Ambon, 10/11 (Antara Maluku) - Kodam XVI/Pattimura menggelar upacara peringatan Hari Pahlawan yang dipimpin oleh Kasdam, Brigjen TNI Tri Soewandono dan diikuti seluruh personel mulai dari tingkat Tamtama, Bintara, Perwira dan PNS TNI jajaran Kodam XVI/Pattimura, bertempat di Lapangan Makodam, Jumat.
Siaran pers yang diterima Antara menyebutkan, peringatan Hari Pahlawan yang dilaksanakan setiap tanggal 10 November bertujuan untuk menghormati dan mengenang jasa-jasa arwah para pahlawan yang telah gugur dalam membela dan mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kasdam pada kesempatan itu membacakan amanat Menteri Sosial RI, Khofifah Indar Parawansa yang mengatakan para pendiri bangsa mengabarkan pesan penting kepada kita bahwa setelah kemerdekaan diraih, maka tahapan selanjutnya kita harus bersatu terlebih dahulu untuk bisa memasuki tahapan bernegara selanjutnya yakni berdaulat, adil dan makmur.
Oleh karena pesan fundamental itulah maka peringatan Hari Pahlawan 10 November tahun 2017 ini mengambil tema "Perkokoh Persatuan Membangun Negeri."
Menurut menteri, Hari Pahlawan yang diperingati saat ini didasarkan pada peristiwa pertempuran terhebat dalam riwayat sejarah dekolonisasi dunia, yakni peristiwa Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Sebuah peristiwa yang memperlihatkan kepada dunia internasional, betapa segenap Rakyat Indonesia dari berbagai ras suku, agama, budaya dan berbagai bentuk partikularisme golongan bersama-sama melebur menjadi satu untuk berikrar, bergerak dan menyerahkan hidupnya, jiwa raganya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Lebih lanjut dikatakan, saat ini harapan akan masa depan yang lebih baik tersebut telah ditambatkan oleh Pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla melalui sebuah visi transformatif yang mengarahkan dan menghimpun gerak seluruh elemen Republik Indonesia yakni: "Terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong-royong."
Dalam kerangka mewujudkan visi tersebut telah dirumuskan sembilan agenda prioritas pemerintahan ke depan yang disebut NAWA CITA.
Kesembilan agenda prioritas itu bisa dikategorisasikan ke dalam tiga ranah; ranah mental-kultural, ranah material (ekonomi) dan ranah politik.
Pada ketiga ranah tersebut, Pemerintah saat ini berusaha melakukan berbagai perubahan secara akseleratif berlandaskan prinsip-prinsip Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Ketiga ranah pembangunan tersebut bisa dibedakan tapi tak dapat dipisahkan. Satu sama lain saling memerlukan pertautan secara sinergis.
Perubahan mental-kultural memerlukan dukungan politik dan material berupa politik kebudayaan dan ekonomi budaya. Sebaliknya perubahan politik memerlukan dukungan budaya dan material berupa budaya demokrasi dan ekonomi politik.
Ditambahkan, pada era milenium kedua saat ini kita tengah menyaksikan sebuah transformasi besar dalam hubungan internasional diantara bangsa-bangsa dunia. Kita sedang menyaksikan suatu zaman yang diutarakan oleh jurnalis Gideon Rahman pada tahun 2016 tentang fajar baru pergeseran global dimana kemajuan peradaban dunia disebut sebagai era Easternization atau Timurisasi.
Dalam era kemajuan global seperti ini negara-negara Asia dianggap sebagai kutub-kutub baru kemajuan peradaban dunia.
Oleh karena itulah persatuan Indonesia bukan hanya sebuah imperatif yang harus kita rawat sebagai suatu bangsa namun lebih dari itu Persatuan Indonesia adalah sebuah prasyarat bagi kita menjadi bagian dari kekuatan yang tengah tumbuh, the rising force bersama dengan bangsa-bangsa lain yang saat ini menjadi sorotan kemajuan seperti China, India dan Korea untuk menjadi menara-menara baru pembawa obor kemanusiaan.
Membawa cahaya baru yang menjadi pandu kemajuan dunia berlandaskan nilai-nilai Ketuhanan dan Kemanusiaan yang sejalan dengan nilai-nilai dasar Negara kita yakni Pancasila.
