Ambon (ANTARA) - Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Maluku mengemukakan peringatan Hari Raya Galungan dan Kuningan bagi Umat Hindu merupakan momen kemenangan dari segala sifat angkara murka untuk dapat hidup harmonis.
“Kami mengucapkan selamat Hari Raya Galungan dan Kuningan bagi seluruh Umat Hindu di Maluku, mari kita jaga keharmonisan dan kerukunan untuk Maluku lebih maju,” kata Ketua PHDI Maluku Suyanto di Ambon, Kamis.
Ia menjelaskan Hari Raya Galungan memiliki makna merayakan kemenangan dari sifat-sifat buruk manusia. Pada momentum ini Umat Hindu melakukan penyucian diri, penyucian alam dan menyekap atau mengendalikan segala sifat negatif.
Ia melanjutkan, Galungan yang secara akar bahasa bermakna bertemu atau bersatu mencerminkan bersatunya kekuatan rohani dalam diri manusia untuk mengalahkan hawa nafsu serta dorongan negatif lainnya.
Dalam perayaan Galungan, Umat Hindu di Maluku mengawalinya dengan Penampahan Galungan sehari sebelum hari raya utama. Mereka menyembelih hewan sebagai simbol pengendalian diri terhadap sifat kebinatangan dalam diri manusia dan sebagai wujud persembahan kepada Tuhan.
Secara filosofis melalui Galungan, Umat Hindu diajarkan menaklukkan tiga jenis nafsu dalam diri, yaitu Kala Amangkutat (nafsu ingin berkuasa), Kala Dungulan (nafsu ingin memiliki yang bukan haknya)dan Kala Galungan (nafsu ingin menang dengan segala cara).
Sepuluh hari kemudian, umat Hindu melanjutkan rangkaian perayaan dengan Hari Raya Kuningan, yang jatuh pada Sabtu, 3 Mei 2025, dan didahului oleh Penampahan Kuningan pada Jumat, 2 Mei 2025.
Kata “Kuningan” sendiri berasal dari kata “kuning” yang melambangkan kemuliaan dan kesejahteraan. Pada momen ini, umat Hindu memohon keselamatan dan kemakmuran kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan para dewata.
“Dalam kaitannya dengan kemajemukan di Maluku, saya berpesan kepada seluruh Umat Hindu di daerah ini untuk terus menjaga persatuan dan kesatuan diantara umat beragama. Mari kita hilangkan segala angkara murka dan hidup harmonis dengan sesama manusia,” ujarnya.