Ambon (ANTARA) - Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Maluku memfasilitasi kolaborasi riset studi kualitas rumput laut yang diinisiasi oleh PT Selt Algae Indonesia dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
"Kami lakukan Focus Group Discussion (FGD) atau diskusi kelompok terpumpun yang merupakan bagian dari kerangka kerja implementasi proyek Climate Resistance Seaweed Strain (CRSS)," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Maluku Erawan Asikin dalam keterangan tertulis yang diterima di Ambon, Senin.
Ia menjelaskan bahwa kolaborasi ini didukung oleh Kementerian Koordinator Bidang Pangan dan Kementerian Kelautan dan Perikanan, dengan tujuan utama untuk melaksanakan studi mengenai kualitas bibit rumput laut, yaitu Kappaphycus alvarezii atau sering disebut Eucheuma cottoni.
"Riset ini menggunakan metode seleksi berjenjang (gradual selection) yang dikombinasikan dengan pendekatan molekuler," katanya lagi.
Dia melanjutkan bahwa rumput laut sebagai salah satu komoditas perikanan budi daya yang menyumbang produksi terbanyak di Maluku memiliki potensi besar untuk pengelolaan berkelanjutan dan berdaya saing.
Rumput laut sendiri merupakan salah satu sumber daya laut yang sangat potensial untuk dikaji dari berbagai aspek. Dari sudut pandang biologi, rumput laut menawarkan keragaman jenis dan klasifikasi yang menarik untuk dipelajari. Ekologi dan habitat rumput laut juga sangat penting untuk dipahami, karena mempengaruhi distribusi dan interaksi dengan lingkungan sekitarnya.
Dari aspek kimia, rumput laut kaya akan nutrisi seperti protein, karbohidrat, dan vitamin yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. Selain itu, rumput laut juga mengandung senyawa bioaktif seperti antioksidan dan antibakteri yang memiliki potensi besar dalam pengobatan dan pencegahan penyakit.
Dari sudut pandang ekonomi, analisis biaya dan keuntungan menunjukkan bahwa budi daya rumput laut dapat menjadi usaha yang sangat menguntungkan. Pasar dan pemasaran rumput laut juga sangat penting untuk dipahami, karena mempengaruhi harga dan ketersediaan produk.
Dari aspek teknologi, rumput laut menawarkan berbagai peluang untuk pengembangan teknologi budi daya, pengolahan, dan pascapanen yang lebih efektif dan efisien. Teknologi ini dapat membantu meningkatkan kualitas dan nilai tambah produk rumput laut, serta mempertahankan kesegaran dan kualitas produk.
Produksi rumput laut di Maluku cukup potensial. Maluku Tenggara merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan budi daya rumput laut.
Luas lahan potensial budi daya rumput laut di Maluku Tenggara mencapai 8,6 ribu hektare, dengan jumlah pembudidaya sebanyak 2,2 ribu orang.
Produksi rumput laut di Maluku Tenggara juga terus mengalami peningkatan. Pada 2023, produksi rumput laut di Maluku Tenggara mencapai 40 ribu ton rumput laut basah.
Bahkan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) juga telah mengembangkan program modeling budi daya rumput laut di Maluku Tenggara untuk mendorong hilirisasi rumput laut dan menjadikan komoditas ini champion di pasar global.
"Hasil FGD ini akan menjadi dasar dalam merumuskan langkah-langkah strategis untuk mengembangkan budi daya rumput laut yang berkelanjutan, seperti pengembangan teknologi budi daya yang ramah lingkungan, peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan pengembangan pasar produk turunan rumput laut," ujarnya lagi.
"Dengan demikian, diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah produk rumput laut dan memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian daerah," katanya pula.