Kuta, Bali, 28/8 (Antara Maluku) - Sejumlah peneliti, akademisi dan pengambil kebijakan dari 28 negara di Asia bertemu di Kuta, Bali, dalam simposium internasional untuk mencari solusi mencegah penyakit pada ikan khususnya budidaya perairan atau "aquaculture".

"Produksi perikanan budidaya ini terus akan dinaikkan tetapi juga harus diikuti dengan pencegahan penyakit," kata Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Slamet Soebjakto usai pembukaan simposium internasional ke-10 terkait penyakit budidaya perairan di Kuta, Kabupaten Badung, Senin.

Menurut Slamet, apabila perikanan budidaya banyak terkena penyakit atau virus maka akan menghambat produksi perikanan.

Saat ini sejumlah negara tengah dijangkiti penyakit ikan dari virus yakni "Tilapia Lake Virus" (TiLV) atau virus Tilapia yang menyerang sentra produksi perikanan budidaya yang terkontaminasi melalui air atau kontak antarikan dalam satu atau antarkolam dan menyebabkan kematian.

Wabah tersebut, kata dia, telah terjadi di sejumlah negara di antaranya Mesir, Israel, Thailand, Ekuator, China dan Maroko.

Meski Indonesia, lanjut dia, belum terdampak virus tersebut namun penyebaran wabah itu perlu diwaspadai agar tidak masuk ke Tanah Air.

Untuk mencegah masuknya virus tersebut ke Indonesia, pihaknya telah menerbitkan surat edaran untuk melarang impor induk dan benih untuk sementara waktu sejak dua bulan lalu khususnya dari negara yang sudah terdampak hingga negara tersebut sudah dinyatakan bebas peredaran virus.

Pihaknya juga meminta pengusaha untuk melengkapi surat keterangan sehat ikan untuk membuktikan ikan tersebut bebas dari penyakit. "Untuk memasukkan ikan dari negara yang belum terdeteksi harus disertakan surat kesehatan khususnya terkait TilV," imbuhnya.

Sementara itu untuk lalu lintas perikanan budidaya dalam negeri, Slamet mengatakan pihaknya memperketat lalu lintas antarprovinsi melalui pengetatan karantina.

Selama ini meskipun Indonesia, kata dia, mampu mencukupi kebutuhan dalam negeri untuk perikanan budidaya, namun beberapa pengusaha masih mengimpor beberapa jenis ikan budidaya seperti ikan nila.

Slamet mengatakan untuk impor induk ikan nila mencapai sekitar tiga hingga empat ribu dari beberapa negara salah satu yang terbesar dari China.

Pewarta: Dewa Wiguna

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017