Ambon (Antara Maluku) - Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Maluku Benny Pattiasina mengatakan, secara ekonomi kerugian daerah ini akibat penyalahgunaan narkoba selama setahun terakhir mencapai Rp 63,1 triliun.

"Angka yang cukup fantastis, jumlah kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh penyalahgunaan narkoba bahkan melebihi jumlah anggaran pembangunan," katanya di Ambon, Selasa.

Benny mengatakan, besaran kerugian ekonomi masyarakat Maluku telah mengalami peningkatan yang cukup signifikan selama tiga tahun terakhir.

Berdasarkan survei yang dilakukan Pusat Penelitian Kesehatan (PUSLITKES) Universitas Indonesia (UI) pada 2012, kerugian ekonomi yang dialami mencapai Rp554.834.274.547, angka tersebut meningkat menjadi Rp617.105.153.972 pada 2013, kemudian naik menjadi Rp63,1 triliun pada 2014.

"Dampak yang diakibatkan dari penyalahgunaan narkoba bermacam-macam, dampak sosial, ekonomi, budaya, dan lain-lainnya, dari data ini bisa dibayangkan berapa banyak uang yang telah dikeluarkan oleh para pecandu hanya untuk narkoba," katanya.

Lebih lanjut Benny mengatakan berdasarkan jenis dan angka kasus penyalahgunaan, narkoba yang paling banyak beredar di Maluku adalah ganja, berada di urutan kedua adalah shabu, kemudian Amphetamine Type Stimulant (ATS).

Berbeda dengan angka persentase pemakaian candu suntik yang tetap stagnan dengan jumlah 0,57 persen sejak tahun 2008 hingga 2011, dan baru mengalami peningkatan sebesar 0,1 persen pada 2014, menjadi 0,58 persen, penggunaan candu non-suntik di Maluku terus mengalami peningkatan selama enam tahun terakhir.

Jika pada 2008 hanya ditemukan sebesar 0,04 persen, persentase pemakaian candu non-suntik naik menjadi 0,46 persen pada 2011, dan terus meningkat tajam menjadi 0,91 pada 2014.

"Untuk yang masih dalam taraf coba-coba pakai pada 2008 sebesar 0,92 persen, turun menjadi 0,57 persen pada 2011 tapi kembali meningkat menjadi 0,67 persen dalam setahun terakir, sedangkan pemakaian teratur pada 2008 ada 0,81 persen, turun menjadi 0,48 persen pada 2011 tapi kembali meningkat juga menjadi 0,54 persen pada 2014," katanya.

Pewarta: Shariva Alaidrus

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2015