Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Maluku memperketat pengawasan guna mengantisipasi aliran Ahmadiyah jangan masuk ke daerah ini agar jalinan keharmonisan antarumat beragama tetap terjalin harmonis. Wakil Ketua Bidang Ukhuwah Islamiah FKUB Maluku, Husein Toisutta, ketika dikonfirmasi ANTARA, di Ambon, sabtu, mengatakan, daerah ini memiliki jalinan keharmonisan antarumat beragama sebagai warisan leluhur sehingga harus dilestarikan dengan menjaga kemungkinan agar aliran Ahmadiyah sampai merambah ke daerah ini sebagaimana provinsi lainnya. "Kami intensif melakukan pemantauan dan berkoordinasi dengan para kepala Kementerian Agama di sembilan kabupaten dan dua kota agar masyarakat tidak mudah terprovokasi aliran Ahmadiyah yang bisa saja diajarkan orang luar Maluku dengan memanfaatkan banyak pintu masuk melalui laut," ujarnya. Husein mengakui FKUB Maluku juga memantau kegiatan aliran agama lainnya yang ajarannya diindikasi sesat dengan melaporkan ke Kepolisian dan Kejaksaan. "Kewenangan menindak aliran agama terindidikasi sesat itu ditangani Kepolisian dan Kejaksaan sehingga FKUB Maluku hanya melaporkan dengan harapan ditangani secara arif dan bijaksana," katanya. FKUB Maluku juga mengarahkan para pimpinan di masing - masing agama untuk menyelesaikan masalah - masalah internal agar tidak berimbas kepada stabilitas keamanan seperti perkelahian. "Kami berusaha agar jalinan keharmonisan antarumat beragama di Maluku senantisa terbina baik sehingga mendukung keamanan yang stabil sehingga memungkinkan percepatan pembangunan, program pemerintahan dan pelayanan sosial," ujar Husein. FKUB Maluku, kata dia, memiliki tangggung jawab untuk menjaga keharmonisan jalinan umat beragama sehingga peristiwa konflik sosial pada 1999 tidak perlu terulang kembali. "Budaya hidup orang basudara (saudara) yang dibingkai "Pela dan Gandong" didorong sebagai perekat karena ternyata masih dijunjung warga Maluku hingga saat ini sebagai aset kebudayaan nasional,"kata Husein. Dia mencontohkan budaya mama dan bapa piara ( asuh) ternyata masih terbina hingga sekarang. "Anak beragama Kristen memiliki mama dan papa piara buat agama Islam dan sebaliknya. Mereka disekolahkan, mencari pekerjaan hingga berumah tangga tetap diperhatikan, makanya menjadi aset budaya bernilai sejarah yang kini dibina agar warisan leluhur jangan punah," ujar Husein Toisutta.

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2011