Ambon, 5/9 (Antara Maluku) - Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Maluku melestarikan komunitas hawaiian di Kota Ambon melalui festival musik hawaiian.
"Festival hawaiian tahun 2016 merupakan program unggulan BPNB Maluku, karena musik hawaiian merupakan salah satu musik etnik yang dijumpai di Maluku, khususnya Kota Ambon dan Pulau Lease Maluku Tengah," kata Kepala BPNB Maluku, Stevanus Tiwery di Ambon, Senin.
Menurut dia, pelestarian komunitas hawaiian dilakukan karena sejak tahun 2009-2010 keberadaan pencinta musik hawaiiaan semakin berkurang, dan yang masih bertahan yakni generasi di atas usia 60 tahun.
"Setelah kami kroscek berdasarkan data Dinas Pariwisata dan ekonomi kreatif Provinsi Maluku yang masih bertahan hanya ada empat grup, yang tercatat setiap tahun terlibat di pelaksanaan pesta teluk yang berasal dari Pulau Saparua," ujarnya.
Stevanus menjelaskan, berkurangnya komunitas mendorong BPNB Maluku untuk mencoba memberi ruang yang luas bagi pemusik untuk tampil, dengan membuka ruang bagi para pemusik menampilkan kemampuan bermusik.
"Tahun 2010 kami membuka ruang menjadi 10 grup untuk menampilkan kemampuan di festival, dan hal tersebut terbukti 10 grup tampil, sehingga kami beranggapan pemusik hawaiian masih bertahan tetapi terbatas ruang dan waktu untuk mengeksplor kemampuan," katanya.
Pihaknya juga melakukan upaya yakni memotivasi generasi muda bukan hanya untuk mencintai musik modern tetapi juga musik etnik, karena musik hawaiian memiliki perbedaan yang mendasar dari musik etnik daerah lain.
Selain itu pihaknya juga mencoba menggandeng salah satu pemusik senior hawaiian Bing Leiwakabessy untuk menjadi maestro di seni musik tradisi, dengan catatan dapat memotivasi generasi muda untuk mengembangkan musik hawaiian.
"Upaya kerjasama dengan Bing Leiwakabessy dan komunitas hawaiian di Ambon ditindaklanjuti dengan meramu even terkait festival hawaiian dari tahun ke tahun, dan terbukti tahun ini jumlahnya mengalami peningkatan," ujarnya.
Ia mengakui, pelaksanaan festival hawaiian tahun 2016 jumlah peserta sebanyak 15 grup dan tahun ini meningkat menjadi 18 grup yang berpartisipasi dan akan mendukung kegiatan pesta Teluk Ambon pada 8 - 9 September 2016.
"Tahun ini kita beryukur basudara (saudara) kita dari negeri Tulehu akan tampil, hal ini berarti kemajuan yang luar biasa karena berbicara musik hawaiian selama ini cenderung berkembang di komunitas kristen, sedangkan basudara Muslim dapat memainkan alat musik pendukung sebagai kolaborasi hawaian tetapi sebagai vokal masih jarang," ucapnya.
Stevanus menambahkan, 18 grup yang terlibat di antaranya grup ladies hawaiian, sibu-sibu, arnesta hawaiian dan Ambon lautan teduh juga akan tampil di pesta teluk.
Sedangkan sisanya 14 grup akan tampil di festival, setiap grup membawakan empat irama musik yakni dua musik instrumentalia dan dua lagu pilihan.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2016
"Festival hawaiian tahun 2016 merupakan program unggulan BPNB Maluku, karena musik hawaiian merupakan salah satu musik etnik yang dijumpai di Maluku, khususnya Kota Ambon dan Pulau Lease Maluku Tengah," kata Kepala BPNB Maluku, Stevanus Tiwery di Ambon, Senin.
Menurut dia, pelestarian komunitas hawaiian dilakukan karena sejak tahun 2009-2010 keberadaan pencinta musik hawaiiaan semakin berkurang, dan yang masih bertahan yakni generasi di atas usia 60 tahun.
"Setelah kami kroscek berdasarkan data Dinas Pariwisata dan ekonomi kreatif Provinsi Maluku yang masih bertahan hanya ada empat grup, yang tercatat setiap tahun terlibat di pelaksanaan pesta teluk yang berasal dari Pulau Saparua," ujarnya.
Stevanus menjelaskan, berkurangnya komunitas mendorong BPNB Maluku untuk mencoba memberi ruang yang luas bagi pemusik untuk tampil, dengan membuka ruang bagi para pemusik menampilkan kemampuan bermusik.
"Tahun 2010 kami membuka ruang menjadi 10 grup untuk menampilkan kemampuan di festival, dan hal tersebut terbukti 10 grup tampil, sehingga kami beranggapan pemusik hawaiian masih bertahan tetapi terbatas ruang dan waktu untuk mengeksplor kemampuan," katanya.
Pihaknya juga melakukan upaya yakni memotivasi generasi muda bukan hanya untuk mencintai musik modern tetapi juga musik etnik, karena musik hawaiian memiliki perbedaan yang mendasar dari musik etnik daerah lain.
Selain itu pihaknya juga mencoba menggandeng salah satu pemusik senior hawaiian Bing Leiwakabessy untuk menjadi maestro di seni musik tradisi, dengan catatan dapat memotivasi generasi muda untuk mengembangkan musik hawaiian.
"Upaya kerjasama dengan Bing Leiwakabessy dan komunitas hawaiian di Ambon ditindaklanjuti dengan meramu even terkait festival hawaiian dari tahun ke tahun, dan terbukti tahun ini jumlahnya mengalami peningkatan," ujarnya.
Ia mengakui, pelaksanaan festival hawaiian tahun 2016 jumlah peserta sebanyak 15 grup dan tahun ini meningkat menjadi 18 grup yang berpartisipasi dan akan mendukung kegiatan pesta Teluk Ambon pada 8 - 9 September 2016.
"Tahun ini kita beryukur basudara (saudara) kita dari negeri Tulehu akan tampil, hal ini berarti kemajuan yang luar biasa karena berbicara musik hawaiian selama ini cenderung berkembang di komunitas kristen, sedangkan basudara Muslim dapat memainkan alat musik pendukung sebagai kolaborasi hawaian tetapi sebagai vokal masih jarang," ucapnya.
Stevanus menambahkan, 18 grup yang terlibat di antaranya grup ladies hawaiian, sibu-sibu, arnesta hawaiian dan Ambon lautan teduh juga akan tampil di pesta teluk.
Sedangkan sisanya 14 grup akan tampil di festival, setiap grup membawakan empat irama musik yakni dua musik instrumentalia dan dua lagu pilihan.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2016