Ambon (Antara Maluku) - Kapolres Kabupaten Maluku Tenggara Barat AKBP Richard Tatuh mengimbau masyarakat untuk sementara waktu menjauhi setiap garis pantai guna mencegah jatuhnya korban jiwa akibat disergap buaya.

"Untuk sementara waktu, masyarakat sebaiknya tidak melakukan aktivitas di tepi pantai, termasuk nelayan yang melaut pada siang maupun malam hari agar tidak menambah deretan korban gigitan buaya yang telah menewaskan dua orang," kata Kapolres yang dihubungi dari Ambon, Sabtu.

Kapolres juga meminta kapolsek agar memanggil para kepala desa untuk berkoordinsi dan memperingatkan warga agar lebih berhati-hati.

Pascakematian Melamenat Samangun, seorang nelayan di Latdalam, Kecamatan Tanimbar Selatan akibat diserang buaya, warga Saumlaki sempat melakukan aksi demonstrasi ke Kantor Bupati.

Warga merasa resah karena intensitas serangan buaya ini semakin meningkat sejak dua tahun terakhir mengakibatkan belasan orang terluka parah dan cacat seumur hidup serta dua korban lainnya meninggal dunia.

Pemkab setempat kemudian melakukan rapat koordinasi dengan kapolres, dandim, dan instansi terkait serta mengundang para tokoh adat dari berbagai desa untuk mencari solusi yang tepat.

"Masih ada rapat lanjutan dengan para tokoh adat untuk rencana membuat ritual adat," katanya.

Namun rapat koordinasi yang dipimpin Wakil Bupati MTB, Paulus Werembinan ini juga telah menyiapkan rencana pembentukan tim gabungan dari unsur TNI Angkatan Laut bersama Polres MTB.

Tim ini akan menjalankan tugasnya bila prosesi ritual adat yang dilakukan para tokoh adat dari berbagai desa tidak berhasil mencegah buaya-buaya itu beraksi menyerang manusia.

Johanes Taniwel, seorang pegawai Dinas Kehutanan Maluku yang pernah melakukan survei hutan di Kepulauan Yamdena banyaknya buaya yang berkeliaran di sungai.

"Apalagi di sana banyak hutan bakau yang menjadi habitatnya kemudian ukuran buayanya juga antara 2 -3 meter panjangnya," ujar Johanis.

Pewarta: Daniel Leonard

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2015