Ambon (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Ambon memperkirakan musim penghujan di Maluku akan terjadi hingga Agustus 2023 kendati BMKG menyebut seharusnya saat ini sudah memasuki musim panas.
"Puncak musim hujan harusnya pada bulan Juni, namun akan sedikit panjang mencapai Juli atau bisa saja Agustus pada 2023," kata Peneliti Oseanografi Fisika Pusat Riset Laut Dalam BRIN Ambon Muhammad Fadli, di Ambon Minggu.
Menurutnya hal itu dikarenakan adanya jeda waktu antara perubahan iklim yang terjadi di Samudera Pasifik dengan respon yang terjadi di wilayah Maluku.
"Umumnya dibutuhkan 1-2 tahun untuk kondisi cuaca menjadi normal kembali usai kejadian La Nina atau El Nino ini. Sehingga kondisi cuaca yang harusnya musim hujan, bisa saja menjadi ada panasnya. Atau saat musim panas, bisa saja akan terjadi hujan deras.
Ia melanjutkan meskipun menurut data Klimatologis BMKG, puncak musim hujan berada pada Juni, Juli dan seterusnya terjadi penurunan intensitas hujan atau yang kita sebut memasuki musim panas, namun yang perlu diperhatikan adalah fase La Nina dan El Nino di Samudera Pasifik.
"Kita baru melewati fase kondisi La Nina (Iklim Basah) yang sudah terjadi selama dua tahun pada Oktober 2021 - Desember 2022) dan mulai memasuki kondisi normal, dan ada kecenderungan menuju El Nino," katanya.
Pihaknya pun masih terus memantau terkait kondisi di Samudra Pasifik yang menunjukkan kecenderungan menuju El Nino.
"Kita perlu persiapan juga untuk menghadapi potensi musim panas panjang jika terjadi El Nino. Namun kemungkinan terjadinya El Nino di tahun berikutnya masih terus dipantau oleh para ahli di seluruh dunia," ungkapnya.
Saat ini Kota Ambon dan sekitarnya tengah mengalami hujan dengan intensitas tinggi menyebabkan terjadi banjir dan longsor pada beberapa titik di kota itu.
Ini penjelasan peneliti BRIN soal musim hujan di Maluku
Sabtu, 15 Juli 2023 20:02 WIB