Badan Keamanan Laut (Bakamla) Zona Maritim Timur menyatakan sebagian masyarakat di wilayah perairan Provinsi Maluku masih menangkap ikan dengan mempergunakan bom potasium, sehingga hal tersebut masih menjadi ancaman untuk kelestarian biota laut di wilayah tersebut.
"Penggunaan bom potasium masih ada mulai dari perairan Pulan Seram sampai ke Selatan termasuk Maluku Tenggara, Maluku Barat Daya. Dan diperkuat juga dengan informasi yang diterima Bakamla Zona Maritim Timur dari pihak Dinas Kelautan dan Perikanan Maluku," kata Kepala Kantor Bakamla Zona Maritim Timur, Laksamana Pertama Arif Sumartono, usai membuka Latihan Keamanan dan Keselamatan Laut Zona Maritim Timur 2022, di Kota Ambon, Senin.
Ia mengatakan perlu ada upaya bersama dari seluruh pemangku kebijakan untuk menghentikan nelayan dalam penggunaan bom yang menggunakan bahan kimia berbahaya itu.
"Penggunaan bom untuk mencari ikan sangat berbahaya karena merusak ekosistem laut dan produktivitas sektor perikanan Maluku berpotensi untuk menurun," ujar Arif.
Lebih lanjut ia mengatakan kemampuan Bakamla di Zona Maritim Timur masih terbatas dari jumlah personel yang masih sedikit, kemudian armada kapal relatif kurang.
Padahal Bakamla di zona maritim timur tanggung jawab sangat besar karena harus mengamankan wilayah perairan di lima provinsi, mulai dari Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Maluku Utara.
"Kemudian untuk kapal kita juga masih terbatas. Kapal yang besar seharusnya ada tiga yang ukurannya 80 meter dan 48 meter. Kalau kapal ukuran 80 meter itu, yakni KN Pulau Dana rencananya untuk Zona Maritim Timur tetapi belum bisa karena masih digunakan untuk pengamanan di Pulau Natuna. Sedangkan, kapal Katamaran yang diposisikan di Kupang dan Tual," kata Arif.
Meski begitu, Bakalma terus berinovasi untuk melakukan pengawasan wilayahnya, salah satunya dengan pemasangan Sistem Pengawasan Dini (SPD) seperti yang sudah ditempatkan di Jayapura, Merauke, Tual, Ambon, dan Saumlaki.
Selain itu, ia mengatakan Bakamla juga terus melakukan pelatihan terhadap personel yang dilakukan rutin setiap tahun ini. Tujuannya untuk meningkatkan potensi dan SDM Bakamla yang ada di wilayah zona, kapal negara (KN), maupun di pangkalan.
"Pelatihan yang dilaksanakan nantinya berupa menyelam, dan menembak yang terbagi atas dua bagian di darat maupun di laut. Untuk menyelam agak rawan jadi akan didatangkan ahlinya, sedangkan untuk pelatihan menembak kita bersinergi dengan Pangkalan Uatama TNI Angkatan Laut (Lantamal) IX/ Ambon, khususnya marinir," katanya.
Dia menambahkan, latihan menembak di darat akan dilakukan di Desa Telaga Kodok, kecamatamn Lehitu, pulau Ambon, Kabupaten Maluku Tengah yakni di lapangan tembak Lantamal IX/ Ambon. Sedangkan latihan menembak di laut akan berlangsung di perairan Laut Banda.
Jumlah anggota yang akan ikut dalam latihan selam ada sebanyak 11 orang, dan 20 anggota lainnya ikut latihan menembak.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2022
"Penggunaan bom potasium masih ada mulai dari perairan Pulan Seram sampai ke Selatan termasuk Maluku Tenggara, Maluku Barat Daya. Dan diperkuat juga dengan informasi yang diterima Bakamla Zona Maritim Timur dari pihak Dinas Kelautan dan Perikanan Maluku," kata Kepala Kantor Bakamla Zona Maritim Timur, Laksamana Pertama Arif Sumartono, usai membuka Latihan Keamanan dan Keselamatan Laut Zona Maritim Timur 2022, di Kota Ambon, Senin.
Ia mengatakan perlu ada upaya bersama dari seluruh pemangku kebijakan untuk menghentikan nelayan dalam penggunaan bom yang menggunakan bahan kimia berbahaya itu.
"Penggunaan bom untuk mencari ikan sangat berbahaya karena merusak ekosistem laut dan produktivitas sektor perikanan Maluku berpotensi untuk menurun," ujar Arif.
Lebih lanjut ia mengatakan kemampuan Bakamla di Zona Maritim Timur masih terbatas dari jumlah personel yang masih sedikit, kemudian armada kapal relatif kurang.
Padahal Bakamla di zona maritim timur tanggung jawab sangat besar karena harus mengamankan wilayah perairan di lima provinsi, mulai dari Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Maluku Utara.
"Kemudian untuk kapal kita juga masih terbatas. Kapal yang besar seharusnya ada tiga yang ukurannya 80 meter dan 48 meter. Kalau kapal ukuran 80 meter itu, yakni KN Pulau Dana rencananya untuk Zona Maritim Timur tetapi belum bisa karena masih digunakan untuk pengamanan di Pulau Natuna. Sedangkan, kapal Katamaran yang diposisikan di Kupang dan Tual," kata Arif.
Meski begitu, Bakalma terus berinovasi untuk melakukan pengawasan wilayahnya, salah satunya dengan pemasangan Sistem Pengawasan Dini (SPD) seperti yang sudah ditempatkan di Jayapura, Merauke, Tual, Ambon, dan Saumlaki.
Selain itu, ia mengatakan Bakamla juga terus melakukan pelatihan terhadap personel yang dilakukan rutin setiap tahun ini. Tujuannya untuk meningkatkan potensi dan SDM Bakamla yang ada di wilayah zona, kapal negara (KN), maupun di pangkalan.
"Pelatihan yang dilaksanakan nantinya berupa menyelam, dan menembak yang terbagi atas dua bagian di darat maupun di laut. Untuk menyelam agak rawan jadi akan didatangkan ahlinya, sedangkan untuk pelatihan menembak kita bersinergi dengan Pangkalan Uatama TNI Angkatan Laut (Lantamal) IX/ Ambon, khususnya marinir," katanya.
Dia menambahkan, latihan menembak di darat akan dilakukan di Desa Telaga Kodok, kecamatamn Lehitu, pulau Ambon, Kabupaten Maluku Tengah yakni di lapangan tembak Lantamal IX/ Ambon. Sedangkan latihan menembak di laut akan berlangsung di perairan Laut Banda.
Jumlah anggota yang akan ikut dalam latihan selam ada sebanyak 11 orang, dan 20 anggota lainnya ikut latihan menembak.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2022