Direktur Pascasarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama mengemukakan kasus Flu Burung di Kamboja, masuk dalam daftar Disease Outbreak News (DONs) Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) per 26 Februari 2023.
"Kasus pertama adalah anak berusia 11 tahun, yang gejala dan perburukannya cepat sekali, sama seperti kasus Flu Burung di Indonesia beberapa tahun yang lalu," kata Tjandra Yoga Aditama melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin.
Tjandra yang juga mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara melaporkan pasien tersebut mulai bergejala 16 Februari 2023, lalu diobati di fasilitas rumah sakit setempat, hingga terdiagnosa pneumonia berat per 21 Februari 2023.
Baca juga: Kemenkes waspadai infeksi Flu Burung ke manusia
Ia mengatakan pasien menjalani perawatan intensif di National Pediatric Hospital, tapi dinyatakan meninggal pada 22 Februari 2023.
Tjandra mengatakan Pemerintah Kamboja telah bergerak cepat memeriksa PCR pasien yang diambil pada 21 Februari 2023 melalui Sentinel Severe Acute Respiratory Infection (SARI).
"Ini menunjukkan surveilan berjalan di lapangan, dan langsung dinyatakan PCR positif. Sampel juga langsung dikirim juga Institute Pasteur Cambodia yang merupakan National Influenza Center (NIC) yang mengonfirmasi kepositifan pasien," katanya.
Selain itu Kamboja juga langsung mengirimkan data genetiknya ke Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID). "Surveilan dan kecepatan proses seperti ini yang tentunya harus dilakukan di lapangan, termasuk juga di negara kita," katanya.
Baca juga: Karantina Ternate musnahkan puluhan unggas dewasa, cegah flu burung
Berdasarkan hasil analisa sampel pasien, kata Tjandra, diketahui penyebabnya adalah H5N1 clade 2.3.2.1c. Jenis tersebut berbeda dengan yang ditemukan di peternakan bebek peking Kalimantan Selatan.
"Jadi, bukan 2.3.4.4b pada bebek di Kalimantan Selatan. Jadi tegasnya di Kamboja bukan clade itu penyebab penyakitnya," kata Tjandra.
Ia mengatakan Pemerintah Kamboja menemukan 12 kontak erat, delapan di antaranya tidak bergejala dan empat lainnya sudah masuk definisi kasus suspek.
"11 orang ternyata negatif dan satu positif menjadi kasus kedua. Jadi konfirmasi penelusuran kasusnya juga cepat sekali dilakukan," katanya.
Baca juga: Maluku Utara Bebas Flu Burung
Kasus kedua di Kamboja dideteksi pada 23 Februari 2023 atau hanya berselang dua hari sesudah kasus pertama. Pasien diketahui merupakan ayah dari kasus pertama.
Tjandra sedang menunggu konfirmasi ilmiah seputar sumber penularan Flu Burung pada anak dan ayah di Kamboja.
"Apakah keduanya sama-sama tertular dari unggas di rumah mereka, jadi masih penularan dan unggas ke manusia atau si ayah tertular dari anaknya yang kalau benar terjadi, menunjukkan adanya penularan antar-manusia," katanya.
Penjelasan dari pertanyaan tersebut, kata Tjandra, penting untuk langkah selanjutnya di Kamboja dan juga antisipasi di Indonesia.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pakar: Flu Burung di Kamboja masuk daftar Disease Outbreak News WHO
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2023
"Kasus pertama adalah anak berusia 11 tahun, yang gejala dan perburukannya cepat sekali, sama seperti kasus Flu Burung di Indonesia beberapa tahun yang lalu," kata Tjandra Yoga Aditama melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin.
Tjandra yang juga mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara melaporkan pasien tersebut mulai bergejala 16 Februari 2023, lalu diobati di fasilitas rumah sakit setempat, hingga terdiagnosa pneumonia berat per 21 Februari 2023.
Baca juga: Kemenkes waspadai infeksi Flu Burung ke manusia
Ia mengatakan pasien menjalani perawatan intensif di National Pediatric Hospital, tapi dinyatakan meninggal pada 22 Februari 2023.
Tjandra mengatakan Pemerintah Kamboja telah bergerak cepat memeriksa PCR pasien yang diambil pada 21 Februari 2023 melalui Sentinel Severe Acute Respiratory Infection (SARI).
"Ini menunjukkan surveilan berjalan di lapangan, dan langsung dinyatakan PCR positif. Sampel juga langsung dikirim juga Institute Pasteur Cambodia yang merupakan National Influenza Center (NIC) yang mengonfirmasi kepositifan pasien," katanya.
Selain itu Kamboja juga langsung mengirimkan data genetiknya ke Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID). "Surveilan dan kecepatan proses seperti ini yang tentunya harus dilakukan di lapangan, termasuk juga di negara kita," katanya.
Baca juga: Karantina Ternate musnahkan puluhan unggas dewasa, cegah flu burung
Berdasarkan hasil analisa sampel pasien, kata Tjandra, diketahui penyebabnya adalah H5N1 clade 2.3.2.1c. Jenis tersebut berbeda dengan yang ditemukan di peternakan bebek peking Kalimantan Selatan.
"Jadi, bukan 2.3.4.4b pada bebek di Kalimantan Selatan. Jadi tegasnya di Kamboja bukan clade itu penyebab penyakitnya," kata Tjandra.
Ia mengatakan Pemerintah Kamboja menemukan 12 kontak erat, delapan di antaranya tidak bergejala dan empat lainnya sudah masuk definisi kasus suspek.
"11 orang ternyata negatif dan satu positif menjadi kasus kedua. Jadi konfirmasi penelusuran kasusnya juga cepat sekali dilakukan," katanya.
Baca juga: Maluku Utara Bebas Flu Burung
Kasus kedua di Kamboja dideteksi pada 23 Februari 2023 atau hanya berselang dua hari sesudah kasus pertama. Pasien diketahui merupakan ayah dari kasus pertama.
Tjandra sedang menunggu konfirmasi ilmiah seputar sumber penularan Flu Burung pada anak dan ayah di Kamboja.
"Apakah keduanya sama-sama tertular dari unggas di rumah mereka, jadi masih penularan dan unggas ke manusia atau si ayah tertular dari anaknya yang kalau benar terjadi, menunjukkan adanya penularan antar-manusia," katanya.
Penjelasan dari pertanyaan tersebut, kata Tjandra, penting untuk langkah selanjutnya di Kamboja dan juga antisipasi di Indonesia.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pakar: Flu Burung di Kamboja masuk daftar Disease Outbreak News WHO
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2023