Ambon, 13/3 (Antara Maluku) - Ketua komisi B DPRD Maluku Rein Toumahuw mengatakan, kelangkaan Bahan Bakar Minyak terutama jenis premium pada sejumlah SPBU di Kota Ambon bukan karena kesalahan PT. Pertamina,
"Arus lalu lintas kapal tanker pengangkut bahan bakar minyak yang padat menjadi penyebab terjadinya kelangkaan BBM selama ini," katanya di Ambon, Senin.
Ia mengatakan, kondisi itu diketahui setelah ada rapat kerja komisi dengan pihak Pertamina yang menjelaskan kelangkaan itu dipicu padatnya arus lalu lintas kapal tanker pengangkut BBM yang melakukan pengisian di Wayame, Kecamatan Teluk Ambon.
Untuk melakukan pengisian di tangki penampung BBM Wayame, setiap kapal harus merapat di dermaga lalu menyuplainya lewat pipa-pipa induk ke tangki sehingga prosesnya cukup memakan waktu.
Kemudian armada kapal tanker ini harus melakukan suplai BBM lagi ke Ternate, Provinsi Maluku Utara serta Provinsi Papua.
Menurut dia, pihak Pertamina sendiri berharap agar dalam tahun ini bisa ada kebijakan pusat untuk membangun tangki penampungan BBM di Maluku Utara maupun Papua agar jalur lalu lintas kapal pengangkut BBM tidak terlalu padat dan proses pengisian ke tangki Pertamina lebih cepat.
Kemudian distribusi ke setiap Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum yang ada juga lebih cepat dan tidak membuat masyarakat mengantri dengan perasaan khawatir.
Sejak pertengahan Februari 2017, para supir angkot mengeluhkan sulitnya mendapatkan bahan bakar premium pada sejumlah SPBU di dalam kota karena persediaannya terbatas.
"Biasanya kita antri di SPBU tidak lebih dari setengah jam sudah mendapatkan premium, tetapi beberapa pekan terakhir ini kondisinya jadi lain sebab antrian mobil sangat panjang dan harus menunggu berjam-jam," kata Rudy, seorang pengemudi angkot jurusan Terminal Mardika.
Para supir angkot memgaku sempat resah mendengar berita penjualan premium di SPBU yang terbatas, tetapi mereka tidak mau menggunakan bahan bakar minyak jenis lain seperti Petramax atau BBM lainnya.
Sebab harga premium masih lebih murah dan para supir angkot ini masih dapat menyisihkan uang untuk belim BBM, memasukan setoran ke majikan, dan ada sedikit uang untuk dibawa pulang.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017
"Arus lalu lintas kapal tanker pengangkut bahan bakar minyak yang padat menjadi penyebab terjadinya kelangkaan BBM selama ini," katanya di Ambon, Senin.
Ia mengatakan, kondisi itu diketahui setelah ada rapat kerja komisi dengan pihak Pertamina yang menjelaskan kelangkaan itu dipicu padatnya arus lalu lintas kapal tanker pengangkut BBM yang melakukan pengisian di Wayame, Kecamatan Teluk Ambon.
Untuk melakukan pengisian di tangki penampung BBM Wayame, setiap kapal harus merapat di dermaga lalu menyuplainya lewat pipa-pipa induk ke tangki sehingga prosesnya cukup memakan waktu.
Kemudian armada kapal tanker ini harus melakukan suplai BBM lagi ke Ternate, Provinsi Maluku Utara serta Provinsi Papua.
Menurut dia, pihak Pertamina sendiri berharap agar dalam tahun ini bisa ada kebijakan pusat untuk membangun tangki penampungan BBM di Maluku Utara maupun Papua agar jalur lalu lintas kapal pengangkut BBM tidak terlalu padat dan proses pengisian ke tangki Pertamina lebih cepat.
Kemudian distribusi ke setiap Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum yang ada juga lebih cepat dan tidak membuat masyarakat mengantri dengan perasaan khawatir.
Sejak pertengahan Februari 2017, para supir angkot mengeluhkan sulitnya mendapatkan bahan bakar premium pada sejumlah SPBU di dalam kota karena persediaannya terbatas.
"Biasanya kita antri di SPBU tidak lebih dari setengah jam sudah mendapatkan premium, tetapi beberapa pekan terakhir ini kondisinya jadi lain sebab antrian mobil sangat panjang dan harus menunggu berjam-jam," kata Rudy, seorang pengemudi angkot jurusan Terminal Mardika.
Para supir angkot memgaku sempat resah mendengar berita penjualan premium di SPBU yang terbatas, tetapi mereka tidak mau menggunakan bahan bakar minyak jenis lain seperti Petramax atau BBM lainnya.
Sebab harga premium masih lebih murah dan para supir angkot ini masih dapat menyisihkan uang untuk belim BBM, memasukan setoran ke majikan, dan ada sedikit uang untuk dibawa pulang.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017