Ambon (Antara Maluku) - Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Indonesia Maluku (UKIM), Dr Simon Pieter Soegijono menyatakan, provinsi Maluku memiliki banyak potensi ekonomi berbasis lokal yang belum terungkap ke permukaan.

"Potensi ekonomi berbasis lokal banyak dikelola oleh orang-orang kecil," kata Simon dalam Orasi Ilmiah berjudul, "Kolaborasi Papalele Sebagai Kekuatan Ekonomi Lokal" dalam rangka Dies Natalis ke 29 UKIM, di Ambon, Senin.

Menurut Simon, judul orasinya merupakan sebuah gagasan dan pemikiran yang terkonstruksi dari kajian ilmiah selama kurang lebih dua tahun, dalam rangka menyelesaikan Program Pascasarjana Doktor Studi Pembangunan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga (S3).

"Hasil riset ini menghasilkan suatu konsep teoritis sebagai bagian dari kepedulian dan pergulatan sekelompok masyarakat di negeri ini. Mereka adalah orang `kecil` yang terkadang tidak `dianggap` kurang mendapat perhatian," katanya.

Orang-orang kecil ini tersembunyi dibalik aktivitas mereka dan banyak potensi yang dapat dikaji secara ilmiah.

"Kontribusi mereka kepada perekonomian dan pembangunan daerah ini patut diperhitungkan," ujarnya.

Karena itu, menurut dia, kekayaan lokal yang tidak terungkap mestinya diangkat ke permukaan sebagai basis ekonomi lokal, karena kontribusi aktivitas ekonomi lokal tetap eksis sampai saat ini.

Dia mengatakan, perspektif ekonomi lokal dalam rangka perkuatan ekonomi daerah dan pemberdayaan ekonomi masyarakat, adalah salah satu topik yang sangat tepat untuk digumuli dalam realita bangsa saat ini.

"Topik perspektif ekonomi lokal dalam rangka perkuatan ekonomi daerah dan pemberdayaan ekonomi masyarakat, menjadi pergumulan kita sebagai masyarakat di seribu pulau, provinsi Maluku," kata Simon.

Menurut dia, topik ini juga sesungguhnya harus mendapat perhatian serius, karena isu penting dan strategis yang dapat dijadikan perdebatan intelektual, untuk mewujudkan masa depan negeri ini, dan menjadi stimulan berpikir dalam rangka menemukan konsep yang tepat untuk merumuskan dokumen perencanaan pembanguan daerah berbasis riset.

Ia menjelaskan, bahwa papalele merupakan istilah bagi masyarakat Maluku atau orang-orang yang sering berkeliling kota di lingkungan perumahan masyarakat, depan perkantoran dan menetap berjualan di pasar-pasar tradisional.

"Orang-orang yang menjalani hidup menjadi papalele masih terus beraktivitas sampai saat ini dan kehadiran mereka yang menjual buah-buahan dan beberapa jenis bahan makanan lain setidaknya membantu masyarakat memenuhi konsumsi rumah tangga," katanya.

Pewarta: Finus

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2014