Ambon, 27/11 (Antara Maluku) - Kampung Multikultur yang digagas oleh Lembaga Antar-Iman Maluku (LAIM), sebagai ikon dari laboratorium kerukunan di Maluku akan dibangun pada 2017.

"Tahun depan saya akan mencari lokasi untuk Kampung Multikultur, saya berkeinginan kampungnya sudah mesti dibangun pada 2017, ini akan menjadi contoh dari bentuk fisik kerukunan hidup umat beragama," kata Gubernur Maluku Said Assagaff di Ambon, Jumat.

Kampung Multikultur yang menjadi contoh dari upaya terus memperjuangkan kerukunan hidup masyarakat Indonesia, kata Said, akan ditempati oleh sedikitnya 200 kepala keluarga (KK) dengan latar belakang etnis dan agama yang tersebar di Nusantara.

100 dari 200 KK merupakan etnis dan sub etnis yang berada di Maluku, sisanya berasal dari suku-suku yang ada di Nangroe Aceh Darussalam hingga Papua Barat.

"Untuk yang pertama, keinginan saya 200 KK dulu, dari yang kecil ini kita berharap lama-lama akan semakin besar. Kalau orang-orang dari luar datang dan ingin melihat seperti apa situasi hidup orang Maluku sebelum konflik (konflik horisontal 1999), inilah contohnya," ucapnya.

Direktur LAIM Abidin Wakano yang juga Ketua I Majelis Ulama Indonesia (MUI) Maluku dalam kesempatan lain mengatakan ide membangun Kampung Multikultur telah digagas oleh LAIM tapi baru sekarang bisa diwujudkan.

Sebagai daerah dengan masyarakat yang pernah hidup rukun lalu tersegregasi akibat konflik horisontal pada 1999 - 2003, tapi kemudian sukses dalam pembangunan perdamaian hubungan antaragama, menurut Abidin, banyak hal yang bisa dipelajari dari Maluku terkait upaya merajut perdamaian kembali.

"Kita tidak lagi bicara perdamaian karena orang-orang tidak berkonflik tapi melakukannya dengan perdamaian aktif, saling menopang, membanggakan dan menghidupkan satu sama lain," ucapnya.

Pewarta: Shariva Alaidrus

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2015