Ternate (Antara Maluku) - Warga keturunan Tionghoa di Ternate, Maluku Utara (Malut) tidak akan menggelar pesta kembang api pada perayaan Imlek 23 Januari 2012 seperti tahun sebelumnya, menyusul adanya bencana banjir lahar dingin letusan Gunung Gamalama.
Salah seorang pengurus Klenteng Ibu Suri Agung di Ternate, Ongky Wijaya mengatakan di Ternate, Senin, perayaan Imlek pada 23 Januari nanti hanya diisi dengan kegiatan ibadah di klenteng dan di rumah warga.
Pihaknya juga telah mengimbau kepada seluruh keturunan Tionghoa di daerah ini untuk tidak memeriahkan perayaan tahun baru Imlek dengan kegiatan yang sifatnya hura-hura, mengingat daerah ini baru saja ditimpa bencana alam.
"Dana yang telah disiapkan untuk pesta menyambut Imlek itu sebaiknya disumbangkan kepada warga kurang mampu di daerah ini, atau para korban letusan Gunung Gamalama, agar lebih bermanfaat," kata Ongky.
Warga keturunan Tionghoa pada akhir pecan lalu telah pula menyalurkan bantuan kepada para korban letusan Gunung Gamalama dan banjir lahar dingin di Ternate, berupa berbagai kebutuhan pokok, seperti beras dan minyak goreng.
Menurutnya, bantuan tersebut memang tidak seberapa banyaknya, namun bantuan itu merupakan bentuk kepedulian warga keturunan Tionghoa di daerah ini.
Ia mengatakan, selama ini warga keturunan Tionghoa telah menganggap Ternate sebagai tanah tumpah darahnya kepada warga setempat yang terkena musibah.
Kegiatan Imlek di Ternate dimulai 16 Januari 2012 dengan kegiatan Zhao Kun Kong yakni kegiatan bersuci di klenteng untuk menyambut Imlek, sedangkan puncak kegiatannya pada 23 Januari 2012 di tempat yang sama.
Ia menambahkan, kerukunan antara warga Tionghoa di Ternate dengan warga lainnya di daerah ini terjalin sangat akrab, terbukti selama ini tidak ada konflik yang dilatarbelakangi etnis.
Warga Tionghoa di Ternate tercatat sebanyak 150 KK, sebagian diantaranya telah menetap di Ternate sejak zaman Kolonial, bahkan Klenteng Ibu Suri Agung merupakan salah satu Klenteng tertua di wilayah Indonesia Timur yakni pada abad ke-17.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2012
Salah seorang pengurus Klenteng Ibu Suri Agung di Ternate, Ongky Wijaya mengatakan di Ternate, Senin, perayaan Imlek pada 23 Januari nanti hanya diisi dengan kegiatan ibadah di klenteng dan di rumah warga.
Pihaknya juga telah mengimbau kepada seluruh keturunan Tionghoa di daerah ini untuk tidak memeriahkan perayaan tahun baru Imlek dengan kegiatan yang sifatnya hura-hura, mengingat daerah ini baru saja ditimpa bencana alam.
"Dana yang telah disiapkan untuk pesta menyambut Imlek itu sebaiknya disumbangkan kepada warga kurang mampu di daerah ini, atau para korban letusan Gunung Gamalama, agar lebih bermanfaat," kata Ongky.
Warga keturunan Tionghoa pada akhir pecan lalu telah pula menyalurkan bantuan kepada para korban letusan Gunung Gamalama dan banjir lahar dingin di Ternate, berupa berbagai kebutuhan pokok, seperti beras dan minyak goreng.
Menurutnya, bantuan tersebut memang tidak seberapa banyaknya, namun bantuan itu merupakan bentuk kepedulian warga keturunan Tionghoa di daerah ini.
Ia mengatakan, selama ini warga keturunan Tionghoa telah menganggap Ternate sebagai tanah tumpah darahnya kepada warga setempat yang terkena musibah.
Kegiatan Imlek di Ternate dimulai 16 Januari 2012 dengan kegiatan Zhao Kun Kong yakni kegiatan bersuci di klenteng untuk menyambut Imlek, sedangkan puncak kegiatannya pada 23 Januari 2012 di tempat yang sama.
Ia menambahkan, kerukunan antara warga Tionghoa di Ternate dengan warga lainnya di daerah ini terjalin sangat akrab, terbukti selama ini tidak ada konflik yang dilatarbelakangi etnis.
Warga Tionghoa di Ternate tercatat sebanyak 150 KK, sebagian diantaranya telah menetap di Ternate sejak zaman Kolonial, bahkan Klenteng Ibu Suri Agung merupakan salah satu Klenteng tertua di wilayah Indonesia Timur yakni pada abad ke-17.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2012