Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon, Maluku, melakukan penguatan program Pusat Kolaborasi Riset Ekosistem Perairan Kawasan Timur Indonesia (KTI).
"Pusat kolaborasi riset merupakan salah satu skema program, di mana BRIN menyiapkan fasilitas pendanaan dan sumber daya manusia," kata Peneliti Pusat Riset Oseanografi BRIN Augy Syahailatua pada Lokakarya Penguatan Program Pusat Kolaborasi Riset Ekosistem Perairan Teluk Ambon, di Ambon, Selasa
Pusat kolaborasi riset, kata dia, dapat terbangun apabila pihak universitas bersedia menerima konsep dari BRIN, dan koordinator harus dari universitas, untuk bersama menjalankan pusat riset BRIN.
Baca juga: Unpatti: Hasil riset Teluk Ambon jangan sebatas konsep, berakhir tanpa realisasi
"Saat ini kami baru membangun koordinasi dengan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, tetapi itu tidak menutup kesempatan untuk teman-teman dari fakultas lain untuk bergabung, karena aspek riset itu sangat luas sekali," katanya.
Sistem riset ini, menurut dia, ditindaklanjuti dengan pelaksanaan lokakarya pengelolaan Teluk Ambon, yang melibatkan unsur pemerintah daerah, akademisi, dan LSM.
"Kami mencoba mengkaji sistem riset yang perlu kami ubah. Selain itu, fasilitas yang sangat penting kita tahu bahwa riset Teluk Ambon ini sudah lebih dari 50 tahun, sekarang pertanyaannya datanya di mana dan lainnya," kata dia.
Baca juga: DPR & BRIN latih 800 guru dan siswa Maluku membuat karya tulis ilmiah
BRIN juga menyediakan fasilitas untuk menyimpan data, agar kesinambungan terus terjaga dari generasi ke generasi.
Wakil Rektor I Unpatti Ambon Fredy Leiwakabessy mengatakan, lokakarya ini akan memberi dasar konsep yang lebih kuat dan jelas untuk memulai riset.
Selanjutnya dari riset yang dilakukan akan diperoleh data informasi yang lebih akurat, kemudian akan dibuat rencana strategis yang lebih baik guna diintegrasikan dengan perencanaan di tingkat pemerintah provinsi maupun kabupaten dan kota.
"Dengan demikian, pengelolaan sistem pesisir Teluk Ambon ini bisa terintegrasi dengan baik dan secara dasar ilmu pengetahuan dapat diperoleh manfaat bagi ketahanan pangan, kesehatan, pariwisata, dan kewirausahaan," katanya.
Baca juga: Anggota DPR Mercy Barends memotivasi guru di Pulau Saparua jadi periset unggul
Lokakarya dilaksanakan 1- 2 November 2022 dengan menghadirkan pembicara dua peneliti dari BRIN yakni Peneliti Pusat Riset Oseanografi BRIN Augy Syahailatua dan Frensly D Hukom.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2022
"Pusat kolaborasi riset merupakan salah satu skema program, di mana BRIN menyiapkan fasilitas pendanaan dan sumber daya manusia," kata Peneliti Pusat Riset Oseanografi BRIN Augy Syahailatua pada Lokakarya Penguatan Program Pusat Kolaborasi Riset Ekosistem Perairan Teluk Ambon, di Ambon, Selasa
Pusat kolaborasi riset, kata dia, dapat terbangun apabila pihak universitas bersedia menerima konsep dari BRIN, dan koordinator harus dari universitas, untuk bersama menjalankan pusat riset BRIN.
Baca juga: Unpatti: Hasil riset Teluk Ambon jangan sebatas konsep, berakhir tanpa realisasi
"Saat ini kami baru membangun koordinasi dengan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, tetapi itu tidak menutup kesempatan untuk teman-teman dari fakultas lain untuk bergabung, karena aspek riset itu sangat luas sekali," katanya.
Sistem riset ini, menurut dia, ditindaklanjuti dengan pelaksanaan lokakarya pengelolaan Teluk Ambon, yang melibatkan unsur pemerintah daerah, akademisi, dan LSM.
"Kami mencoba mengkaji sistem riset yang perlu kami ubah. Selain itu, fasilitas yang sangat penting kita tahu bahwa riset Teluk Ambon ini sudah lebih dari 50 tahun, sekarang pertanyaannya datanya di mana dan lainnya," kata dia.
Baca juga: DPR & BRIN latih 800 guru dan siswa Maluku membuat karya tulis ilmiah
BRIN juga menyediakan fasilitas untuk menyimpan data, agar kesinambungan terus terjaga dari generasi ke generasi.
Wakil Rektor I Unpatti Ambon Fredy Leiwakabessy mengatakan, lokakarya ini akan memberi dasar konsep yang lebih kuat dan jelas untuk memulai riset.
Selanjutnya dari riset yang dilakukan akan diperoleh data informasi yang lebih akurat, kemudian akan dibuat rencana strategis yang lebih baik guna diintegrasikan dengan perencanaan di tingkat pemerintah provinsi maupun kabupaten dan kota.
"Dengan demikian, pengelolaan sistem pesisir Teluk Ambon ini bisa terintegrasi dengan baik dan secara dasar ilmu pengetahuan dapat diperoleh manfaat bagi ketahanan pangan, kesehatan, pariwisata, dan kewirausahaan," katanya.
Baca juga: Anggota DPR Mercy Barends memotivasi guru di Pulau Saparua jadi periset unggul
Lokakarya dilaksanakan 1- 2 November 2022 dengan menghadirkan pembicara dua peneliti dari BRIN yakni Peneliti Pusat Riset Oseanografi BRIN Augy Syahailatua dan Frensly D Hukom.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2022