Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Provinsi Maluku mendorong peningkatan keterampilan literasi digital di kalangan mahasiswa untuk menangkal hoaks dan berpikir kritis saat membaca informasi di media sosial.

"Sasaran kami adalah mahasiswa dengan harapan mereka nantinya bisa mengerti apa itu hoaks dan dan jenis-jenisnya yang beredar di masyarakat, juga disinformasi dan misinformasi, mengapa laju penyebaran hoaks masih tinggi, dan bagaimana cara mengidentifikasinya," kata Koordinator Mafindo Maluku Roesda Leikawa di Ambon, Senin (6/12).

Ia mengatakan maraknya berita bohong di internet menjadi fenomena yang sangat mengancam dengan motif penyebaran yang variatif, mulai dari iseng hingga dilatarbelakangi kepentingan politik dan ekonomi. Dampak dari tersebarnya hoaks bisa menimbulkan keresahan di masyarakat hingga pergesekan sosial dan ketidakstabilan negara.

Guna menghindari dampak buruk akibat penyebaran hoaks, ujar Roesda, Mafindo Provinsi Maluku mendorong peningkatan literasi digital di kalangan mahasiswa, karena mereka merupakan generasi muda dan juga pengguna aktif media sosial.

Karena itu, selain Roesda, beberapa relawan Mafindo Maluku di antaranya, Mark Ufie, Soleman Pelu, Abubakar Difinubun dan Herry Wellsy Bakarbessy yang juga jawara internet sehat juga terlibat dalam pelatihan kepada mahasiswa.

"Diharapkan usai mengikuti pelatihan yang kami laksanakan mahasiswa dapat memahami cara-cara mengidentifikasi hoaks, disinformasi dan misinformasi, serta dapat mengetahui cara melakukan pemeriksaan fakta secara sederhana," ucap Roesda

Dikatakannya lagi, program Peningkatan Literasi Digital Mahasiswa dilaksanakan dalam bentuk roadshow bekerja sama dengan Universitas Muhammadiyah Maluku (Unimku). Kerja sama tersebut dilakukan dalam bentuk penandatangan nota kesepahaman bersama (Memorandum of Understanding - MoU).

Sebagaimana di tingkat nasional, Mafindo pusat melalui Ma'arif Institut juga telah menjalin kerja sama dengan Majelis Dikti PP Muhammadiyah untuk program kurikulum Tular Nalar, dan memberikan pelatihan pada ratusan dosen dari perguruan tinggi Muhammadiyah di berbagai daerah di Indonesia.

"Salah satu focus kami di Madindo adalah edukasi literasi, sehingga pada kegiatan ini kami juga melakukan penandatanganan MoU, supaya ke depannya bisa berkolaborasi pada program-program pendidikan lainnya," kata Roesda.

Rektor Unimku Mohdar Yanlua mengatakan dengan semakin berkembangnya era digital saat ini, perlu ada penguatan literasi digital bagi mahasiswa maupun dosen dalam lingkup kampus dalam menangkal hoaks.

Ia mengapresiasi upaya Mafindo Maluku untuk meningkatkan keterampilan literasi digital mahasiswa. Kerja sama yang dijalin dengan Mafindo sejalan dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Mohdar berharap kegiatan literasi bisa terus dilaksanakan, tidak hanya kepada mahasiswa tapi juga dosen, sehingga mereka bisa lebih matang dan kuat dalam menangkal hoaks.

"Ini langkah awal yang baik untuk mahasiswa di bidang literasi. Semoga ke depannya bisa terus melakukan kegiatan yang sama baik untuk mahasiswa maupun dosen," ucap Mohdar.

Mafindo merupakan organisasi periksa fakta pertama di Indonesia yang berbasis komunitas dan didukung oleh tim profesional. Berdiri pada 2016, lembaga nirlaba kemasyarakatan dan independen tersebut menjadi menjadi satu dari enam International Fact-Checking Network (IFCN Signatory) dengan bidang kerja meliputi pemeriksaan fakta, edukasi, membangun opini dan kolaborasi.

Saat ini Mafindo tersebar di 17 kota dan memiliki kurang lebih 550 relawan di seluruh Indonesia. Di Maluku, Mafindo dideklarasikan pada 2018 dan memiliki kurang lebih 50 relawan yang tersebar di kota Ambon, Tual, Kabupaten Maluku Tengah, Seram Bagian Barat, Seram Bagian Timur dan Kabupaten Kepulauan Aru.

Pewarta: Shariva Alaidrus

Editor : Lexy Sariwating


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021