Canberra (Antara Maluku) - Perdana Menteri Australia Tony Abbott pada Senin mengatakan tidak akan mengundurkan diri meskipun tekanan atas kepemimpinannya memuncak setelah keputusannya untuk memberi gelar ksatria kepada Pangeran Philips dari Inggris.
Abbott mendapat cemoohan setelah menunjuk orang yang hampir berusia seabad, pasangan Ratu Elizabeth II, sebagai penerima gelar kehormatan Australia bulan lalu.
Tindakan itu membuat panas sesama rekannya di partai yang berkuasa yang sudah merosot karena kebijakan keuangan yang tidak populer.
Ketika ditanya oleh wartawan apakah ia mempertimbangkan untuk mundur, Abbott mengatakan "tidak", tetapi ia mengakui "Saya menerima bahwa saya mungkin agak berlebihan dalam hal ini."
Ia mengatakan merasa yakin bahwa ia merupakan sosok yang tepat untuk memimpin pemerintahan setelah laporan-laporan menyebutkan bahwa rekan-rekannya tertekan untuk menantangnya.
"Mari saya perjelas sejernih-jernihnya, kami terpilih pada 2013 karena orang Australia menolak kekerasan dan kami tidak akan membawa mereka kembali ke dalam kekacauan," katanya di depan klab wartawan nasional di Canberra.
"Rakyatlah yang memilih dan tentu saja rakyat pula yang akan memberhentikan."
Koalisi Liberal-Nasional Abbott mendapat kekuasaan pada September 2013 namun kini mengekor Partai Buruh dengan posisi 46 dan 54 persen, menurut jajak pendapat Fairfax-Ipsos yang diterbitkan di harian Sydney Morning Herald, Senin.
Jajak pendapat terhadap 1.400 orang pada akhir pekan lalu juga membuktikan bahwa peringkat Abbott sebagai PM merosot dari 39 ke 34 persen sedangkan ketua Partai Buruh Bill Shorten naik mencapai 50 persen.
"Saya tidak pernah masuk ke politik untuk menjadi tenar," kata Abbott. (AFP)
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2015
Abbott mendapat cemoohan setelah menunjuk orang yang hampir berusia seabad, pasangan Ratu Elizabeth II, sebagai penerima gelar kehormatan Australia bulan lalu.
Tindakan itu membuat panas sesama rekannya di partai yang berkuasa yang sudah merosot karena kebijakan keuangan yang tidak populer.
Ketika ditanya oleh wartawan apakah ia mempertimbangkan untuk mundur, Abbott mengatakan "tidak", tetapi ia mengakui "Saya menerima bahwa saya mungkin agak berlebihan dalam hal ini."
Ia mengatakan merasa yakin bahwa ia merupakan sosok yang tepat untuk memimpin pemerintahan setelah laporan-laporan menyebutkan bahwa rekan-rekannya tertekan untuk menantangnya.
"Mari saya perjelas sejernih-jernihnya, kami terpilih pada 2013 karena orang Australia menolak kekerasan dan kami tidak akan membawa mereka kembali ke dalam kekacauan," katanya di depan klab wartawan nasional di Canberra.
"Rakyatlah yang memilih dan tentu saja rakyat pula yang akan memberhentikan."
Koalisi Liberal-Nasional Abbott mendapat kekuasaan pada September 2013 namun kini mengekor Partai Buruh dengan posisi 46 dan 54 persen, menurut jajak pendapat Fairfax-Ipsos yang diterbitkan di harian Sydney Morning Herald, Senin.
Jajak pendapat terhadap 1.400 orang pada akhir pekan lalu juga membuktikan bahwa peringkat Abbott sebagai PM merosot dari 39 ke 34 persen sedangkan ketua Partai Buruh Bill Shorten naik mencapai 50 persen.
"Saya tidak pernah masuk ke politik untuk menjadi tenar," kata Abbott. (AFP)
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2015