Ambon, 28/8 (Antara Maluku) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Maluku menyosialiasikan terjadinya inflasi yang berdampak buruk pada pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran rakyat.

"Inflasi terjadi karena harga sejumlah kebutuhan pokok, sayur-sayuran dan ikan naik," kata Kepala Kantor Perwakilan BI Provinsi Maluku Wuryanto, di Ambon, Jumat.

Ia menyatakan hal itu disela - sela sosialisasi tentang Bank Sentral di SMKN 1 Ambon dan realisasi dari program "Bank Indonesia Mengajar".

"Di Ambon sudah hal biasa, inflasi terjadi karena harga ikan segar dan sayur-sayuran naik seperti sayur kangkung, bayam, sawi, tomat, cabe dan lainya," katanya.

Wuryanto mengungkapkan, ada 379 item barang dan jasa yang dihitung harganya setiap bulan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), dan secara umum dari ratusan item itu ada daerah-daerah di Indonesia yang mengalami inflasi.

Sedangkan kalau di Kota Ambon, yang menyebabkan inflasi itu ikan segar dan sayur-sayuran, karena harganya selalu naik. Misalnya, kalau harga ikan cakalang Rp100.000 per ekor, berarti inflasi terjadi pada harga ikan cakalang.

Begitu juga dengan sayuran kangkung, bayam, sawi dan lainnya, harganya tinggi berarti terjadi inflasi pada harga sayuran.

"Jadi harga ikan dan sayuran di Ambon naik menyebabkan inflasi," ujarnya.

Inflasi, kata Wuryanto, diibaratkan seperti pencuri atau maling yang tidak kelihatan dan secara tidak sadar uang masyarakat habis.

Ia memberikan ilustrasi, misalanya ada keluarga, pengeluaran selama Agustus 2015 dianggarkan sebesar Rp10 juta, untuk belanja konsumsi dalam bulan ini, seperti beli beras, gula, minyak goreng, sayuran, ikan dan lainnya.

Selanjutnya, selain membeli kebutuhan pokok tersebut, juga dianggarkan untuk uang transportasi, uang sekolah, uang bensin, uang rekening listirik dan air, semua kebutuhan dibeli termasuk rekreasi.

Kemudian, kalau dari uang Rp10 juta itu, hanya Rp8 juta saja yang habis dibelanjakan, itu berarti masih ada sisa Rp2 juta untuk ditabung.

Tetapi kalau bulan depan harga beras naik, telur naik, transportasi naik, BBM naik atau semuanya naik, itu berarti inflasi sangat tinggi.

"Jadi, inflasi sangat berbahaya, dan inilah musuh bersama yang harus dilawan, karena inflasi itu maling tidak kelihatan, sehingga harus diperangi," kata Wuryanto.

Untuk mengatasi infolasi, katanya, perlu membentuk satu tim, namanya TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah), dengan Ketua Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi dan BI, BUMN dan Pimpinan SKPD menjadi anggota.

"Tim ini akan melakukan rapat setiap bulan untuk mengecek harga-harga di pasar, apakah ada barang, sayuran dan ikan harganya naik. Kalau ada yang naik, perlu mencari solusinya," ujarnya.

Pewarta: Rofinus E. Kumpul

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2015