Ternate, 13/4 (Antaranews Maluku) - Harga komoditas perkebunan di Ternate, Maluku Utara (Malut) pada akhir pekan ini bertahan jika dibandingkan dengan pekan sebelumnya, karena harga di daerah tujuan antarpulau, seperti Surabaya dan Manado juga seperti itu.

"Harga komoditas perkebunan di Ternate mengalami kenaikan atau penurunan kalau harga pembelian di daerah tujuan antarpulau juga mengalami kenaikan atau penurunan," kata salah seorang pengusaha hasil bumi di Ternate Johni, Jumat.

Harga biji pala misalnya untuk kulitas super atau di Tenrate yang dikenal dengan nama pala botak tetap Rp60.000/Kg, biji pala kulitas standar Rp55.000/Kg dan biji pala hancur Rp20.000/Kg.

Begitu pula harga fuli pala, menurut Johni, pada akhir pekan ini tetap bertahan diangka Rp130.000/Kg dan harga ini cukup tinggi jika dibandingkan pada akhir 2018, yang pada saat itu hanya berada diangka Rp120.000-125.000/Kg.

Harga cengkih juga bertahan Rp97.000/Kg, namun transaksi penjualan komoditas ini terlihat sepih, karena saat ini belum memasuki musim penen, sementara cengkih hasil panen sebelumnya umumnya sudah dijual petani.

Ia menyebutkan harga kakao bertahan diangka Rp20.000/Kg, sedangkan kopra kualitas bagus Rp7.000/Kg dan kopra yang kadar airnye melebihi standar Rp6.300/Kg, namun harga ini masih jauh dari harapan petani yakni minimal Rp10.000/Kg.

Sementara itu, data dari Karantina Pertanian Ternate menyebutkan komoditas pala yang di antarpulaukan dari Malut pada 2017 mencapai 3.925 ton, cengkih 1.718 ton, kakao 398 ton dan kopra 33.000 ton dengan tujuan utama Surabaya dan Manado.

Namun jumlah itu diperkirakan tidak sesuai dengan jumlah sebenarnya komoditas perkebunan Malut di antarpulaukan, karena banyak yang di antarpulaukan langsung ke daerah tujuan tanpa melaporkannya ke instansi terkait di Malut.

Pewarta: M. Ponting

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2018