London (Antara Maluku) - Lima tentara khusus Marinir Kerajaan Inggris didakwa melakukan pembunuhan sesudah baku tembak dengan seorang pejuang pada 2011, kata Kementerian Pertahanan pada Minggu.

Polisi tentara Inggris menangkap tujuh Marinir pada Kamis dengan dugaan pembunuhan sehubungan dengan kejadian tersebut.

Dua marinir lain juga ditangkap, satu pada Jumat dan satu pada Sabtu, membuat jumlah yang ditangkap menjadi sembilan, kata juru bicara Kementerian Pertahanan. Empat di antaranya dibebaskan tanpa tuduhan.

"Polisi Tentara Kerajaan (RMP) merujuk perkara lima Marinir itu ke Dinas Penuntutan Tentara (SPA), yang mandiri," kata juru bicara tersebut.

"Dengan arahan SPA, marinir itu kini didakwa melakukan pembunuhan dan ditahan dalam menunggu pengadilan," katanya.

Media Inggris melaporkan bahwa marinir itu ditangkap setelah ditemukan gambar mencurigakan di "laptop" salah satu tentara tersebut oleh polisi Inggris.

Penangkapan itu dianggap yang pertama menyangkut prajurit Inggris ditahan atas dugaan tuduhan tersebut selama perang Afghanistan.

Menteri Pertahanan Philip Hammond, yang berbicara di televisi BBC, menekankan bahwa aturan keterlibatan harus diikuti.

"Semua yang bertugas di lapangan tahu aturan keterlibatan. Mereka membawa kartu di seragam mereka berisi aturan jika mereka perlu mengingatkan diri," katanya kepada BBC.

"Saya tidak bisa menanggapi secara khusus perkara itu. Mereka tidak di luar sana. Itu terjadi pada tahun lalu. Mereka sudah pulang ke Inggris dan tidak di Afghanistan pada saat ini," katanya.

"Kami sangat ingin aturan keterlibatan diikuti, bahwa setiap pelanggaran akan ditangani melalui cara biasa dalam keadilan dan itulah yang terjadi sekarang," katanya.

Marinir Kerajaan, atau baret hijau, dibentuk pada 1755 sebagai infanteri kelautan dalam Angkatan Laut Kerajaan Inggris dan memiliki nama baik sebagai satu dari beberapa tentara profesional terkuat di dunia.

Inggris masih memiliki sekitar 9.500 tentara di Afghanistan, yang semua dijadwalkan pulang pada akhir 2014.

Sejumlah 433 tentara Inggris tewas di negara terkoyak perang itu sejak awal gerakan terhadap Taliban pada 2001. (B002/Z002)

Pewarta: AFP

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2012