Ambon (Antara Maluku) - Pemerintah provinsi Maluku akan membangun sarana air bersih berupa sumur bor bagi masyarakat di negeri Porto dan negeri Haria, Saparua, Maluku Tengah, guna meminimalisir pertikaian yang sering terjadi antarwarga dua negeri tersebut.

"Bentrokan yang terjadi berulang kali antarwarga dua negeri bertetangga ini memang dipicu banyak persoalan, termasuk di antaranya saling mengklaim kepemilikan sumber 'Air Raja' yang ada di perbatasan dua daerah itu," kata Wagub Maluku, Said Assagaff di Ambon, Jumat.

Menurut Wagub, Pemprov sudah memikirkan salah satu solusi untuk mengurangi sumber penyebab yang memicu perkelahian warga Porto-Haria dengan membangun sarana air bersih.

Sambil menunggu rampungnya realisasi pembangunan sarana air bersih itu, warga Porto dan Haria diminta menahan diri dan tidak melakukan hal-hal yang merugikan kedua belah pihak.

"Saya minta warga menahan diri, karena upaya yang dilakukan saat ini adalah menerjunkan personil polisi dari Polda Maluku untuk menjaga situasi tetap kondusif di kedua wilayah itu," kata Wagub saat menerima kunjungan Raja negeri Haria, Jacob Michael Manuhutu, didampingi Saniri (pemangku adat) dan tokoh masyarakat setempat.
 
Ia memastikan Pemprov Maluku secepatnya akan memfasilitasi pertemuan guna penyelesaian menyeluruh agar warga Haria dan Porto kembali berdamai dan bisa memasuki perayaan Natal 25 Desember dengan tenang.

"Paling lambat Sabtu (3/12), kita akan mengundang Pemkab Maluku Tengah, Raja dan tokoh masyarakat dari Negeri Porto-Haria untuk berdialog mencari solusi penyelesaian, selanjutnya melakukan proses perdamaian kedua Negeri itu," ujarnya.

Sementara Raja negeri Haria, Jacob Manuhuttu dalam pertemuan itu meminta Pemprov Maluku dan Pemkab Malteng segera menyelesaikan pertikaian yang terjadi dengan masyarakat negeri Porto secara menyeluruh agar tercipta kedamaian.

Pertikaian ini kembali merebak sejak 14 Agustus 2011, kemudian pada 20 September dan berlanjut pada 26 November, menimbulkan dua korban jiwa, sejumlah orang mengalami cacat seumur hidup, luka berat maupun ringan, dan sejumlah rumah terbakar, dan 3.000 pohon cengkeh binasa karena dirusak.

"Setiap kali terjadi pertikian antara masyarakat Haria dan Porto tidak diketahui secara pasti apa penyebabnya. Proses penyelesaian pun tanpa ada kepastian hukum secara konkrit. Untuk itu, kami meminta Pemprov dan Pemkab Maluku Tengah memfasilitasi penyelesaian agar pertikaian tidak berlarut-larut," katanya.

Menurutnya, kalaupun penyebab pertikaian akibat persoalan sumber air minum "Air Raja" maka ini merupakan masalah hukum bersifat keperdataan, oleh karenanya masyarakat Haria mempersilahkan Negeri Porto untuk menempuh upaya hukum sehingga persoalan hukumnya jelas.

"Yang sangat menyedihkan adalah proses pendidikan menjadi lumpuh, anak anak baik dari Haria maupun Porto tidak bisa bersekolah dan perekonomian tidak berjalan dengan baik," katanya

Pewarta: Stefano Lilinger

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2011