Jakarta, 11/4 (Antara Maluku) - Pemerintah Angola lewat kunjungan Menteri Luar Negeri Georges Rebelo Pinto Chikoti ke Indonesia, menyatakan tertarik pada potensi industri strategis Indonesia.

"Kalian memiliki potensi di bidang industri strategis. Kalian memiliki industri kereta api, memiliki potensi di produk pertahanan udara yang menarik bagi kami," kata Menlu Angola Chikoti dalam kunjungan bilateralnya ke Kementerian Luar Negeri RI di Jakarta, Selasa.

Menlu Angola diterima oleh Menlu RI Retno Marsudi di Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri.

Menlu Angola direncanakan akan melihat industri strategis di Indonesia, yakni melalui kunjungan ke PT Pindad dan PT Dirgantara Indonesia dalam kunjungannya di Indonesia dua hari ke depan.

Dalam pertemuan bilateral tersebut, kedua Menlu juga menandatangani tiga nota kesepahaman (MoU) kerja sama kedua negara.

Persetujuan pertama yang ditandatangani kedua Menlu adalah persetujuan pembebasan visa bagi pemegang paspor diplomatik dan dinas yang bertujuan untuk mendorong frekuensi saling kunjung pejabat pemerintah kedua negara dalam rangka peningkatan kerjasama bilateral.

Kedua, persetujuan umum kerja sama ekonomi, ilmiah, teknik dan kebudayaan yang mencakup sedikitnya sembilan sektor kerja sama yaitu di bidang energi dan air, ilmu pengetahuan dan teknologi, pertanian, minyak, gas dan mineral, perdagangan dan investasi, budaya dan pariwisata, kesehatan dan pendidikan, UKM dan sektor-sektor lain.

Dokumen ketiga yang ditandatangani adalah MoU antara Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia dan Kementerian Hubungan Eksternal Republik Angola tentang konsultasi politik.

"Pada pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Angola, saya membahas beberapa isu. Pertama adalah upaya untuk meningkatkan kerja sama di bidang perdagangan," kata Menlu Retno Marsudi.

Menlu Retno Marsudi menyatakan bahwa dari 2011-2015, volume perdagangan antara Indonesia dan Angola mengalami peningkatan, namun pada tahun lalu mengalami penurunan yang disebabkan oleh rendahnya harga komoditas minyak.

Nilai perdagangan bilateral Indonesia-Angola pada 2016 hanya mencapai 192,8 juta dolar AS.

"Oleh karena itu Indonesia menyampaikan agar kedua negara dapat melihat upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan perdagangan," kata Retno.

Salah satu upaya yang diusulkan oleh Indonesia adalah pembentukan "preferential trade agreement" yang mendapat tanggapan positif Menlu Angola.

Produk-produk Indonesia yang telah diekspor ke Angola, antara lain kelapa sawit, kendaraan bermotor, kosmetik, kertas, perabot. Selain itu, Angola juga merupakan pasar potensial untuk produk industri strategis Indonesia, kata Retno.

Selain itu, menurut Retno, Indonesia menyatakan siap untuk memperbaharui sejumlah kerja sama di bidang energi antara Indonesia dan Angola seperti kerja sama antara PT. Pertamina dan Sonangol serta kerja sama pembangunan kapasitas di bidang LNG antara PT Badak NGL dan Angola LNG.

Kedua negara juga sepakat untuk meningkatkan kerja sama teknis di bidang agrikultur, kelautan dan perikanan dan konferensi internasional.

Dalam pertemuan bilateral tersebut, Menlu Retno menyatakan bahwa Indonesia mengapresiasi dan menyambut baik rencana Angola untuk membuka kedutaan besarnya di Jakarta serta dukungan Angola terhadap pencalonan Indonesia sebagai anggota Dewan Keamanan PBB untuk periode 2019-2020.

Pewarta: Aditya E.S. Wicaksono

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017