Talanghaha adalah nama hutan di Pulau Ambon, tepatnya di Tulehu, satu desa di Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, yang memiliki potensi air panas.
Air itu menyembur dari dalam tanah dan oleh warga setempat dimanfaatkan sebagai bahan baku sauna alami. Banyak orang termasuk wisatawan domestik maupun pelancong asing datang ke situ untuk merendam badan ataupun sekadar menguras keringat dari dalam tubuh.
Dari Pusat Kota Ambon, Talanghaha berjarak sekira 60 kilometer. Para pengunjung biasanya datang dengan mobil atau motor pribadi, atau kendaraan sewaan baik angkutan umum, mobil rental, atau ojek motor.
Ada dua tempat permandian. Salah satu yang ramai pengunjung dinamakan Air Panas Talanghaha.
"Ya karena airnya bersumber dari hutan Talanghaha ini," kata Uci Tehupalasuri, wanita muda yang bertugas menagih uang tanda masuk di tempat itu, saat ditemui, Minggu (27/3).
Menurut dia, tempat permandian air panas tempatnya bekerja sambil berjualan aneka jajanan dan minuman itu milik Abdul Karim Lestaluhu, warga setempat.
Selain kolam air panas berukuran besar, kira-kira 10 x 10 meter, yang terbagi menjadi tiga bagian sesuai tingkat suhu air di dalamnya, sang pemilik juga membuat warung makan, tempat pengunjung duduk-duduk santai di luar kolam, juga panggung musik kibor tunggal, di mana setiap pengunjung bisa minta diiiringi menyanyi dengan membayar Rp5.000 per lagu.
Pengunjung yang ingin merendam badan atau berenang bisa memilih kolam yang berisi air dengan temperatur berbeda-beda. Kolam air bersuhu sedang umumnya menjadi tempat favorit anak-anak bermain, sementara orang dewasa hingga yang berusia tua memilih yang lebih panas atau panas sekali.
Pendapatan berkurang
Harga masuk tempat rekreasi kolam air panas Talanghaha milik Abdul Karim Lestaluhu dibandrol Rp5.000 per kepala orang dewasa, anak-anak Rp2.500.
Dengan harga yang relatif murah itu, pengelola mendapat pemasukan lumayan banyak, bahkan pada waktu liburan sekolah atau hari-hari besar keagamaan bisa mencapai Rp10 juta.
"Tapi itu kalau liburan. Kalau hari biasa paling-paling Rp1 juta sampai Rp2 juta," kata Uci.
Ia juga menyatakan pendapatan pada waktu-waktu belakangan ini sudah jauh berkurang dibandingkan saat permandian baru dibuka.
"Dulu, kalau lagi liburan, satu hari bisa dapat Rp15 juta sampai Rp20 juta, pagi sampai malam," katanya,
Karena itu, pengelola terus meningkatkan pelayanan, antara lain dengan memperbarui tempat duduk bagi pengunjung, kamar-kamar bilas, aneka makanan, minuman dan jajanan anak-anak. Kolam air panas pun dicuci seminggu sekali.
Pengunjung yang tidak membawa pakaian ganti bisa membeli celana pendek dan kaos seharga Rp20.000-Rp50.000an di warung-warung sekitar area permandian.
"Ada juga pengunjung yang tadinya hanya ingin duduk-duduk tetapi kemudian ingin mencoba berendam. Karena itu warung-warung di sini menyediakannya," kata Uci, yang mengaku masih kerabat dekat pemilik objek wisata tersebut.
Perhatian Pemda
Sebagai tempat rekreasi, permandian air panas alami dari mata air Talanghaha cukup prospektif dikembangkan agar semakin menyerap tenaga kerja maupun meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitar hutan tersebut.
Selain berekreasi, banyak juga pengunjung yang datang untuk terapi air panas, umumnya penderita stroke. Mereka berharap sengatan air panas dapat membantu melancarkan darah pada otot dan syaraf tubuh yang kaku atau tidak dapat digerakkan.
