Ambon, 30/9 (Antara Maluku) - Yayasan Pelangi Maluku mendata temuan 72 kasus baru HIV/AIDS di provinsi Maluku selama Juli - September 2016.

Direktur Yayasan pelangi Maluku Rosa Pentury menyatakan, pihaknya sampai September 2016 telah mendukung Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) sebanyak 1.053 orang, 72 di antaranya merupakan penderita baru.

"72 penderita baru tersebut ditemukan pada periode Juli - September 2016, jika per tiga bulan ditemukan 72 penderita maka setiap bulan dipastikan ada 24 penderita baru, dan jika dibagi per bulan maka setiap hari ada satu kasus baru," katanya di Ambon, Jumat.

Menurut dia, dari 1.053 orang yang didukung untuk mendapatkan pengobatan dapat dirinci yakni periode April - Juni sebanyak 604 orang, dan periode Juli - September 449 orang.

Jumlah ini jika dirinci untuk periode tiga bulan terakhir, 72 diantaranya penderita baru, 45 merupakan penderita yang sementara menjalani pengobatan tetapi 20 juga telah meninggal dunia.

"20 penderita yang meninggal dunia 11 diantaranya merupakan warga kota Ambon dan sembilan penderita lainnya adalah dari luar kota Ambon," ujarnya.

Rosa mengatakan, jumlah penderita jika dibagi tidak hanya berasal dari kota Ambon tetapi sejumlah kabupaten di Maluku yakni Seram Bagian Timur (SBT), Maluku Tenggara Barat (MTB), Kepulauan Aru, Maluku Tengah (Malteng).

"Untuk kota Ambon jumlah ini dapat diketahui dengan baik karena menggunakan KTP, jika minta data ke dinkes angka menurun dibandingkan kabupaten lain, walaupun Ambon masih menempati urutan pertama di Maluku, tetapi prevalensi kenaikan setiap bulan Ambon cenderung menurun, dan kabupaten lain kecenderungan naik," tandasnya.

Diakuinya, mengurangi resiko pertambahan jumlah penderita, pihaknya terus melakukan penyuluhan dan pembinaan kepada penderita, agar tidak menularkan kepada orang lain. Selain itu pengawasan lokalisasi tanjung Batu Merah maupun tempat hiburan malam seperti karaoke dan kafe.

"Berbagai upaya terus dilakukan pihaknya bersama pemerintah untuk menekan penyebaran virus ini dengan melakukan penyuluhan dan pembinaan kepada para penderita agar mereka tidak menularkan kepada orang lain, serta mengawasi lokalisasi Batu Merah karena lokasi tersebut merupakan pusat penyebaran" ujarnya.

Pihaknya kata Rosa juga terus melakukan pengobatan secara rutin di lokalisasi kepada penghuni maupun pengunjung lainnya walaupun tidak tertular.

"Yang berbahaya itu bukan lokalisasinya, tetapi orang yang datang berkunjung kesana, karena mereka tidak tahu kalau orang yang mereka kencani itu menderita atau tidak. Penularan virus ini lebih kepada perilaku sex menyimpang," tandasnya.

Pewarta: Penina Mayaut

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2016