Ambon (Antara Maluku) - Empat hari pascabanjir yang melanda Kota Ambon, Ibu Kota Provinsi Maluku, warga di sejumlah kawasan masih membersihkan sampah dan lumpur yang memenuhi rumah dan pemukiman mereka.

Pantauan Antara Ambon, Jumat warga masih bekerja untuk mengeluarkan sampah dan lumpur yang terbawa derasnya air dan memenuhi rumah mereka, di mana ketebalannya bervariasi antara 10 - 30 centimeter.

"Saya sudah empat hari terakhir membersihkan endapan tanah merah dan lumpur yang memenuhi seluruh bagian rumah. Itu pun dibantu saudara dan tetangga, tetapi belum juga selesai," ujar Decky warga Kelurahan Benteng, Kecamatan Nusaniwe.

Dia mengaku ketebalan endapan tanah merah yang memenuhi rumahnya sekitar 30 centimeter. Itu pun bercampur dengan bebatuan dan sampah yang ikut terbawa saat banjir dasyat melanda hampir sebagian besar wilayah di ibu kota provinsi Maluku tersebut.

"Endapan tanahnya bercampur sampah dan bebatuan, sehingga sulit untuk diangkat dan pekerjaannya memakan waktu lama," ujarnya.

Dia mengakui, Ratusan rumah warga di kelurahan Benteng tergenang air dan tertimbun lumpur akibat banjir yang dikategorikan terbesar melanda Kota Ambon dalam kurun 30 tahun terakhir tersebut.

"Banjir tahun ini lebih dasyat dari 1 Agustus 2012. Tahun lalu rumah saya tidak kemasukan air karena letaknya lebih tinggi. Tapi tahun ini ikut kebanjiran hingga betis orang dewasa," ujar Atus warga Air Putri, Kelurahan Kudamati.

Atus mengakui, pawasan pemukimannya merupakan daerah langganan banjir setiap tahun, karena letaknya di dataran rendah.

"Masih untuk saat bencana, seluruh pintu rumah kami tutup, sehingga tidak banyak lumpur yang masuk. Makanya mudah untuk dibersihkan," katanya.

Sedangkan Andre Warga Tanah Tinggi, mengaku sudah empat hari terakhir membantu warga sekitar yang tinggal di bantaran sungai Waitomu membersihkan material tanah, lumpur dan bebatuan yang menimbun rumah mereka.

"Selain warga bhakti sosial membersihkan lingkungan yang terkena banjir ini juga melibatkan puluhan personil TNI dan Polri yang dikerahkan, tetapi ketebalan endapan lumpur bercampur tanah, bebatuan dan dahan pohon membuat pembersihan secxara manual menjadi lambat," katanya.

Dia mengakui di Warga Tanah Tinggi yang merupakan salah satu daerah rawan banjir di Ambon juga, masih khawatir akan terjadi banjir susulan, sehingga belum sungguh-sungguh membersihkan rumah maupun lingkungannya.

Sesuai pemantauan pada sejumlah lokasi tumpukan sampah sampah dan lumpur yang telah dikeluarkan dari pemukiman penduduk, masih dibiarkan menggunung di pinggir jalan dan belum diangkut oleh mobil sampah pemkot Ambon, diantaranya di kawasan Pohon Puleh, Jalan Baru, Soabali serta Waihaong.

Bantuan TNI/Polri

Wakil Wali Kota Ambon Sam Latuconsina secara terpisah mengatakan pihakmya telah bekerja sama dengan personil TNI dan Polri untuk membantu membersihkan sampah dan lumpur akibat banjir pada sejumlah pemukiman di ibu kota provinsi Maluku tersebut.

"Pembersihan diutamakan pada sejumlah titik yang dianggap paling parah terkena dampak banjir 30 Juli lalu, dengan melibatkan personil TNI/Polri serta petugas dinas kebersihan," katanya.

Sam menegaskan kebiasaan warga membuang sampah di sungai dan selokan, merupakan salah satu penyebab banjir melanda Kota Ambon, padahal sosialisasi untuk menyadarkan warga akan pentingnya membuang sampah pada tempat yang disediakan sudar sering dilakukan.

"Memang intensitas curah hujan di Kota dan Pulau Ambon sangat tinggi, tetapi karena got dan saluran air, termasuk sungai tersumbat sampah, makanya air meluap menggenangi pemukiman warga," katanya.

Karena itu diharapkan partisipasi warga untuk bersama-sama pemerintah membersihkan kembali Kota Ambon sehingga kondisinya bisa normal kembali.

Menyinggung bantuan bagi warga terkena dampak banjir, Sam mengatakan, telah menyalurkan bantuan tanggap darurat berupa makanan siap saji sejak hari pertama hingga Rabu (31/7) malam, karena para korban belum bisa memasak.

Pemkot Ambon juga membuka posko-posko kesehatan dengan menyiagakan petugas kesehatan, agar warga yang mengalami gejala penyakit.

Pewarta: James F. Ayal

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2013