Rita Siwabessy, seorang ibu rumah tangga, bahkan jauh-jauh datang dari Nabire, Papua Barat untuk berendam di kolam air panas Talanghaha.
Ia mengaku terserang stroke akibat terlalu banyak mengonsumsi durian sehingga memicu tekanan darahnya naik hingga 220, dan menyebabkan kaki kirinya tidak dapat digerakkan.
"Saat ini saya sedang menjalani terapi tradisional di daerah Suli. Jadi sehabis terapi di sana saya langsung ke sini untuk berendam, manfaatnya lumayan," katanya.
Suli merupakan salah satu negeri (desa) yang pasti dilewati untuk menuju ke Tulehu dari Kota Ambon.
Serupa dengan Rita, pengunjung lain bernama Ny. Mayaut juga mengaku senang datang ke tempat itu untuk terapi air panas.
"Saya bahkan hampir setiap hari ke sini," kata warga Kota Ambon tersebut.
Dari tujuan pengunjung yang datang bukan hanya untuk berekreasi sambil menikmati sengatan air panas Talanghaha, pemerintah daerah Kabupaten Maluku Tengah semestinya perlu memberikan perhatian, antara lain dengan memperbaiki jalan masuk ke lokasi sauna alami tersebut yang aspalnya sudah banyak rusak dan berlubang.
Dari jalan raya Tulehu, akses masuk ke lokasi permandian air panas Talanghaha panjangnya kurang lebih 1 kilometer.
Di sepanjang jalan masuk itu pun belum ada lampu penerang, sehingga pada malam hari suasana menjadi gelap gulita. Kondisi ini membuat pengunjung agak kesulitan dan harus ekstra hati-hati berkendara, mengingat jalan tidak lebar dan lampu mobil menyilaukan mata pengemudi saat berpapasan dengan kendaraan lain.
Bila saja jalan itu teraspal mulus dan ada penerang pada waktu malam, dapat diharapkan pengunjung akan semakin banyak berdatangan ke Talanghaha. Ini pasti membawa dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi daerah, paling tidak membawa rezeki bagi para pedagang dan tukang parkir yang ada di sana.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2016
Air itu menyembur dari dalam tanah dan oleh warga setempat dimanfaatkan sebagai bahan baku sauna alami. Banyak orang termasuk wisatawan domestik maupun pelancong asing datang ke situ untuk merendam badan ataupun sekadar menguras keringat dari dalam tubuh.
Dari Pusat Kota Ambon, Talanghaha berjarak sekira 60 kilometer. Para pengunjung biasanya datang dengan mobil atau motor pribadi, atau kendaraan sewaan baik angkutan umum, mobil rental, atau ojek motor.
Ada dua tempat permandian. Salah satu yang ramai pengunjung dinamakan Air Panas Talanghaha.
"Ya karena airnya bersumber dari hutan Talanghaha ini," kata Uci Tehupalasuri, wanita muda yang bertugas menagih uang tanda masuk di tempat itu, saat ditemui, Minggu (27/3).
Menurut dia, tempat permandian air panas tempatnya bekerja sambil berjualan aneka jajanan dan minuman itu milik Abdul Karim Lestaluhu, warga setempat.
Selain kolam air panas berukuran besar, kira-kira 10 x 10 meter, yang terbagi menjadi tiga bagian sesuai tingkat suhu air di dalamnya, sang pemilik juga membuat warung makan, tempat pengunjung duduk-duduk santai di luar kolam, juga panggung musik kibor tunggal, di mana setiap pengunjung bisa minta diiiringi menyanyi dengan membayar Rp5.000 per lagu.
Pengunjung yang ingin merendam badan atau berenang bisa memilih kolam yang berisi air dengan temperatur berbeda-beda. Kolam air bersuhu sedang umumnya menjadi tempat favorit anak-anak bermain, sementara orang dewasa hingga yang berusia tua memilih yang lebih panas atau panas sekali.
Pendapatan berkurang
Harga masuk tempat rekreasi kolam air panas Talanghaha milik Abdul Karim Lestaluhu dibandrol Rp5.000 per kepala orang dewasa, anak-anak Rp2.500.
