Warga Ternate Utara, Kota Ternate, Maluku Utara, sejak empat tahun terakhir menerima air bersih dari PDAM yang rasanya asing, karena adanya rembesan air laut pada sumur bor yang selama ini menjadi sumber air baku PDAM.

Rembesan air laut itu disebabkan turunnya permukaan air bawah tanah sebagai imbas dari tingginya intensitas penyedotan air bawah tanah, sementara air hujan yang meresap ke dalam tanah sangat sedikit, karena area resapan air telah berubah menjadi perumahan, perkantoran dan kompleks pendidikan.

Kondisi yang mengisyaratkan ancaman krisis air bersih itu, menginspirasi Camat Kota Ternate Utara Julkifli untuk melakukan upaya pencegahan melalui program Gamcantara atau Gerakan Memanen dan Menabung Air Hujan Kecamatan Kota Ternate Utara.

Program Gamcantara ini dimplementasikan dalam bentuk pembuatan instalasi penampungan air hujan di setiap rumah warga dilengkapi fasilitas pemurnian air sederhana dan diintegrasikan dengan sumur resapan.

Air hujan dari instalasi itu dapat dimanfaatkan sebagai sumber air bersih alternatif, misalnya untuk mandi dan mencuci, sedangkan air hujan yang tidak tertampung masuk ke sumur resapan untuk menambah ketersediaan air bawah tanah.

Julkifli mengisahkan program Gamcantara itu dimulai tahun 2016, yang diawali dengan pembuatan percontohan instalasi penampungan air hujan di delapan kelurahan di Kecamatan Kota Ternate Utara, masing-masing satu unit dengan memanfaatkan dana Partisipasi Pembangunan Kelurahan dari APBD Ternate.

Program Gamcantara itu kemudian disosialisasikan kepada seluruh warga, termasuk kepada pelajar sekolah dasar, SMP dan SMA serta berbagai organisasi kemasyarakatan, seperti majelis taklim dan kelompok pemuda.

Dibentuk pula komunitas air di setiap kampung yang tugasnya membantu memberi pemahaman kepada warga mengenai manfaat program Gamcantara serta membantu warga yang ingin membuat instalasi penampungan air hujan.

Tanggapan warga terhadap program Gamcantara itu, sesuai pengamatan Julkifli sangat antusias, terutama untuk warga yang berada di daerah ketinggian dan selama ini belum mendapat layanan jaringan distribusi air bersih dari PDAM.

Banyak warga yang ingin segera membuat instalasi penampungan air hujan di rumahnya, tetapi terkendala dengan besarnya anggaran untuk pembuatan instalasi itu, sementara pihak kecamatan tidak memiliki anggaran untuk memberikan bantuan.

Pembuatan instalasi penampungan air hujan membutuhkan bahan utama berupa tandon air atau profil tank berkapasitas 1.200 liter, talang plastik dan pipa paralon serta batu, pasir dan semen untuk pembuatan sumur resapan, yang keseluruhannya membutuhkan anggaran Rp4 juta - Rp5 juta.


Arisan Air

Kesulitan anggaran bagi warga kurang mampu untuk membuat instalasi penampungan air hujan disiasati Julkifli dengan mencoba meluncurkan program Arisan Air dan Sedakah Air, di samping mengupayakannya melalui dukungan anggaran dari APBD Ternate.

Melalui program Arisan Air itu, warga diarahkan membentuk kelompok yang setiap bulan patungan membiayai pembuatan instalasi penampungan air hujan di rumah satu anggota kelompok hingga seluruh anggota kelompok mendapat giliran pembuatan instalasi itu.

Program Arisan Air itu juga ditawarkan kepada sejumlah instansi di Kota Ternate, seperti Dinas Kesehatan Ternate, dengan memanfaatkan delapan puskesmas yang ada di daerah itu untuk setiap bulan patungan membuat instalasi penampungan air hujan di satu rumah warga kurang mampu.

Sedangkan program Sedakah Air diwujudkan Julkifli dengan cara mengajak warga mampu di Ternate mengisikan dananya untuk membiayai pembuatan instalasi penampungan air di rumah warga kurang mampu.

Kalangan dunia usaha di Ternate juga didorong untuk membantu warga kurang mampu dalam pembuatan instalasi penampungan air hujan, seperti yang telah dilakukan perbankan di Malut dengan memanfaatkan program "corporate social responsibility" (CSR) yang ada di perbankan.

Di wilayah Ternate Utara kini sudah banyak rumah yang memiliki instalasi penampungan air hujan, baik yang dibuat dengan anggaran sendiri maupun melalui program Arisan Air dan Sedekah Air serta program CSR dari perusahaan.

Salah seorang warga di Ternate Utara, Abdullah yang rumahnya telah memiliki instalasi penampungan air hujan mengaku sangat merasakan manfaatnya, di antaranya dapat menghemat tagihan rekening air dari PDAM.

Sekarang untuk kebutuhan tertentu, seperti mencuci dan mandi sering memanfaatkan air hujan dari instalasi penampungan air hujan, sehingga tagihan rekening air dari PDAM yang sebelumnya mencapai di atas Rp200 ribu per bulan, kini turun menjadi hanya sekitar Rp100ribu.

Dulunya air hujan yang turun dari atap rumah Abdullah langsung masuk ke parit dan mengalir ke laut, sekarang semuanya tertampung ke sumur resapan, walaupun hujan cukup deras dan turun selama berjam-jam.

Program Gamcantara tersebut, juga mendapat dukungan dari Pemkot Ternate, bahkan menurut Sekertaris Kota Ternate Tauhid Soleman, program yang merupakan pertama di Provinsi Malut itu telah diintruksikan untuk dilakukan pula di tujuh kecamatan lainnya di Kota Ternate.

Pulau Ternate yang dihuni 100 ribu lebih warga tidak memiliki sungai atau mata air, sehingga sumber air baku PDAM untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga hanya mengandalkan ketersediaan air bawah tanah.

Pewarta: *

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2018