Ternate, 2/10 (Antara Maluku) - Dalam memperingati Hari Batik Nasional tanggal 2 Oktober, Batik Tubo yang merupakan salah satu batik lokal khas Maluku Utara (Malut) menampilkan motif terbarunya.

"Kami telah mengeluarkan motif terbaru yang bisa digunakan masyarakat luas yakni Gala Tubo yang sengaja dibuat untuk memperingati hari batik nasional, serta untuk mengenang alat musik tradisional Gala Tubo," kata pemilik Batik Tubo, Kustalani di Ternate, Minggu.

Dia mengatakan, motif baru Gala Tubo ini memang sengaja disiapkan khusus untuk menyambut Hari Batik Nasional.

Gala Tubo merupakan salah satu alat tradisional Malut yang sudah hampir hilang.

Dengan momentum hari batik nasional, Batik Tubo coba mengangkat kembali agar tradisi Gala Tubo atau Tarian Gala ini tidak akan hilang dan dilupakan.

Dengan tambahan motif batik Gala Tubo, berarti jumlah keseluruhan motif batik yang dimiliki oleh Batik Tubo adalah sebanyak 33 motif.

Dari 33 motif batik tersebut yang paling terkenal dipasaran adalah motif Salawaku, motif Goheba, motif Benteng Toloko, motif Cengkeh dan Pala, motif Pisang mulu Bebe dan motif Wayabula.

Dia mengaku, untuk proses pengerjaan motif terbaru, dilakukan hari ini sebab alat untuk pembuatan motif baru diselesaikan.

"Walaupun proses pengerjaan motif Gala Tubo baru akan dikerjakan, namun masyarakat sudah dapat melihat contoh motif Gala Tubo yang sudah di ruang pamer Batik Tubo," ujarnya.

Selain itu, Batik Tubo telah memiliki dua Hak Atas Intelektual (HAKI) dari 33 jenis motif yang ada, diantaranya motif Benteng Toloko dan motif Guheba.

Bahkan saat ini Batik Tubo sendiri sudah memasarkan produknya sampai ke Ambon dan Jakarta Selatan.

Batik Tubo selalu mengikuti perkambangan pasar dan mencoba untuk membuka pasar baru.

Batik Tubo atau Batik khas Malut dapat diterima pasar nasional dan berharap masyarakat Malut menjadikan batik tersebut merupakan identitas daerah.

Jadi, lanjut dia, saat keluar daerah dan menggunakan batik lokal maka dengan otomatis masyarakat dari daerah lain pun akan mengetahui batik lokal dari Malut.

"Mungkin konsekuensinya adalah trend batik setiap saat mengalami perubahan, dengan begitu semua kalangan akan menggunakan batik tersebut.

Sebagai contoh, dahulu batik itu sangat identik dengan orang yang sudah tua dalam menghadiri suatu hajatan, namun sekarang sudah menjamah sampai ditingkat anak muda.

"Sisi dunia busana sudah sangat berkembang, sehingga anggapan bahwa batik itu hanya untuk orang tua saat ini sudah dilupakan," ujar Kustalani.

Pewarta: Abdul Fatah

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2016