Dengan harga yang relatif murah itu, pengelola mendapat pemasukan lumayan banyak, bahkan pada waktu liburan sekolah atau hari-hari besar keagamaan bisa mencapai Rp10 juta.
"Tapi itu kalau liburan. Kalau hari biasa paling-paling Rp1 juta sampai Rp2 juta," kata Uci.
Ia juga menyatakan pendapatan pada waktu-waktu belakangan ini sudah jauh berkurang dibandingkan saat permandian baru dibuka.
"Dulu, kalau lagi liburan, satu hari bisa dapat Rp15 juta sampai Rp20 juta, pagi sampai malam," katanya,
Karena itu, pengelola terus meningkatkan pelayanan, antara lain dengan memperbarui tempat duduk bagi pengunjung, kamar-kamar bilas, aneka makanan, minuman dan jajanan anak-anak. Kolam air panas pun dicuci seminggu sekali.
Pengunjung yang tidak membawa pakaian ganti bisa membeli celana pendek dan kaos seharga Rp20.000-Rp50.000an di warung-warung sekitar area permandian.
"Ada juga pengunjung yang tadinya hanya ingin duduk-duduk tetapi kemudian ingin mencoba berendam. Karena itu warung-warung di sini menyediakannya," kata Uci, yang mengaku masih kerabat dekat pemilik objek wisata tersebut.
Perhatian Pemda
Sebagai tempat rekreasi, permandian air panas alami dari mata air Talanghaha cukup prospektif dikembangkan agar semakin menyerap tenaga kerja maupun meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitar hutan tersebut.
Selain berekreasi, banyak juga pengunjung yang datang untuk terapi air panas, umumnya penderita stroke. Mereka berharap sengatan air panas dapat membantu melancarkan darah pada otot dan syaraf tubuh yang kaku atau tidak dapat digerakkan.
Rita Siwabessy, seorang ibu rumah tangga, bahkan jauh-jauh datang dari Nabire, Papua Barat untuk berendam di kolam air panas Talanghaha.
Ia mengaku terserang stroke akibat terlalu banyak mengonsumsi durian sehingga memicu tekanan darahnya naik hingga 220, dan menyebabkan kaki kirinya tidak dapat digerakkan.
"Saat ini saya sedang menjalani terapi tradisional di daerah Suli. Jadi sehabis terapi di sana saya langsung ke sini untuk berendam, manfaatnya lumayan," katanya.
Suli merupakan salah satu negeri (desa) yang pasti dilewati untuk menuju ke Tulehu dari Kota Ambon.
Serupa dengan Rita, pengunjung lain bernama Ny. Mayaut juga mengaku senang datang ke tempat itu untuk terapi air panas.
"Saya bahkan hampir setiap hari ke sini," kata warga Kota Ambon tersebut.
Dari tujuan pengunjung yang datang bukan hanya untuk berekreasi sambil menikmati sengatan air panas Talanghaha, pemerintah daerah Kabupaten Maluku Tengah semestinya perlu memberikan perhatian, antara lain dengan memperbaiki jalan masuk ke lokasi sauna alami tersebut yang aspalnya sudah banyak rusak dan berlubang.
Dari jalan raya Tulehu, akses masuk ke lokasi permandian air panas Talanghaha panjangnya kurang lebih 1 kilometer.
Di sepanjang jalan masuk itu pun belum ada lampu penerang, sehingga pada malam hari suasana menjadi gelap gulita. Kondisi ini membuat pengunjung agak kesulitan dan harus ekstra hati-hati berkendara, mengingat jalan tidak lebar dan lampu mobil menyilaukan mata pengemudi saat berpapasan dengan kendaraan lain.
Bila saja jalan itu teraspal mulus dan ada penerang pada waktu malam, dapat diharapkan pengunjung akan semakin banyak berdatangan ke Talanghaha. Ini pasti membawa dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi daerah, paling tidak membawa rezeki bagi para pedagang dan tukang parkir yang ada di sana.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2016