Jakarta (ANTARA) - Sebanyak 23 tim ilmuwan dari berbagai kampus dan lembaga riset nasional beradu ide dan gagasan penelitian dalam turnamen Genomics and Science Dojo di Universitas Yarsi, Jakarta.

Sejak 25 Januari sampai 17 Februari 2024, para peserta turnamen telah menyelesaikan serangkaian sesi mentoring di Jakarta. Mereka dipersiapkan untuk mengikuti turnamen tersebut.
Setiap tim dipandu oleh seorang mentor yang dipanggil sensei, dia adalah ilmuwan dan ahli genomik dari berbagai institusi nasional, regional, dan internasional.
Adapun para juri adalah ilmuwan yang sudah lama bergelut dan mengerti cara penilaian.
Selama rangkaian sesi mentoring tersebut, para peserta telah mengikuti pelatihan berpikir kritis, psikologi positif, dan juga penggunaan Bahasa Inggris ilmiah untuk mempertajam keahlian berpikir dan retorik.
Pelatihan dan turnamen Genomics and Science Dojo didesain menggunakan prinsip-prinsip seni beladiri yang mempraktikkan ilmu pengetahuan dengan melatih keahlian utama melalui sparing, yakni memberikan kritik dan pembelaan atas ide riset dalam sebuah perlawanan.
Turnamen itu bertujuan untuk mengakomodasi sifat kritis ilmu pengetahuan yang sesuai dengan budaya masyarakat di Asia Tenggara yang cenderung mengedepankan keterlibatan non-konfrontatif ketimbang diskusi kritis terbuka.
"Kalau di forum biasa orang segan menyerang. Dia (ilmuwan) juga bisa marah diserang di sana, tetapi kalau di sini, dia menyiapkan diri untuk dikritik setajam mungkin untuk perbaikan," kata Faisal.
Turnamen Genomics and Science Dojo difasilitasi dengan dana dari British Embassy Jakarta dan dilaksanakan dengan kolaborasi dari Summit Institute for Development (SID), Oxford University Clinical Research UNIT (OUCRU) and Genomics Solidaritas Indonesia (GSI).
Dosen Universitas Yarsi, Ahmad Utomo, yang menjadi peserta dalam turnamen itu mengusung penelitian tentang modifikasi genomik pada garis keturunan penderita stunting akibat malnutrisi kronis.
"Ketika orang kurang makan berarti ada modifikasi genom karena ada bahan kimia namanya metil, itu berbeda. Pertanyaannya bisa tidak rekam jejak atau ibunya dulu kurang makan? ini terlihat di anaknya," kata Ahmad.
Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa rekam jejak stunting itu penting untuk mengetahui modifikasi genomik yang bisa berdampak ketika dewasa, semisal mudah terkena diabetes dan mudah hipertensi.
Apabila terbukti bahwa rekam jejak genomik berbeda antara anak stunting dengan anak normal, maka ilmuwan bisa memprediksi anak-anak yang ada perbedaan signifikan itu dilihat kerentanan terhadap penyakit-penyakit kronis ketika mereka menjadi dewasa.
Ahmad menilai turnamen ide dan gagasan penelitian genomik tersebut bagus untuk para peneliti karena mereka bisa saling bertukar ilmu, beradu gagas, saling mengkritik kelemahan dan kekuatan masing-masing.
Menurut dia, selama ini Indonesia jarang berdebat mengenai ilmu pengetahuan kecuali politik.
"Ini satu ajang pengalaman yang bagus bahwa perdebatan di bidang sains juga penting. Apalagi ini untuk mengkomunikasikan hasilnya ke publik," ujar Ahmad.
Setelah menyelesaikan turnamen tersebut sebanyak 15 tim terpilih akan diberangkatkan ke Lombok, Nusa Tenggara Barat, pada 6 Maret 2024, untuk menulis jurnal ilmiah dari bahan-bahan yang telah mereka paparkan.
Mereka mendapatkan fasilitas untuk mempublikasikan jurnal ilmiah terutama pada tingkat internasional. Jurnal ilmiah itu diharapkan bisa menstimulasi supaya percakapan tentang genomik muncul di Indonesia.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: 23 tim ilmuwan beradu ide dan gagasan penelitian genomik