Ternate, 7/7 (Antara Maluku) - Harga komoditas perkebunan di Ternate, Maluku Utara (Malut) pada pekan ini stabil, cengkih misalnya tetap pada angka Rp115.000/Kg.
"Stok cengkih di petani memang saat ini sudah langka, tetapi harga tetap bertahan pada angka Rp115.000/Kg karena menyesuaikan dengan harga pembelian di daerah tujuan antarpulau, seperti Surabaya," kata salah seorang pengusaha hasil bumi di Ternate Johni, Jumat.
Komoditas cengkih di Ternate diperkirakan akan kembali ramai dijual oleh para petani pada bulan September mendatang, karena saat itu cengkih di daerah ini mulai panen, namun harganya sesuai pengalaman selama ini selalu turun dibawah Rp100.000/Kg.
Johni mengatakan, harga komoditas perkebunan lainnya yang juga stabil adalah biji pala dan fuli pala yakni masing-masing Rp60.000/Kg dan Rp120.000/Kg, tetapi kalau petani menjual dalam jumlah besar mendapat tambahan harga yang disesuaikan dengan kualitas pala yang dijual.
Demikian pula harga kopra dan kakao pada pekan ini bertahan pada angka Rp8.000/Kg dan Rp20.000/Kg dan harga ini diperkirakan akan bertahan hingga beberapa pekan kedepan karena harga pembelian di daerah tujuan antarpulau tidak menunjukan tanda-tanda kenaikan.
Sementara itu, salah seorang petani kelapa di Ternate Samsul mengaku dengan harga kopra Rp8.000/Kg membuat banyak para petani di daerah ini yang enggan membuat kopra karena dianggap merugikan petani.
Untuk memproduksi kopra walaupun para petani kelapa harus mengeluarkan biaya produksi yang cukup besar, terutama biaya petik dan pengasapan dan penjemuran, sehingga petani menginginkan harga kopra bisa berada diatas Rp10.000/Kg agar bisa menutupi biaya produksi.
"Kami berharap pemerintah setempat mengupayakan agar harga kopra di daerah ini bisa mencapai diatas Rp10.000/Kg, misalnya dengan memfasilitasi penjualan langsung ke industri minyak goreng di Pulau Jawa," kata salah Samsul menambahkan.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017
"Stok cengkih di petani memang saat ini sudah langka, tetapi harga tetap bertahan pada angka Rp115.000/Kg karena menyesuaikan dengan harga pembelian di daerah tujuan antarpulau, seperti Surabaya," kata salah seorang pengusaha hasil bumi di Ternate Johni, Jumat.
Komoditas cengkih di Ternate diperkirakan akan kembali ramai dijual oleh para petani pada bulan September mendatang, karena saat itu cengkih di daerah ini mulai panen, namun harganya sesuai pengalaman selama ini selalu turun dibawah Rp100.000/Kg.
Johni mengatakan, harga komoditas perkebunan lainnya yang juga stabil adalah biji pala dan fuli pala yakni masing-masing Rp60.000/Kg dan Rp120.000/Kg, tetapi kalau petani menjual dalam jumlah besar mendapat tambahan harga yang disesuaikan dengan kualitas pala yang dijual.
Demikian pula harga kopra dan kakao pada pekan ini bertahan pada angka Rp8.000/Kg dan Rp20.000/Kg dan harga ini diperkirakan akan bertahan hingga beberapa pekan kedepan karena harga pembelian di daerah tujuan antarpulau tidak menunjukan tanda-tanda kenaikan.
Sementara itu, salah seorang petani kelapa di Ternate Samsul mengaku dengan harga kopra Rp8.000/Kg membuat banyak para petani di daerah ini yang enggan membuat kopra karena dianggap merugikan petani.
Untuk memproduksi kopra walaupun para petani kelapa harus mengeluarkan biaya produksi yang cukup besar, terutama biaya petik dan pengasapan dan penjemuran, sehingga petani menginginkan harga kopra bisa berada diatas Rp10.000/Kg agar bisa menutupi biaya produksi.
"Kami berharap pemerintah setempat mengupayakan agar harga kopra di daerah ini bisa mencapai diatas Rp10.000/Kg, misalnya dengan memfasilitasi penjualan langsung ke industri minyak goreng di Pulau Jawa," kata salah Samsul menambahkan.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017