Harga hasil perkebunan Provinsi Maluku berupa cengkih di Kota Ambon yang sebelumnya bertahan di Rp111.000 per kilogram, kini mulai bergerak turun hingga mencapai Rp101.000, karena dipengaruhi oleh fluktuasi harga di pasar utama Surabaya.

Pantauan ANTARA di sejumlah gudang pengumpul hasil rempah-rempah di Jalan Setia Budi, Kota Ambon, Rabu, harga cengkih yang ditawarkan oleh pedagang pengumpul Rp101.000 per kilogram (Kg), harga ini turun dari sebelumnya Rp111.000 per Kg.

Evi pedagang pengumpul mengakui sedang ada perubahan harga komoditi cengkih terjadi di Surabaya, sehingga mempengaruhi harga cengkih yang bisa ditawarkan kepada para petani dari berbagai wilayah di Maluku yang menjual hasil panen mereka di Kota Ambon.

"Walau pun demikian, masih banyak petani yang datang untuk menjual hasil panen 2020  yang mereka simpan sambil menunggu harga yang terbaik," ujarnya.

Menurut dia, saat ini tidak ada masa panen cengkih di Maluku, kecuali sebagian di Maluku Barat Daya yang memasuki masa panen.

Dia menjelaskan, harga komoditi yang satu ini memang terjadi perubahan sejak pertengahan Juli 2021,   di mana saat itu harga cengkih mencapai Rp105.000 per Kg, kemudian turun dan memasuki awal  Oktober 2021 naik lagi hingga mencapai Rp111.000 per Kg. Dan kini terjadi perubahan sejak tiga hari yang lalu turun menjadi Rp101.000 per Kg.

Tidak hanya cengkih, komoditas perkebunan lainnya juga mengalami perubahan seperti kopra yang tidak menetap  dan berkisar antara Rp11.000 hingga Rp11.500 per Kg, biji pala bundar masih tetap terbilang cukup tinggi yakni Rp90.000 per Kg, fuli atau pembungkus biji pala bertahan dengan harga Rp245.000 per Kg, dan coklat Rp29.000 per Kg.

Dari sekian komoditas perkebunan unggulan di Maluku, saat ini hanya biji pala bundar yang harganya masih stabil dan membawa angin segar bagi petani di daerah ini yakni Rp90.000 per Kg.

Ribka seorang istri petani tanaman perkebunan asal Pulau Seram yang ditemui usai menjual 10  Kg cengkih dan lima Kg biji pala, mengaku kendati harga cengkih sekarang bergerak turun namun kami masih anggap cukup baik karena harga masih diatas Rp100.000, sedangkan biji pala masih sangat bagus.

"Kalau cengkih yang saya dijual itu merupakan hasil panen tahun lalu yang disimpan sambil menunggu harga membaik baru dijual, guna keperluan sekolah anak-anak dan juga kebutuhan sehari-hari," ujarnya.

Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Maluku Poli Jamlean yang dihubungi terkait patokan harga beberapa komoditi hasil perkebunan seperti misal cengkih yang saat ini bergerak turun mengatakan, terkait harga cengkih yang sekarang lagi turun , hal itu sudah menjadi mekanisme pasar, para pembeli yang ada di Kota Ambon ini selalu mengikuti perkembangan harga di pasar utama Surabaya.

"Itu sudah menjadi mekanisme pasar, sebab hasil pembelian di disini mereka jual lagi ke Surabaya,  kita tidak bisa mengaturnya," katanya.

Memang Pemerintah Provinsi mulai berupaya melakukan kegiatan ekspor beberapa komoditi hasil perkebunan ke luar negeri sejak beberapa bulan yang lalu yakni biji pala, dan awal Oktober 2021 juga berhasil mengirim damar ke Vietnam.

Karena itu diharapkan kegiatan ekspor ke depan bukan saja di dominasi oleh hasil perikanan dan kelautan tetapi juga dari hasil perkebunan.
 

Pewarta: John Soplanit

Editor : Lexy Sariwating


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021