Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Hilmar Farid, menyatakan program Muhibah Budaya Jalur Rempah yang telah digelar beberapa tahun terakhir mempererat persatuan dan kesatuan bangsa.
"Muhibah Budaya Jalur Rempah ini menyambung kembali berbagai hal yang terputus, menghubungkan kembali interaksi antarmasyarakat, termasuk di dalam memperkuat persatuan dan kesatuan," kata dia di Banda Neira, Pulau Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, Selasa.
Program yang digagas Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek untuk membangun kesadaran masyarakat tentang kekayaan rempah di Indonesia yang sudah ada sejak masa prakolonial. Persebaran rempah nusantara sejak dulu menghubungkan peradaban, baik di Nusantara maupun dunia.
"Jadi rempah-rempah mempersatukan peradaban bangsa Indonesia dan dunia. Itulah inti Muhibah Budaya Jalur Rempah melibatkan generasi muda terpilih dari 34 provinsi, dan mereka membangun interaksi dengan masyarakat di setiap titik singgah," katanya.
Baca juga: Kemendikbudristek dukung pelestarian tarian Cakalele di Pulau Banda, khasanah budaya Maluku
Selain itu, kesadaran mencintai dan merawat keberagaman di Indonesia diharapkan tumbuh dari program Muhibah Budaya Jalur Rempah menggunakan kapal latih milik TNI Angkatan Laut, KRI Dewaruci, yang diikuti 147 Laskar Rempah dan ribuan masyarakat di titik persinggahan.
Ia menyebut kekayaan rempah nusantara bukan sekadar komoditas, namun berpengaruh besar dalam membangun peradaban Nusantara.
Terkait persinggahan KRI Dewaruci di Banda Neira selama tiga hari, sejak Sabtu (18/6), Hilmar mengakui berjalan lancar dan mendapat sambutan hangat masyarakat di pulau penghasil pala yang telah terkenal di seluruh dunia sejak abad 17 itu.
Baca juga: Muhibah budaya jalur Rempah tiba di Kepulauan Banda, perjalanan jangan sebatas nostalgia
"Selama tiga hari ini banyak hal baik yang diperoleh oleh peserta maupun masyarakat Banda. Saya secara pribadi sangat bersyukur penerimaan masyarakat terhadap peserta luar biasa baik, seluruh kegiatan berjalan lancar kendati cuaca kurang bersahabat tetapi tidak mengurangi semangat dan komitmen semua pihak untuk menyukseskannya," kata dia.
Oleh karena itu, dia berharap pesan dari misi Muhibah Budaya Jalur Rempah itu dapat diteruskan oleh para pemuda Laskar Rempah ke seluruh pemuda di Tanah Air.
Muhibah Budaya Jalur Rempah dilepas keberangkatannya dari Surabaya pada 1 Juni 2022 bertepatan dengan Hari Lahir Pancasila oleh Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim dan Wakil Kepala Staf TNI AL Laksamana Madya Ahmadi Heri Purwono.
Laskar Rempah telah melintasi rute Surabaya, Makassar, Bau-Bau-Buton, Ternate-Tidore serta Banda, dan kemudian dilanjutkan dengan rute menuju Kupang, Nusa Tenggara Timur, dan kembali ke Surabaya.
Baca juga: Hilmar Farid: Sudah lama ingin jadikan Kepulauan Banda cagar budaya
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2022
"Muhibah Budaya Jalur Rempah ini menyambung kembali berbagai hal yang terputus, menghubungkan kembali interaksi antarmasyarakat, termasuk di dalam memperkuat persatuan dan kesatuan," kata dia di Banda Neira, Pulau Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, Selasa.
Program yang digagas Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek untuk membangun kesadaran masyarakat tentang kekayaan rempah di Indonesia yang sudah ada sejak masa prakolonial. Persebaran rempah nusantara sejak dulu menghubungkan peradaban, baik di Nusantara maupun dunia.
"Jadi rempah-rempah mempersatukan peradaban bangsa Indonesia dan dunia. Itulah inti Muhibah Budaya Jalur Rempah melibatkan generasi muda terpilih dari 34 provinsi, dan mereka membangun interaksi dengan masyarakat di setiap titik singgah," katanya.
Baca juga: Kemendikbudristek dukung pelestarian tarian Cakalele di Pulau Banda, khasanah budaya Maluku
Selain itu, kesadaran mencintai dan merawat keberagaman di Indonesia diharapkan tumbuh dari program Muhibah Budaya Jalur Rempah menggunakan kapal latih milik TNI Angkatan Laut, KRI Dewaruci, yang diikuti 147 Laskar Rempah dan ribuan masyarakat di titik persinggahan.
Ia menyebut kekayaan rempah nusantara bukan sekadar komoditas, namun berpengaruh besar dalam membangun peradaban Nusantara.
Terkait persinggahan KRI Dewaruci di Banda Neira selama tiga hari, sejak Sabtu (18/6), Hilmar mengakui berjalan lancar dan mendapat sambutan hangat masyarakat di pulau penghasil pala yang telah terkenal di seluruh dunia sejak abad 17 itu.
Baca juga: Muhibah budaya jalur Rempah tiba di Kepulauan Banda, perjalanan jangan sebatas nostalgia
"Selama tiga hari ini banyak hal baik yang diperoleh oleh peserta maupun masyarakat Banda. Saya secara pribadi sangat bersyukur penerimaan masyarakat terhadap peserta luar biasa baik, seluruh kegiatan berjalan lancar kendati cuaca kurang bersahabat tetapi tidak mengurangi semangat dan komitmen semua pihak untuk menyukseskannya," kata dia.
Oleh karena itu, dia berharap pesan dari misi Muhibah Budaya Jalur Rempah itu dapat diteruskan oleh para pemuda Laskar Rempah ke seluruh pemuda di Tanah Air.
Muhibah Budaya Jalur Rempah dilepas keberangkatannya dari Surabaya pada 1 Juni 2022 bertepatan dengan Hari Lahir Pancasila oleh Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim dan Wakil Kepala Staf TNI AL Laksamana Madya Ahmadi Heri Purwono.
Laskar Rempah telah melintasi rute Surabaya, Makassar, Bau-Bau-Buton, Ternate-Tidore serta Banda, dan kemudian dilanjutkan dengan rute menuju Kupang, Nusa Tenggara Timur, dan kembali ke Surabaya.
Baca juga: Hilmar Farid: Sudah lama ingin jadikan Kepulauan Banda cagar budaya
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2022