap tahun. Sedangkan, Kei adalah masyarakat di Malra, sehingga kegiatan ini disebut 'Meti Kei'.
Ketika peristiwa itu terjadi, masyarakat di Malra berbondong-bondong memenuhi pantai yang sedang surut untuk menangkap ikan. Pemkab Malra mengemas tradisi tersebut menjadi sebuah festival untuk mendorong sektor pariwisata dan ekonomi daerah itu sejak 2016.
Puncak festival jatuh pada tanggal 28 Oktober yang rencananya akan dihadiri oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno.
Baca juga: Tingkat hunian hotel di Malra meningkat karena Festival Meti Kei
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021
Berdasarkan pantauan ANTARA di Langgur, Selasa, seniman tifa gong dari Sanggar Eltun Jaya Oho Revav memainkan tiga lagu tradisional untuk menyambut pengunjung yang tiba di pintu keluar terminal kedatangan Bandara Karel Sadsuittubun.
Sambutan hangat bunyi tifa gong maupun suling Kei terdengar menghentak membuat suasana Bandara menjadi meriah. Para seniman yang semuanya para lelaki memukul tifa gong yang menghasilkan rentakan nada unik, yang dipadukan dengan suling Kei dan gong. Pengunjung terlihat banyak yang berhenti sejenak dan mengabadikan para seniman yang menggunakan seragam warna merah itu dengan gawai mereka.
"Setiap mereka yang datang di Malra, lewat Bandara Karel selama Festival Pesona Meti Kei, kami sambut dengan bunyi tipa gong khas suku Kei," kata Vinsensius Ohoirat Ketua Sanggar Eltun Jaya Ohoi Revav, Vincensius Ohoirat.
Baca juga: Lomba dayung sampan semarakkan Festival Meti Kei 2021, gairahkan pariwisata dan perekonomian
Ia mengatakan saat menyambut kedatangan penumpang yang baru tiba dengan pesawat Wings Air dari Ambon, para seniman memainkan tiga lagu tradisional, yakni Wahai, Etlun, Tabeel. Lagu tradisional tersebut biasa dimainkan untuk penyambutan dan menghormati tamu.
"Lagu pertama yang kita suguhkan adalah jenis Wahai sebagai bentuk penghormatan, kemudian bunyi tipa gong jenis Eltun dan Tabeel sebgai bentuk penyambambutan," kata Ohoirat.
Kepala Dinas Pariwisata Malra Nurjanah Yunus menyatakan, panitia Festival Pesona Meti Kei (FPMK) 2021 sengaja menghadirkan seniman tradisional untuk menyambut tamu di Bandara Malra.
"Itu menurut kami merupakan salah satu tampilan yang terbaik di kepulauan Kei dan mereka juga merupakan salah satu sanggar yang terbaik," kata Nurjanah yang juga Ketua Panitia FPMK 2021.
Sambutan tersebut, lanjutnya, bertujuan ingin menyampaikan kepada para tamu bahwa di Kepulauan Kei memiliki seni dan budaya yang unik dan menarik untuk disaksikan.
"Sebelum para tamu menikmati keindahan pesona di Kepulauan Kei, mereka menikmati suguhan musik tradisional Kei," ujarnya.
Baca juga: Wagub: Festival Pesona Meti Kei Beri Kontribusi Besar Pengembangan Wisata Maluku
Rangkaian acara FPMK 2021 yang sudah mulai berlangsung sejak 21 hingga 29 Oktober 2021. Meti merupakan sebutan warga di Indonesia Timur untuk fenomena alam ketika air laut surut sangat jauh di pesisir pantai pada periode tertentu di setiap tahun. Sedangkan, Kei adalah masyarakat di Malra, sehingga kegiatan ini disebut 'Meti Kei'.
Ketika peristiwa itu terjadi, masyarakat di Malra berbondong-bondong memenuhi pantai yang sedang surut untuk menangkap ikan. Pemkab Malra mengemas tradisi tersebut menjadi sebuah festival untuk mendorong sektor pariwisata dan ekonomi daerah itu sejak 2016.
Puncak festival jatuh pada tanggal 28 Oktober yang rencananya akan dihadiri oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno.
Baca juga: Tingkat hunian hotel di Malra meningkat karena Festival Meti Kei
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021