Ternate, 25/7 (Antara Maluku) - Provinsi Maluku Utara (Malut) belum memiliki perusahaan yang memproduksi garam, walaupun daerah ini sekitar 76 persen wilayahnya terdiri atas laut.
"Selama ini, kebutuhan garam di Malut harus dipasok dari Surabaya, Jawa Timur," kata Kepala Dinas Perindag Malut, Asrul Gailea, di Ternate, Selasa.
Sehingga, untuk memproduksi garam di Malut membutuhkan dua strategi penting dalam pengembangannya dengan yang harus disiapkan adalah Sumber Daya Manusia (SDM) dan lahan.
Menurut dia, provinsi Malut memiliki sumber daya alam (SDA))yang telah tersedia, tetapi SDM lebih dikenal sebagai petani dan nelayan, sehingga untuk pengembangan usaha garam belum diminati.
"Memang masyarakat Malut belum terbiasa untuk mengelola garam, meskipun laut bisa dijadikan sebagai salah satu sentra untuk dikelola. Hanya saja, masyarakatnya belum terdorong untuk menjadi petani garam," ujar Asrul.
Pemprov Malut akan menyiapkan regulasi agar ada kesamaan dalam mengembangkan komoditi ini.
Oleh karena itu, penyiapan SDM sangat diprioritaskan agar ke depan Malut bisa memproduksi garam.
Dia mengatakan, potensi laut yang cukup luas mencapai 76 persen, tentunya memiliki peluang besar untuk memproduksi garam di Malut.
Pemprov Malut akan berupaya melestarikan pengelolaan sumber daya kelautan dan sinergitas bersama kabupaten/kota yang potensil untuk pengembangan pengolahan produksi garam.
"Kami akan berkoordinasi dengan sejumlah kabupaten/kota untuk menyiapkan SDM agar bisa didorongMalut menjadi salah satu penghasil garam di Indonesia," tandas Asrul.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017
"Selama ini, kebutuhan garam di Malut harus dipasok dari Surabaya, Jawa Timur," kata Kepala Dinas Perindag Malut, Asrul Gailea, di Ternate, Selasa.
Sehingga, untuk memproduksi garam di Malut membutuhkan dua strategi penting dalam pengembangannya dengan yang harus disiapkan adalah Sumber Daya Manusia (SDM) dan lahan.
Menurut dia, provinsi Malut memiliki sumber daya alam (SDA))yang telah tersedia, tetapi SDM lebih dikenal sebagai petani dan nelayan, sehingga untuk pengembangan usaha garam belum diminati.
"Memang masyarakat Malut belum terbiasa untuk mengelola garam, meskipun laut bisa dijadikan sebagai salah satu sentra untuk dikelola. Hanya saja, masyarakatnya belum terdorong untuk menjadi petani garam," ujar Asrul.
Pemprov Malut akan menyiapkan regulasi agar ada kesamaan dalam mengembangkan komoditi ini.
Oleh karena itu, penyiapan SDM sangat diprioritaskan agar ke depan Malut bisa memproduksi garam.
Dia mengatakan, potensi laut yang cukup luas mencapai 76 persen, tentunya memiliki peluang besar untuk memproduksi garam di Malut.
Pemprov Malut akan berupaya melestarikan pengelolaan sumber daya kelautan dan sinergitas bersama kabupaten/kota yang potensil untuk pengembangan pengolahan produksi garam.
"Kami akan berkoordinasi dengan sejumlah kabupaten/kota untuk menyiapkan SDM agar bisa didorongMalut menjadi salah satu penghasil garam di Indonesia," tandas Asrul.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017