Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan eksklusi keuangan masih menjadi tantangan utama dan merupakan faktor penting di banyak ekonomi negara ASEAN, terutama bagaimana melibatkan usaha kecil dan menengah.
Padahal, terdapat kemajuan yang sangat menggembirakan dalam teknologi digital dan perkembangan ekonomi digital di kawasan, yang seharusnya membantu mendorong eksklusi keuangan berubah menjadi inklusi keuangan.
"Beberapa negara ASEAN bahkan masih belum memiliki indeks inklusi keuangan," ucap Sri Mulyani dalam acara High Level Dialogue (Seminar) on Promoting Digital Financial Inclusion and Literacy for MSMEs di Kabupaten Badung, Bali, Rabu.
Baca juga: Menkeu sebut negara tak bisa selesaikan agenda perubahan iklim sendirian
Menurut dia, kondisi tersebut relatif menunjukkan kesenjangan yang besar antar negara di kawasan dalam inklusi keuangan.
Berdasarkan laporan Global findex 2021, yaitu indeks inklusi keuangan Bank Dunia, masih terdapat disparitas yang lebar pada indeks inklusi keuangan negara anggota ASEAN.
Terdapat beberapa negara yang memiliki indeks inklusi keuangan hanya mencapai 3 persen hingga yang tertinggi mencapai 70 persen. Namun, rata-rata indeks di kawasan ASEAN sebesar 41 persen.
Bendahara Negara ini menyebutkan teknologi digital dan perkembangan ekonomi digital di ASEAN berkembang pesat terutama setelah tiga tahun pandemi COVID-19.
Pandemi berhasil menciptakan peluang yang sangat penting, tidak hanya bagi setiap negara dalam menyesuaikan cara bekerja, tetapi juga di kawasan ASEAN dan terutama bagi usaha kecil dan menengah.
Baca juga: Menkeu salurkan belanja prioritas senilai Rp20,8 triliun di Januari 2023
"Ekonomi digital ASEAN pun diproyeksikan meningkat secara signifikan pada tahun 2025," tuturnya.
Ia melanjutkan setelah pandemi COVID-19, dampak ekonomi digital bahkan lebih penting dan telah berhasil menjadi game changer.
Untuk banyak negara, ekonomi digital membuat dan mempercepat penggunaan uang elektronik dari ponsel pintar, layanan teknologi finansial (tekfin/fintech), dan perbankan online.
Berbagai layanan tersebut, kata dia, memberikan peluang yang sangat besar bagi UMKM untuk membantu pengembangan dan inovasi dalam inklusi keuangan.
"Layanan digital telah meningkatkan dan memperdalam sektor keuangan dan pada saat yang sama meningkatkan akses ke produk atau layanan keuangan formal," ucap Menkeu.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Sri Mulyani: Eksklusi keuangan tantangan utama di banyak negara ASEAN
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2023
Padahal, terdapat kemajuan yang sangat menggembirakan dalam teknologi digital dan perkembangan ekonomi digital di kawasan, yang seharusnya membantu mendorong eksklusi keuangan berubah menjadi inklusi keuangan.
"Beberapa negara ASEAN bahkan masih belum memiliki indeks inklusi keuangan," ucap Sri Mulyani dalam acara High Level Dialogue (Seminar) on Promoting Digital Financial Inclusion and Literacy for MSMEs di Kabupaten Badung, Bali, Rabu.
Baca juga: Menkeu sebut negara tak bisa selesaikan agenda perubahan iklim sendirian
Menurut dia, kondisi tersebut relatif menunjukkan kesenjangan yang besar antar negara di kawasan dalam inklusi keuangan.
Berdasarkan laporan Global findex 2021, yaitu indeks inklusi keuangan Bank Dunia, masih terdapat disparitas yang lebar pada indeks inklusi keuangan negara anggota ASEAN.
Terdapat beberapa negara yang memiliki indeks inklusi keuangan hanya mencapai 3 persen hingga yang tertinggi mencapai 70 persen. Namun, rata-rata indeks di kawasan ASEAN sebesar 41 persen.
Bendahara Negara ini menyebutkan teknologi digital dan perkembangan ekonomi digital di ASEAN berkembang pesat terutama setelah tiga tahun pandemi COVID-19.
Pandemi berhasil menciptakan peluang yang sangat penting, tidak hanya bagi setiap negara dalam menyesuaikan cara bekerja, tetapi juga di kawasan ASEAN dan terutama bagi usaha kecil dan menengah.
Baca juga: Menkeu salurkan belanja prioritas senilai Rp20,8 triliun di Januari 2023
"Ekonomi digital ASEAN pun diproyeksikan meningkat secara signifikan pada tahun 2025," tuturnya.
Ia melanjutkan setelah pandemi COVID-19, dampak ekonomi digital bahkan lebih penting dan telah berhasil menjadi game changer.
Untuk banyak negara, ekonomi digital membuat dan mempercepat penggunaan uang elektronik dari ponsel pintar, layanan teknologi finansial (tekfin/fintech), dan perbankan online.
Berbagai layanan tersebut, kata dia, memberikan peluang yang sangat besar bagi UMKM untuk membantu pengembangan dan inovasi dalam inklusi keuangan.
"Layanan digital telah meningkatkan dan memperdalam sektor keuangan dan pada saat yang sama meningkatkan akses ke produk atau layanan keuangan formal," ucap Menkeu.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Sri Mulyani: Eksklusi keuangan tantangan utama di banyak negara ASEAN
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2023