Bayer Leverkusen asuhan Xabi Alonso dapat mengonfirmasi statusnya sebagai pelatih bintang pada pertandingan final Liga Europa yang akan dimainkan pada Rabu (23/5), tetapi ia akan dihalangi oleh sosok pelatih senior Gian Piero Gasperini yang mengarsiteki Atalanta.
Alonso telah menolak pinangan dari dua mantan klubnya, Liverpool dan Bayern Munich, untuk tetap bertahan di Leverkusen setelah memimpin klub itu memenangi gelar Liga Jerman untuk pertama kalinya sepanjang sejarah.
Leverkusen memiliki catatan apik dengan tidak pernah terkalahkan dalam 51 pertandingan di semua kompetisi, dan mereka berpeluang mengunci “treble” dalam dua final yang akan dimainkan pekan ini.
Mereka diunggulkan untuk menaklukkan tim strata kedua Kaiserslautern pada final Piala Jerman yang akan berlangsung pada Sabtu (25/5).
Namun mereka menghadapi tantangan yang lebih besar di Dublin, saat menghadapi Atalanta yang juga menjalani salah satu musim terbaiknya.
Klub asal kota kecil Bergamo itu, biasanya berada di bawah bayang-bayang dua tim kota tetangga, AC Milan dan Inter Milan.
Meski demikian mereka menikmati era emas di bawah asuhan Gasperini, dan akan bermain di Liga Champions pada musim depan. Itu merupakan partisipasi keempat mereka di Liga Champions dalam rentang waktu lima tahun.
Baca juga: Xabi Alonso ungkap dua kunci kesuksesan Leverkusen musim ini
Sayangnya, Atalanta belum pernah memenangi satu trofi pun meski memiliki catatan sangat positif.
Atalanta belum pernah memenangi trofi apapun selama 61 tahun. Mereka tiga kali kalah di final Piala Italia dalam enam musim terakhir, yang terkini adalah saat kalah dari Juventus kurang dari sepekan silam.
“Apakah itu poin tertinggi dalam karier saya? Iya, perihal pencapaian dan prestis, tentu saja,” kata Gasperini kepada UEFA.com setelah mencapai final Eropa pertama mereka.
“Saya tidak berpikir bahwa memenangi piala selalu menjadi bagian dari parameter di mana kesuksesan dinilai. Semua orang memiliki tujuan masing-masing. Ketika Anda mampu membawa mereka sejauh ini, sebagaimana yang terjadi di Atalanta, Anda tetap harus merasa sangat puas,” tambahnya.
“Jika kami dapat menambahi raihan piala, kami tentu saja akan lebih puas.”
Pria 61 tahun itu berkata bahwa “dunia Atalanta telah berubah” sejak ia mengambil alih tim delapan tahun silam. Saat itu sekadar bertahan di strata teratas telah menjadi kesuksesan.
Sekarang sepak bola level Eropa telah menjadi hal biasa bagi Atalanta, tetapi mereka menikmati malam-malam terbaiknya di level Eropa dengan menyingkirkan Liverpool dan Marseille dalam perjalanan menuju Dublin.
Huruf emas
Baca juga: Xabi Alonso ingin persembahkan trebel kepada Leverkusen
Tekad Gasperini untuk mengambil risiko dengan memainkan sepak bola menyerang dan memberi kepercayaan kepada pemain-pemain muda membuat dirinya dikagumi Alonso.
“Ia memiliki rencana yang jelas dan membangun tim dengan mentalitas kuat dan kualitas tinggi. Mereka adalah tim papan atas. Kami akan memiliki peluang jika kami dapat menampilkan permainan terbaik kami,” kata Alonso.
Namun justru Atalanta yang harus memberikan penampilan luar biasa di ibukota Irlandia, untuk dapat menghentikan langkah Leverkusen.
Kontras dengan karier bermain Gasperini yang tidak menonjol, Alonso merupakan juara Piala Dunia dan beberapa kali menjuarai Liga Champions dengan segudang pengalaman tampil di final kompetisi Eropa.
Kariernya membentang dari Liverpool, Real Madrid, dan Bayern Munich, bahkan meski ia tidak pernah mencapai kesuksesan seperti sekarang ini saat masih bermain.
“Itu akan menjadi hal yang bersejarah. Itu akan menjadi sesuatu yang ditulis dalam huruf emas, bukan hanya dalam sejarah klub kami tetapi mungkin di seantero sepak bola Eropa,” kata Alonso mengenai peluang mengakhiri musim tanpa terkalahkan di semua kompetisi.
“Saya harap kami dapat melakukannya,” tambahnya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Gasperini halangi Alonso untuk menangi final Liga Europa
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2024