Saham-saham di Wall Street lebih rendah pada penutupan perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), setelah risalah pertemuan Juni Federal Reserve menunjukkan hampir semua pembuat kebijakan mengharapkan kenaikan suku bunga tambahan akhir tahun ini.
Indeks Dow Jones Industrial Average merosot 129,83 poin atau 0,38 persen, menjadi menetap di 34.288,64 poin. Indeks S&P 500 kehilangan 8,77 poin atau 0,20 persen, menjadi berakhir di 4.446,82 poin. Indeks Komposit Nasdaq turun 25,12 poin atau 0,18 persen, menjadi ditutup pada 13.791,65 poin.
Tujuh dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona merah, dengan material dan industri memimpin penurunan masing-masing kehilangan 2,47 persen dan 0,60 persen. Sementara itu, sektor jasa komunikasi dan utilitas memimpin penguatan dengan masing-masing menguat 1,21 persen dan 1,10 persen.
Saham-saham AS bergerak lebih rendah satu hari setelah liburan Empat Juli, dengan investor menimbang risalah Juni Fed yang dirilis Rabu (5/7) sore. Risalah menunjukkan bahwa pembuat kebijakan memutuskan untuk tidak menaikkan suku bunga di tengah kekhawatiran atas pertumbuhan ekonomi, mengutip dampak lambat dari kebijakan moneter.
Mereka juga ingin memperlambat kecepatan kenaikan suku bunga untuk memberi The Fed lebih banyak waktu buat menilai dampak dari kenaikan sebelumnya.
Meskipun melihat ruang untuk melewatkan pertemuan Juni setelah 10 kenaikan suku bunga berturut-turut, hampir semua pejabat percaya bahwa mempertahankan sikap kebijakan moneter restriktif akan sesuai untuk mencapai tujuan inflasi Fed, mengharapkan kenaikan suku bunga tambahan tetapi pada kecepatan yang lebih lambat, menurut risalah The Fed.
Risalah berisi sedikit informasi baru yang mungkin menggerakkan pasar, kata Jose Torres, ekonom senior dari Interactive Brokers, dalam sebuah wawancara dengan MarketWatch. "Semua orang tahu bahwa Fed ingin bergerak lebih tinggi," katanya lagi.
Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) memiliki sekitar 88 persen kemungkinan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin lagi pada pertemuan Juli, menurut data dari CME FedWatch Tool pada Rabu (5/7) sore.
Untuk data ekonomi AS, pesanan baru untuk barang manufaktur meningkat 0,3 persen menjadi 578,0 miliar dolar AS pada Mei, Biro Sensus AS melaporkan pada Rabu (5/7). Ini merupakan kenaikan kelima dalam enam bulan terakhir, menyusul kenaikan 0,3 persen pada April, namun lebih rendah dari ekspektasi pasar sebesar 0,8 persen.
"Kami melihat risiko inflasi inti yang persisten berarti suku bunga AS bisa bergerak lebih tinggi dan bertahan di level ini lebih lama. Sementara Federal Reserve membiarkan suku bunga tidak berubah pada pertemuan Juni, proyeksi pejabat tinggi Fed menunjukkan pengetatan 50 basis poin lebih lanjut," menurut analisis yang diterbitkan oleh UBS Global Wealth Management.
"Terlebih lagi, kekhawatiran suku bunga yang lebih tinggi, beberapa angka ekonomi yang mengecewakan, atau pergeseran sentimen pasar ekuitas dapat dengan cepat mengungkap optimisme tentang ketahanan pertumbuhan AS dan pendukungnya, seperti ketahanan konsumen," kata UBS.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Wall Street berakhir lebih rendah setelah rilis risalah Fed
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2023
Indeks Dow Jones Industrial Average merosot 129,83 poin atau 0,38 persen, menjadi menetap di 34.288,64 poin. Indeks S&P 500 kehilangan 8,77 poin atau 0,20 persen, menjadi berakhir di 4.446,82 poin. Indeks Komposit Nasdaq turun 25,12 poin atau 0,18 persen, menjadi ditutup pada 13.791,65 poin.
Tujuh dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona merah, dengan material dan industri memimpin penurunan masing-masing kehilangan 2,47 persen dan 0,60 persen. Sementara itu, sektor jasa komunikasi dan utilitas memimpin penguatan dengan masing-masing menguat 1,21 persen dan 1,10 persen.
Saham-saham AS bergerak lebih rendah satu hari setelah liburan Empat Juli, dengan investor menimbang risalah Juni Fed yang dirilis Rabu (5/7) sore. Risalah menunjukkan bahwa pembuat kebijakan memutuskan untuk tidak menaikkan suku bunga di tengah kekhawatiran atas pertumbuhan ekonomi, mengutip dampak lambat dari kebijakan moneter.
Mereka juga ingin memperlambat kecepatan kenaikan suku bunga untuk memberi The Fed lebih banyak waktu buat menilai dampak dari kenaikan sebelumnya.
Meskipun melihat ruang untuk melewatkan pertemuan Juni setelah 10 kenaikan suku bunga berturut-turut, hampir semua pejabat percaya bahwa mempertahankan sikap kebijakan moneter restriktif akan sesuai untuk mencapai tujuan inflasi Fed, mengharapkan kenaikan suku bunga tambahan tetapi pada kecepatan yang lebih lambat, menurut risalah The Fed.
Risalah berisi sedikit informasi baru yang mungkin menggerakkan pasar, kata Jose Torres, ekonom senior dari Interactive Brokers, dalam sebuah wawancara dengan MarketWatch. "Semua orang tahu bahwa Fed ingin bergerak lebih tinggi," katanya lagi.
Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) memiliki sekitar 88 persen kemungkinan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin lagi pada pertemuan Juli, menurut data dari CME FedWatch Tool pada Rabu (5/7) sore.
Untuk data ekonomi AS, pesanan baru untuk barang manufaktur meningkat 0,3 persen menjadi 578,0 miliar dolar AS pada Mei, Biro Sensus AS melaporkan pada Rabu (5/7). Ini merupakan kenaikan kelima dalam enam bulan terakhir, menyusul kenaikan 0,3 persen pada April, namun lebih rendah dari ekspektasi pasar sebesar 0,8 persen.
"Kami melihat risiko inflasi inti yang persisten berarti suku bunga AS bisa bergerak lebih tinggi dan bertahan di level ini lebih lama. Sementara Federal Reserve membiarkan suku bunga tidak berubah pada pertemuan Juni, proyeksi pejabat tinggi Fed menunjukkan pengetatan 50 basis poin lebih lanjut," menurut analisis yang diterbitkan oleh UBS Global Wealth Management.
"Terlebih lagi, kekhawatiran suku bunga yang lebih tinggi, beberapa angka ekonomi yang mengecewakan, atau pergeseran sentimen pasar ekuitas dapat dengan cepat mengungkap optimisme tentang ketahanan pertumbuhan AS dan pendukungnya, seperti ketahanan konsumen," kata UBS.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Wall Street berakhir lebih rendah setelah rilis risalah Fed
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2023