Pada kesempatan yang baik ini kami mengajak kepada seluruh lapisan masyarakat untuk terus berjuang, berkarya menjadi pahlawan bagi diri sendiri, pahlawan bagi lingkungan, pahlawan bagi masyarakat maupun pahlawan bagi negeri ini," kata Khofifah Indar Parawansa.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017
Siaran pers yang diterima Antara menyebutkan, peringatan Hari Pahlawan yang dilaksanakan setiap tanggal 10 November bertujuan untuk menghormati dan mengenang jasa-jasa arwah para pahlawan yang telah gugur dalam membela dan mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kasdam pada kesempatan itu membacakan amanat Menteri Sosial RI, Khofifah Indar Parawansa yang mengatakan para pendiri bangsa mengabarkan pesan penting kepada kita bahwa setelah kemerdekaan diraih, maka tahapan selanjutnya kita harus bersatu terlebih dahulu untuk bisa memasuki tahapan bernegara selanjutnya yakni berdaulat, adil dan makmur.
Oleh karena pesan fundamental itulah maka peringatan Hari Pahlawan 10 November tahun 2017 ini mengambil tema "Perkokoh Persatuan Membangun Negeri."
Menurut menteri, Hari Pahlawan yang diperingati saat ini didasarkan pada peristiwa pertempuran terhebat dalam riwayat sejarah dekolonisasi dunia, yakni peristiwa Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Sebuah peristiwa yang memperlihatkan kepada dunia internasional, betapa segenap Rakyat Indonesia dari berbagai ras suku, agama, budaya dan berbagai bentuk partikularisme golongan bersama-sama melebur menjadi satu untuk berikrar, bergerak dan menyerahkan hidupnya, jiwa raganya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Lebih lanjut dikatakan, saat ini harapan akan masa depan yang lebih baik tersebut telah ditambatkan oleh Pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla melalui sebuah visi transformatif yang mengarahkan dan menghimpun gerak seluruh elemen Republik Indonesia yakni: "Terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong-royong."
Dalam kerangka mewujudkan visi tersebut telah dirumuskan sembilan agenda prioritas pemerintahan ke depan yang disebut NAWA CITA.
Kesembilan agenda prioritas itu bisa dikategorisasikan ke dalam tiga ranah; ranah mental-kultural, ranah material (ekonomi) dan ranah politik.
Pada ketiga ranah tersebut, Pemerintah saat ini berusaha melakukan berbagai perubahan secara akseleratif berlandaskan prinsip-prinsip Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Ketiga ranah pembangunan tersebut bisa dibedakan tapi tak dapat dipisahkan. Satu sama lain saling memerlukan pertautan secara sinergis.
Perubahan mental-kultural memerlukan dukungan politik dan material berupa politik kebudayaan dan ekonomi budaya. Sebaliknya perubahan politik memerlukan dukungan budaya dan material berupa budaya demokrasi dan ekonomi politik.
Ditambahkan, pada era milenium kedua saat ini kita tengah menyaksikan sebuah transformasi besar dalam hubungan internasional diantara bangsa-bangsa dunia. Kita sedang menyaksikan suatu zaman yang diutarakan oleh jurnalis Gideon Rahman pada tahun 2016 tentang fajar baru pergeseran global dimana kemajuan peradaban dunia disebut sebagai era Easternization atau Timurisasi.
Dalam era kemajuan global seperti ini negara-negara Asia dianggap sebagai kutub-kutub baru kemajuan peradaban dunia.
Oleh karena itulah persatuan Indonesia bukan hanya sebuah imperatif yang harus kita rawat sebagai suatu bangsa namun lebih dari itu Persatuan Indonesia adalah sebuah prasyarat bagi kita menjadi bagian dari kekuatan yang tengah tumbuh, the rising force bersama dengan bangsa-bangsa lain yang saat ini menjadi sorotan kemajuan seperti China, India dan Korea untuk menjadi menara-menara baru pembawa obor kemanusiaan.
Membawa cahaya baru yang menjadi pandu kemajuan dunia berlandaskan nilai-nilai Ketuhanan dan Kemanusiaan yang sejalan dengan nilai-nilai dasar Negara kita yakni Pancasila.
Pada kesempatan yang baik ini kami mengajak kepada seluruh lapisan masyarakat untuk terus berjuang, berkarya menjadi pahlawan bagi diri sendiri, pahlawan bagi lingkungan, pahlawan bagi masyarakat maupun pahlawan bagi negeri ini," kata Khofifah Indar Parawansa.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017