Ambon, 29/5 (Antara Maluku) - Komando Daerah Militer (Kodam) XVI/Pattimura menggelar ceramah Deradikalisasi bertema "Menentang Paham Radikal ISIS dan Teroris di Maluku dan Indonesia", bertempat di Desa Batumerah, Minggu.

Ceramah yang dihadiri oleh 75 mantan anggota mujahidin dari berbagai kawasan di Maluku dan para janda tersebut, menghadirkan Wakil Ketua I Majelis Ulama Indonesia (MUI) Maluku Abdullah Latuapo, Waka Infolahtadam XVI/Pattimura Letkol Inf. Umar, dan mantan panglima jihad di Ambon Ustadz Jumu Tuani sebagai narasumber.

Abdullah Latuapo dalam ceramahnya mengatakan ajaran yang dibawa oleh kelompok radikal Negara Islam Irak dan Syam (Islamic State of Iraq and Syria - ISIS) tidak sesuai dengan Islam yang rahmatan lil alamin, karena mengajarkan tentang kekerasan antarsesama manusia.

Dalam ajaran agama Islam, bukan kemenangan yang dicari, tetapi kebenaran, dan sesungguhnya pencarian tersebut harus menggunakan cara-cara yang baik, sebagaiamana yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Abdullah mencontohkan, kisah 47 pasal Piagam Madinah yang disusun oleh Nabi Muhammad SAW sebagai perjanjian formal antara beliau dengan suku-suku penting di Yathrib, guna menghindari pertentangan sengit antara Bani `Aus dan Khazraj.

Dokumen itu menetapkan dan menjamin sejumlah hak dan kewajiban bagi kaum Muslim, Yahudi dan komunitas-komunitas pagan di Madinah.

"Kelompok radikal ISIS ingin mempengaruhi kita di Maluku yang saat ini sudah aman dan tentram kembali terjadi kerusuhan seperti tahun 1999, ini sangat bertentangan dengan ajaran Islam. Kita tinggalkan dulu yang namanya politik, mari tingkatkan ukhuwah dengan tidak terlepas dari Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, peristiwa kerusuhan beberapa tahun silam sudah cukup membuat kita menderita," ucapnya.

Senada dengan Abdullah Latuapo, Ustadz Jumu Tuani menyatakan ISIS bukan mujahid tetapi perusak agama, mereka datang ke masjid bukan untuk beribadah tetapi merampok yang mereka anggap sebagai fai atau harta rampasan.

ISIS, kata dia, menganggap Indonesia sebagai negara kafir karena tidak menjalankan ajaran Islam secara kaffah atau menyeluruh.

Kelompok radikal tersebut, berorientasi ke Maluku dan Maluku Utara karena mengetahui tingginya sifat militansi masyarakatnya. ISIS menginginkan Maluku kembali rusuh agar mereka bebas menenteng senjata kemana-mana.

"ISIS banyak menggunakan beberapa ayat Alquran untuk membodohi para preman di Jakarta, Poso, dan di daerah lain dengan mencuplik dan menafsirkaan ayat Allah SWT sesuka hatinya," ujarnya.

Dikatakannya lagi, selain gerakan radikal ISIS, ada juga gerakan terorisme non ISIS yang menghalalkan darah seorang Muslim untuk dikorbankan. Gerakan terorisme tersebut juga menganggap Indonesia sebagai negara kafir.

"Mungkin mereka menggunakan kaca mata kuda sehingga mereka menganggap polisi, tentara, camat, lurah dan lain-lain kafir. Di sini saya mengajak suadara-saudara semua yang dulu terlibat dan merasakan konflik tahun 1999, agar tidak terjerumus ke jalan yg salah," tandasnya.

Sementara itu, Waka Infolahtadam XVI/Pattimura Letkol Inf. Umar dalam kesempatan yang sama mengatakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dengan keanekaragaman adat istiadat dan budaya, tapi bisa hidup berdampingan dengan aman dan damai.

Kebanggaan sebagai warga negara Indonesia harus dijunjung, agar tidak tidak sama dengan beberapa negara Arab, seperti Libya dan Syria yang pemerintahannya hancur berantakan karena ulah kelompok radikal.

"Kalau ada yang datang dengan ajaran menyimpang dari Alquran itu adalah ajaran yang sesat. Di bulan suci Ramadan ini mari kita tingkatkan ibadah kepada Allah SWT, sehingga kita mendapatkan pahala berlipat ganda dan surganya dengan orang-orang yang beriman," ucapnya.

Usai ceramah Deradikalisasi, Ustadz Jumu Tuani kemudian memimpin pernyataan sikap untuk menjaga keutuhan dan kedamaian Maluku dari gangguan kelompok radikal ISIS dan lainnya.

Dalam kesempatan itu, Ustadz Jumu Tuani juga membagi-bagikan sembako kepada masyarakat yang hadir dalam kegiatan ceramah tersebut.

Pewarta: Shariva Alaidrus

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017