Ambon (Antara Maluku) - Sebanyak 210 guru sekolah dasar hingga sekolah menengah atas se-Kota Ambon mengikuti simulasi penanganan bencana alam gempa bumi, banjir dan tsunami.

"Simulasi penanganan bencana alam dilakukan guna mengurangi risiko jika terjadi bencana gempa bumi, banjir dan tsunami," kata Kepala BPBD Kota Ambon Broery Tjokro, di Ambon, Rabu.

Menurut dia, simulasi penanganan bencana merupakan bagian program sosialisasi rencana sebelum terjadi bencana kepada para guru.

"sosialisasi dan pelatihan merupakan upaya mengurangi risiko bencana mengingat pengalaman bencana yang melanda Kota Ambon selama dua tahun terakhir menimbulkan korban jiwa dan harta benda," katanya.

Dalam simulasi tersebut, kata dia, para peserta dilatih cara mengantisipasi bencana bumi dengan benar oleh tim BPBD Ambon dan Lembaga Swadaya Masyarakat "Hope World Wide Indonesia". Misalnya, jika terjadi gempa bumi, mereka diimbau tidak panik.

Sebaliknya mereka harus segera menyelamatkan diri ke tanah lapang, jika sedang berada di ruangan, segera berlindung di bawah kursi, meja atau tempat tidur. Saat berlari lindungi kepala dengan benda-benda yang aman seperti tas atau buku.

Broery mengatakan, sebelum dilakukan simulasi para guru diberikan materi terkait bencana gempa, banjir dan tsunami serta cara pertolongan pertama pada korban.

"Para guru dilatih agar mereka memahami tahap awal pertolongan pertama, penyelamatan jika terjadi bencana alam saat proses belajar mengajar di sekolah," katanya.

Ia menjelaskan, simulasi dan sosialisasi bertujuan mendorong peran aktif guru di lingkungan sekolah tentang pengurangan risiko dan cara penanggulangannya.

"Kami berharap simulasi yang dilakukan saat ini memberikan manfaat bagi para guru tentang pemahaman kebencanaan dan penanggulangannya," ujarnya.

Diakuinya, para guru juga diminta untuk dapat memberikan informasi kepada siswa, keluarga dan tetangga bagaimana cara mengurangi risiko bencana yang tidak bisa diprediksi kapan akan terjadi.

"Kegiatan ini diharapkan akan memperkuat upaya pencegahan dan membangun ketahanan masyarakat dalam mengurangi dampak dan risiko bencana, sehingga masyarakat memiliki kapasitas dalam kaitan dengan potensi kerentanan ancaman bencana di lingkungan masing-masing," kata Broery.

Ia menambahkan, sosialisasi dan simulasi akan berlangsung secara terus-menerus sehingga bisa mengurangi risiko bencana, bukan dimulai dari tanggap darurat bencana tetapi kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana.

"Pergeseran paradigma tertuang dalam Undang-Undang (UU) Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, dari paradigma tanggap darurat ke pemberdayaan masyarakat dan kesiapsiagaan," katanya. 

Pewarta: Penina Mayaut

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2013