Ambon (ANTARA) - Direktur Jenderal (Dirjen), Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Hilmar Farid menilai tradisi yang ada sejak zaman leluhur bisa menjadi salah satu solusi untuk menyelamatkan lingkungan hidup dari ancaman kerusakan.
"Peran kebudayaan menjadi penting, tradisi adalah resources yang luar biasa untuk memikirkan alternatif solusi bagi kondisi sekarang," kata Hilmar, di Ambon, Maluku,Selasa.
Ia mengatakan tradisi merupakan ilmu pengetahuan yang telah ada sejak masa leluhur. Sebagai bangsa yang besar dengan beragam suku dan budaya, Indonesia memiliki banyak tradisi yang berakar dari kebudayaan, sebagian bisa digunakan untuk mengampanyekan perlindungan terhadap alam.
Selain itu, tradisi dan kebudayaan juga bisa digunakan sebagai referensi dan data untuk mendapatkan solusi alternatif lain guna menyelamatkan alam dari ancaman kerusakan.
Hilmar mencontohkan tradisi di Maluku, yakni pembatasan penangkapan ikan untuk beberapa waktu tertentu. Tradisi itu bisa menjadi salah satu solusi untuk isu "over fishing" dan upaya menyelamatkan ekosistem laut.
Maluku, ujar dia, termasuk wilayah dengan keanekaragaman hayati yang paling tinggi di Indonesia, dan juga kekayaan budaya yang luar biasa, keduanya bisa disatukan untuk mengampanyekan isu lingkungan dan menyelamatkan alam dari dampak kerusakan yang telah terjadi.
"Ilmu-ilmu yang sudah dimiliki dari leluhur kita selama bergenerasi hanya kita lupakan, sekarang sudah waktunya kita belajar lagi," ucap dia.
Hilmar mengaku terharu dengan upaya anak-anak dan remaja di komunitas lingkungan hidup Lebe Bae di Kota Ambon, karena di usia yang masih sangat muda mereka sudah melakukan tindakan nyata untuk menyelamatkan alam dari dampak kerusakan.
Ia berjanji untuk membantu mereka dengan menyumbangkan 20 ukulele agar bisa mereka gunakan sebagai media mengampanyekan isu lingkungan melalui musik di berbagai wilayah Maluku.
"Untuk teman-teman muda, dengan kita mengenali masa lalu kita, kita akan paham situasi kita sekarang dan akan lebih mudah melihat ke depan," ujar Hilmar Farid.